metodologi penelitian
Bookmark and Share

Monday, July 13, 2009

1. PENGERTIAN RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan rancangan penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan akan menjadi jelas dan sahih. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna pelaksanaan, sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan suatu kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat, dan dari penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat validitas internal dan validitas eksternal.
Rancangan penelitian lebih menekankan pada aspek baik atau tidak baik dan sangat tergantung pada derajat akurasi yang diinginkan oleh peneliti, derajat pembuktian hipotesis, dan tingkat perkembangan dan ilmu pengetahuan yang menjadi perhatian. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa rancangan penelitian tidak ada yang tepat sekali, satu sama lain memiliki titik lebih dan titik kurang. Penentuan rancangan penelitian seringkali didasarkan pada pertimbangan praktis dan kompromi peneliti terhadap cakupan area penelitiannya.
Oleh karena itu, rancangan penelitian banyak sekali ragamnya. Para ahli belum ada kesepakatan diam penggolongan rancangan penelitian. Namun demikian, secara umum rancangan penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: rancangan penelitian tanpa perlakuan (kelompok deskriptif) dan rancangan penelitian dengan perlakuan (kelompok eksperimen).

A. Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan penelitian deskriptif pada dasarnya bertujuan untuk memberikan deskripsi dengan maksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tipe deskripsi yang dihasilkan tergantung pada banyaknya informasi yang dimiliki peneliti tentang topik sebelum proses pengumpulan data. Secara umum, biasanya rancangan deksriptif dibagi menjadi dua yaitu: rancangan eksploratori dan survei. Rancangan deskriptif yang lainnya adalah sensus atau penelitian populasi. Ciri utama dan rancangan penelitian deskriptif tidak menyatakan adanya hubungan sebab dan akibat serta tidak terlalu kompleks, karena biasanya penelitian ditujukan untuk meneliti variabel atau populasi tunggal.
1. Rancangan penelitian eksploratori Jenis rancangan penelitian eksploratif, adalah jenis rancangan penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dari hasil eksplorasi yang mendalam pada obyek tertentu. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Rancangan penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.

2. Rancangan penelitian survei Penetapan rancangan penelitian survey bertujuan:
a. Untuk mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada.
b. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau bentuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
c. Untuk membuat komparasi dan evaluasi.
d. Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.

B. Rancangan Penelitian Eksperimen
Semua rancangan percobaan atau eksperimen mempunyai karakteristik sentral yaitu didasarkan pada adanya manipulasi variabel bebas dan mengukur efek pada variabel terikat. Rancangan eksperimen klasik terdiri dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen, variabel bebasnya dimanipulasi. Dalam kelompok kontrol variabel terikatnya yang diukur, maka tidak ada perubahan yang dibuat pada variabel bebasnya.
Secara umum ciri rancangan penelitian eksperimen yang baik adalah:
1. Subyek secara acak dipilih ke dalam kelompok-kelompok.
2. Peneliti merancang manipulasi yang akan diberikan pada variabel eksperimen dan dilakukan kontrol yang ketat.
3. Terdapat setidak-tidaknya dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang satu sama lain sebagai pembanding.
4. Selalu digunakan analisis varians untuk meminimalkan varians dan error dan memaksimumkan varians dari variable yang diteliti dan berkaitan dengan hipotesis yang ditetapkan.
Oleh karena peneliti harus mampu melakukan kontrol yang ketat terhadap variabel eksperimen, maka ada tiga prinsip dasar dalam pelaksanaan rancangan eksperimen yaitu:
1. Replikasi, pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini berguna untuk memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap error eksperimen dan memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap rata-rata pengaruh yang ditimbulkan dan perlakuan.
2. Randomisasi, bermanfaat untuk meningkatkan validitas dan mengurangi bias utamanya dalam hal pembagian kelompok dan perlakuan.
3. Kontrol internal, melakukan penimbangan. bloking. dan penge4ompokan dan unit-unit percobaan yang digunakan. Hal ini bermanfaat untuk membuat prosedur yang lebih akurat, efisien, dan sensitif.

Error eksperimen dalam sebuah penelitian eksperimen dapat terjadi karena beberapa hal,yaitu:
a. Kesalahan dari percobaan yang sedang dilakukan.
b. Kesalahan pengamatan.
c. Kesalahan pengukuran.
d. Variasi dan bahan yang digunakan dalam percobaan.
e. Pengaruh kombinasi dari faktor-faktor luar.
Semakin banyak replikasi memang membawa konsekuensi penelitian eksperimen itu mahal dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena itu, pertimbangan untuk menentukan banyaknya replikasi sangat ditentukan oleh:
a. Luas dan banyaknya jenis unit percobaan.
b. Bentuk unit percobaan.
c. Variabilitas dan ketersediaan material percobaan.
d. Derajat ketelitian yang diinginkan. Derajat kebebasan diharapkan tidak boleh kurang dan 10-15.

1. Rancangan Eksperimental-Sungguhan (true—experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Rancangan eksperimental sungguhan yang cukup dikenal adalah:
a. Control group posttest-only design Dalam model rancangan ml, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.
Model rancangan ini cocok untuk kondisi yang tidak dimungkinkan diakukan pre test atau ketika dikhawatirkan akan adanya interaksi antara pre test dengan perlakuan yang diberikan. Rancangan ml mampu mengendalikan faktor histori, maturasi, dan pre tes, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dan faktor-faktor tersebut.

b. Pre test-post tes control group design
Rancangan ini lebih baik dan rancangan eksperimen tanpa pre tes, karena aka lebih akurat dalam memperoleh akibat dan suatu perlakuan dengan perbandingan keadaan dan variabel terikat pada kelompok eksperimen setelah dikenal perlakuan dan variabel kontrol yang tidak dikenai oleh perlakuan.
c. Solomon four group design
Rancangan solomon ini memang tidak banyak digunakan pada jumlah sampel penelitian yang kecil, namun pada penelitian pertanian dan sosial sering digunakan. Rancangan ini memiliki keunggulan untuk mengurangi pengaruh pre-test terhadap unit percobaan dan mengurangi error interaksi antara pre-test dengan perlakuan.
Rancangan ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang dilakukan pre test-post tes dan 2 kelompok yang dilakukan pre tes-posttes.
Secara konkret dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. kelompok perlakuan dan kontrol dengan pre test.
2. kelompok perlakuan dan kontrol tanpa pre test.
Khusus faktorial, pada dasarnya bukan merupakan rancangan penelitian, tetapi memang sebuah penelitian eksperimen. Oleh karena itu eksperimen faktorial bisa didekati dengan berbagai rancangan, misalnya dengan randomized complete block. Keuntungan dan eksperimen faktorial adalah dimungkinkan untuk mengetahui pengaruh interaksi antar faktor. Oleh karena itu, semua prinsip dasar penelitian eksperimen harus tetap ada, agar error eksperimen dapat diukur..

2. Rancangan Eksperimental Semu (Quasi-Experimental Research)
Tujuan rancangan eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validitas eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah:
a. Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
b. Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok dan atau
c. Tidak ada kelompok kontrol
Penulisan rancangan penelitian mengacu pada sistematika sebagai berikut :
Judul Penelitian
Judul penelitian dibuat singkat dan spesik, tetapi dengan mudah untuk dideskripkan mengenai penelitian yang diusulkan.
Ruang Lingkup
Menyesuaikan dengan lingkup penelitian
Latar Belakang Masalah
Memuat argumentasi atau pengungkapan faktor-faktor / gejala / konsep / dugaan yang menarik pentingnya penelitian dilakukan dengan didukung temuan atau fakta yang mengidentifikasi masalah ynag akan diteliti.
Perumusan Masalah
Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti, uraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang akan diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan (jika ada). Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk pertanyaan.
Tujuan Penelitian
Pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Tujuannya hendaknya spesifik, relevan dengan masalahnya dan terukur.
Manfaat Penelitian
Kontribusi hasil penelitian terhadap peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dirasakan/dicapai oleh mahasiswa atau siswa, dosen, maupun oleh lembaga yaitu jurusan/program studi.
Kajian Pustaka
Tinjauan Pustaka menguraikan teori, temuan dan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan pada permasalahan yang sama atau relevan. Kajian pustaka penting untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah ada dan dapat mengetahui perbedaan untuk menghindari duplikasi.
Fungsi Kajian Pustaka
(1) membantu pemilihan prosedur,
(2) memahami latar belakang teoretis
masalah penelitian,
(3) mengetahui manfaat penelitian
sebelumnya,
(4) menghindari duplikasi, dan
(5) memberikan pembenaran pemilihan
masalah penelitian.

Apa yang harus ditulis pada KP?
Paparkan secara komprehensip (menyeluruh), ringkas tetapi padat, prinsip-prinsip tindakan (metode pembelajaran) yang dipilih untuk memecahkan masalah. Jelaskan mengapa tindakan yang dipilih dapat memecahkan masalah
Paparkan pengalaman/hasil-hasil penelitian yang telah ada yang mendukung keberhasilan penggunaan tindakan dalam memecahkan masalah pembelajaran (jika ada)

Metode Penelitian
Menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara sistematis dalam rangka menjawab tujuan penelitian.
Jadwal Penelitian
Membuat jadwal kegiatan penelitian mulai dari kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan digambarkan dengan tabel.
Personalia Penelitian
Mencantumkan Ketua Peneliti dan anggotanya dengan identitas keilmuannya secara jelas.
Ketua Peneliti :
Nama Lengkap & Gelar :
Golongan, Pangkat & NIP :
Jabatan Fungsional :
Jabatan Struktural :
Fakultas/Program Studi :
Perguruan Tinggi :
Bidang Keahlian :
Waktu untuk penelitian ini :
Anggota Peneliti :
(Dilengkapi identitas seperti Ketua, dan max 2 orang anggota)
Anggaran Biaya Penelitian
Membuat rincian biaya penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, tahap operasional (bahan, peralatan, perjalanan), penyusunan laporan dan seminar hasil penelitian, penyebarluasan laporan hasil penelitian.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka ini memuat semua bahan – bahan yang digunakan selama penyusunan penelitian yang meliputi buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah. Penulisan daftar pustaka digunakan sistem nama dan tahun dengan urutan abjad nama pengarang, tahun, judul tulisan dan sumber (penerbit).
Lampiran – Lampiran
Laporan Penelitian
Pada akhir kegiatan penelitian, tim peneliti harus membuat laporan berupa Buku Laporan dan Artikel Ilmiah dengan ketentuan sebagai berikut :
• Buku laporan dan Artikel Ilmiah diketik dengan ukuran spasi 2 huruf Times New Roman 12
• Ukuran kertas A4
• Dijilid rapi dengan warna cover hijau muda
• Kanan ataas cover ditulis “Program Penelitian Pemula”
• Buku laporan dikirim rangkap 5 (lima) eksemplar beserta CD berisi Laporan dan artikel.
• Sistematika laporan penelitian adalah sebagai berikut :
• Bagian Awal
• Halaman Judul
• Halaman Lembar Identitas dan pengesahan (Lihat lampiran)
• Abstrak
• Prakata
• Daftar Isi
• Daftar Tabel
• Daftar Gambar (kalau ada)
• Daftar Lampiran
• Bagian Isi, meliputi

BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, uraian identifikasi masalah penelitian, membatasi masalah dan merumuskan masalah (tidak harus menggunakan kalimat tanya), tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II Tinjauan Pustaka
Uraikan teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai basis melakukan penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Berisi sama dengan yang ada dalam proposal penelitian (jika terjadi perubahan harus dijelaskan secara rinci dan tidak boleh menyimpang permasalahan).
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Berisikan semua temuan-temuan yang terdapat dalam penelitian yang diungkapkan secara jelas variabel-variabel yang diteliti, penggunaan tehnik analisis data, mendeskripsikan hasil analisis data, memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data dengan mempertimbangkan kemanfaatan kontribusi pada kemajuan / penyempurnaan IPTEKS, Pengembangan Kelembagaan dan Pembangunan Nasional. Diharapkan hasil yang dicapai memenuhi kesesuaian dengan tujuan, kedalam bahasan, originalitas dan mutu hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan Dan Saran
Uraikan kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan berikan saran-saran berdasar kesimpulan tersebut.
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
Ijin Penelitian, Data Laboratorium, Data Hasil Survey dll.

2. Tekhnik Pengambilan Sample
Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sample sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:
- Meneliti air sungai
- Mencicipi rasa makanan didapur
- Mencicipi duku yang hendak dibeli

PENGAMBILAN SAMPEL.
1. Tujuan.
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
2. Defenisi
Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui, yaitu:
Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana suatu keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka target populasi adalah ibu hamil.
Kerangka Sampel (Sampling Frame):
Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil sampelnya (daftar anggota populasinya).
Unit Sampel(Sampling Unit):
Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK atau RT).
Rancangan Sampel
Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan besar sampelnya.
Random.
Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu :
1. Probability Sampling (Random Sample)
2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)

1. Probability Sampling
Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi, mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
- Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
- Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan.
- Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-nilai statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya. Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan (Sampling Error) Sedangkan pada non probability sampel, penyimpangan nilai sample terhadap populasinya tidak mungkin diukur. Pengukuran penyimpangan ini merupakan salah satu bentuk pengujian statistik. Penyimpangan yang terjadi pada perancangan kwesioner, kesalahan petugas pengumpul data dan pengola data disebut Non Sampling Error.
Cara Pengambilan Sampel
Ada 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitu
sebagai berikut:

1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling).
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a. Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
- Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).
- tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
- tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
- tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ? 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ? 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel
belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Keuntungan :
- Prosedur estimasi m udah dan sederhana
Kerugian :
- Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
- Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya transportasi besar.

2. Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling)
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke —K" dari titik awal yang dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi)
K =
n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan :
- Bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
Keuntungan :
-Perencanan dan penggunaanya mudah.
-Sampel tersebar di daerah populasi.
Kerugian :
-Membutuhkan daftar populasi.

3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)
Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara systematic random sampling. Misalnya kita meneliti keadaan gizi anak sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Madya Medan (? 4-6 tahun). Karena kondisi Taman Kanak-kanak di Medan sangat berbeda (heterogen) maka buatlah kriteria yang tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman Kanak-kanak ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Misalnya untuk Taman Kanak-Kanak dengan kondisi A ada : 20 buah dari 100 Taman Kanak-Kanak yang ada di Kota Madya Medan, kondisi B = 50 buah C = 30 buah.Jika berdasarkan perhitungan besar sampel, kita ingin mengambil sebanyak 25 buah (25%), maka ambilah 25% dari masing-masing sub populasi tersebut diatas.
Contoh :
100 TK (populasi)
Sub populasi
20 kelompok A
50 Kelompok B
30 Kelompok C
25% 25%
5 TK
12-13 TK
7-8 TK
Cara pengambilan sampel 5 Kelompok A, 12-13 Kelompok B, dan 7 œ 8. Kelompok C adalah secara random karena sub populasi sudah homogen.
Keuntungan :
-Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian :
- Daftar populasi setiap strata diperlukan
- Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.

4. Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling)
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai : bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok. Misalnya ingin meneliti gambaran karakteristik (umur, suku, pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa FK USU. Mahasiswa FK dibagi dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah satu tingkat (misal tingkat II). Maka orang tua sem ua mahasiswa yang berada pada tingkat II diambil sebagai sampel (Cluster).
Keuntungan :
- Tidak memerlukan daftar populasi.
- Biaya transportasi kurang
Kerugian :
- Prosudur estimasi sulit.

5. Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling)
Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih. Misalnya:
provinsi
kabupaten
Kecamatan desa Lingkungan
KK.
Misalnya kita ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.
Contoh :
(Indonesia)
27 Propinsi
Propinsi SUMUT
Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Hamparan Perak
Ada 3 SMA (± 2000)

Cara ini dipergunakan bila:
- Populasinya cukup homogen
- Jumlah populasi sangat besar
- Populasi menempati daerah yang sangat luas Biaya penelitian kecil
Keuntungan:
- Biaya transportasi kurang
Kerugian:
- Prosedur estimasi sulit
- Prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan yang lebih cermat

2. Non Probability Sample (Selected Sample)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Cara ini dipergunakan :
Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yang tingqi, karena hanya sekedar gambaran umun saja.
Cara-cara yang dikenal adalah sebagai berikut :
2.1. Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping).
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja
yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.
2.2. Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).
Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu. Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.
2.3. Sampel Berjatah (Quota Sampling).
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu. Misalnya Sampel yang akan di ambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan kalau peneliti mengenal betuldaerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan

3. Gambaran tentang pengambilan sampel.
Di dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut;
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus disajikan.
2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah populasi yang hendak diteliti itu.
3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia, misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin.
8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final.
9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.
12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut.
14. Buat laporan penelitian.

Kesimpulan Tentang Sample
1. Jika kita ingin melakukan peneli1ian pada sesuatu populasi yang besar, kita tidak perlu meneliti setiap unit dari populasi akan tetapi cukup hanya mengambil sebagian saja (sampel).
2. Untuk mendapatkan suatu sampel yang "representatif“ perlu diperhatikan cara-cara yang disebut dalam "Probability Sample".
3. Jika kita hanya ingin mengetahui sekedar gambaran umum dari suatu keadaan, sedang biaya dan waktu sangat sedikit, dapat kita pergunakan "Non Probability Sample"
4. Untuk menghindari terjadinya Non Sampling Error perlu diadakan perencanaan yang baik, dalam pembuatan kwesioner, manual, penetapan defenisi dan konsep serta pengumpulan dan pengolahan data.

3. Skala Data
Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala yang bervariasi. Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu. Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap konsep pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Prinsip isomorphism, artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur.
Ada empat skala pengukuran data, yaitu: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang berbeda dalam riset statistik. Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat kualitatif (misalnya: jenis kelamin, agama, warna kulit). Skala ordinal selain membedakan juga menunjukkan tingkatan (misalnya: pendidikan, tingkat kepuasan). Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak (misalnya: tahun, suhu dalam Celcius). Sedangkan skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak.
DATA
1. Primer dan Sekunder
- Primary Data, adalah data mentah yang dikumpulkan langsung dari sumbernya oleh peneliti baru kemudian diolahnya.
- Secondary Data, adalah data olahan yang diambil peneliti dari pihak kedua (pihak yang mengumpulkan langsung dari sumber dan mengolahnya).
Catatan: Jika menggunakan data dari pihak ketiga, maka datanya disebut data tersier, dan seterusnya.
2. Utama dan Pendukung
- Prominent/Eminent Data, adalah data pokok dalam suatu penelitian. Jika data ini tidak ada, maka jawaban terhadap pertanyaan penelitian tidak akan didapat.
- Supporting Data, adalah data yang meskipun tidak ada pada suatu penelitian namun jawaban atas pertanyaan penelitian masih dapat dibuat, meskipun mungkin dapat dianggap kurang memadai.
3. Kualitatif dan Kuantitatif
- Qualitative Data, adalah data yang bukan berupa angka seperti atribut/kategorik.
Catatan: Data kategorik (dengan skala nominal maupun ordinal) dapat dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus matematika/statistika setelah diberi kode (coding) berupa angka.
- Quantitative Data, adalah data yang berupa angka/numerik (dengan skala ordinal, interval, ataupun rasio)
4. Nominal, Ordinal, Interval, Rasio
Jika dilihat dari skala pengukurannya (Measurement Scale), maka data dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Categorical Data
- Data kategorik adalah data kualitatif sehingga untuk dapat dianalisis dengan menggunakan rumus matematika/statistika perlu diberi kode (coding) berupa angka. Analisis matematika/statistika yang digunakan adalah berdasarkan hasil membilang (counting) pada setiap kategori/pasangan kategori.
Data kategorik disebut juga data nonmetric atau data yang bukan merupakan hasil pengukuran.

Klasifikasinya adalah:
1) Kategorik Nominal, yaitu data kategorik yang tak dapat dinyatakan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori lainnya atau dengan kata lain kategori yang tidak memiliki urutan tertentu.
Contoh: Pria – wanita, ungu – biru, dan lain-lain.
Karena tidak memiliki urutan tertentu, maka dapat saja kategori ”pria” diberi kode ”0” dan ”wanita diberi kode ”1” maupun sebaliknya.
2) Kategorik Ordinal, yaitu data kategorik yang mempunyai urutan tertentu namun ”jarak” antar kategori sulit untuk dinyatakan sama.
Contoh: Alat dalam kondisi ”baik”, ”sedang”, ”rusak”.
Karena memiliki urutan, maka jika ”rusak” diberi kode ”1”, maka urutan berikutnya adalah ”sedang’ yang diberi kode ”2”, dan kategori ”baik” diberi kode ”3” atau sebaliknya. Urutan pengkodean di atas tidak dapat ditukar-tukar secara acak, karena akan menjadi tidak sesuai dengan urutan kategorinya.
Data kategorik nominal maupun ordinal dapat diubah menjadi data numerik:
1) rasio, dengan cara membagi jumlah frekuensi suatu kategori dengan kategori yang lain, atau dengan total frekuensi seluruh kategori.
2) ordinal, dengan cara melakukan ranking sesuai dengan jumlah frekuensi dari kategori-kategori yang ada.
b. Numerical Data
Data numerik adalah data metric atau data yang merupakan hasil pengukuran. Jika data hasil pengukuran eksakta menghasilkan data metrik murni (pure metric data), maka pada pengukuran sosial – humaniora, data yang dihasilkan bukan data metrik murni.
Pada pengukuran sosial-humaniora, suatu variabel dikonstruk sedemikian rupa dalam beberapa indikator yang kemudian menjadi dasar pembuatan item pengukuran. Pada setiap item disediakan beberapa pilihan jawaban yang pada dasarnya berbentuk kategorik ordinal. Untuk jawaban yang dipilih pada setiap indikator diubah ke bentuk angka yang disebut scoring. Meskipun kelihatannya sama, namun istilah coding dan scoring berbeda, yaitu:

Coding
Scoring
Diterapkan pada variabel manifest, dimana setiap variabel hanya mengandung 1 item Diterapkan pada variabel laten yang dikonstruk dari beberapa variabel manifest (indikator), dimana setiap variabel mengandung beberapa item
Hasil coding per item dapat dianalisis langsung, karena setiap item mewakili 1 variabel Hasil scoring per item tak boleh dianalisis langsung, tapi harus dijumlahkan dengan score item-item lain yang mewakili variabel yang sama.

Data yang dihasilkan merupakan data kategorik baik nominal maupun ordinal Data yang dihasilkan adalah data interval atau data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval

Catatan: Data yang didapat sebagai penjumlahan skor-skor seluruh item pada suatu konstruk variabel laten dimasukkan dalam klasifikasi data interval. Namun ada yang merasa ragu dengan konsep scoring dan coding di atas, ”Apakah data ordinal yang dijumlahkan dapat menghasilkan data interval?”.
Karena itu dalam konteks seperti ini, jumlah skor-skor dari suatu konstruk dinyatakan diperlakukan sebagai data interval (threat as interval), meski sebenarnya dianggap bukan data interval.
1) Numerik Ordinal
Data numerik ordinal adalah data yang berupa angka yang menunjukkan urutan.
Contoh:
a) urutan antrian
b) urutan tempat duduk
c) urutan nomor rumah
d) urutan kemunculan
bentuk khusus data numerik ordinal ini adalah data ranking (rank – order), yaitu data yang dihasilkan dari pengurutan data interval atau rasio baik secara meningkat (ascending) maupun menurun (descending).
Seperti data kategorik ordinal, operasi matematika tak dapat dilakukan pada data ini.
Contoh: Tidak dapat dikatakan bahwa; ranking 3 – ranking 2 = ranking 1
Juga tidak dapat dikatakan bahwa; 2 x kali ranking 1 = ranking 2.
2) Numerik Interval
Data numerik interval selain mengandung unsur urutan juga memiliki unsur kesamaan jarak antar urutan. Karena itulah operasi bilangan dapat dilakukan.

Contoh: 40° C – 30° C = 10°C
40° C adalah 2x lebih panas dari 20° C.
Namun data numerik interval tidak memiliki 0 yang absolut.
Contoh: 0° C = 32° F
Siswa yang mendapat nilai 0 pada tes Statistika tidak dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang Statistika.
Kesamaan jarak ukuran ini yang sulit dijamin pada suatu pengukuran sosial – humaniora. Karena itulah hasil pengukuran sosial – humaniora dianggap bukan data interval, tetapi data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval.
Data numerik interval ini dapat diubah menjadi data:
a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya
b) kategorik ordinal, dengan cara mengkategorikannya.

3) Numerik Rasio
Data numerik rasio adalah data yang selain mengandung unsur urutan, memiliki jarak ukuran yang sama, serta memiliki nilai 0 absolut.
Contoh: Jika tidak ada sesuatu yang diletakkan di atas timbangan emas, maka angka digital yang tertera tetap angka 0,00.
Seperti data numerik interval, data numerik rasio ini dapat diubah menjadi data:
a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya
b) kategorik ordinal, dengan cara mengkategorikannya.
Catatan: Pada program Statistical Package and Service Solutions (SPSS) digunakan hal-hal sebagai berikut:
- Seluruh data yang di-entry untuk dianalisis diperlakukan sebagai data numerik
- Konsep pendataan disamakan dengan pengukuran yang diklasifikasikan atas skala (scale), ordinal, dan nominal.

Perbandingan dengan konsep sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Konsep Sebelumnya Konsep di SPSS
Pendataan Kategorik Nomial Pengukuran Nominal
Ordinal Ordinal
Numerik Ordinal
Interval Skala
Rasio

1. PENGERTIAN RANCANGAN PENELITIAN
Rancangan penelitian adalah pedoman yang disusun secara sistematis dan logis tentang apa yang akan dilakukan dalam penelitian. Rancangan penelitian memuat: judul, latar belakang masalah, masalah, tujuan, kajian pustaka, hipotesis, definisi operasional, metode penelitian, jadwal pelaksanaan, organisasi/tenaga pelaksana dan rencana anggaran.
Rancangan atau desain penelitian dalam arti sempit dimaknai sebagai suatu proses pengumpulan dan analisis data penelitian. Dalam arti luas rancangan penelitian meliputi proses perencanaan dan pelaksanaan penelitian. Dalam rancangan perencanaan dimulai dengan mengadakan observasi dan evaluasi terhadap penelitian yang sudah dikerjakan dan diketahui, sampai pada penetapan kerangka konsep dan hipotesis penelitian yang perlu pembuktian lebih lanjut.
Rancangan pelaksanaan penelitian meliputi proses membuat percobaan ataupun pengamatan serta memilih pengukuran variabel, prosedur dan teknik sampling, instrumen, pengumpulan data, analisis data yang terkumpul, dan pelaporan hasil penelitian.
Berdasarkan pemahaman tersebut di atas, maka tujuan rancangan penelitian adalah untuk memberikan suatu rencana untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Konsideran utamanya dalam rancangan perencanaan adalah untuk mengkhususkan mekanisme kontrol yang akan digunakan dalam penelitian, sehingga jawaban atas pertanyaan akan menjadi jelas dan sahih. Selanjutnya rancangan penelitian dalam makna pelaksanaan, sangat terkait dengan pembuktian hipotesis, menyatakan suatu kejelasan hubungan sebab akibat dan setiap variabel yang terlibat, dan dari penentuan instrumen pengumpulan data akan jelas terukur tingkat validitas internal dan validitas eksternal.
Rancangan penelitian lebih menekankan pada aspek baik atau tidak baik dan sangat tergantung pada derajat akurasi yang diinginkan oleh peneliti, derajat pembuktian hipotesis, dan tingkat perkembangan dan ilmu pengetahuan yang menjadi perhatian. Oleh karena itu tidaklah berlebihan bila dikatakan bahwa rancangan penelitian tidak ada yang tepat sekali, satu sama lain memiliki titik lebih dan titik kurang. Penentuan rancangan penelitian seringkali didasarkan pada pertimbangan praktis dan kompromi peneliti terhadap cakupan area penelitiannya.
Oleh karena itu, rancangan penelitian banyak sekali ragamnya. Para ahli belum ada kesepakatan diam penggolongan rancangan penelitian. Namun demikian, secara umum rancangan penelitian dikelompokkan menjadi dua, yaitu: rancangan penelitian tanpa perlakuan (kelompok deskriptif) dan rancangan penelitian dengan perlakuan (kelompok eksperimen).

A. Rancangan Penelitian Deskriptif
Rancangan penelitian deskriptif pada dasarnya bertujuan untuk memberikan deskripsi dengan maksud untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan penelitian. Tipe deskripsi yang dihasilkan tergantung pada banyaknya informasi yang dimiliki peneliti tentang topik sebelum proses pengumpulan data. Secara umum, biasanya rancangan deksriptif dibagi menjadi dua yaitu: rancangan eksploratori dan survei. Rancangan deskriptif yang lainnya adalah sensus atau penelitian populasi. Ciri utama dan rancangan penelitian deskriptif tidak menyatakan adanya hubungan sebab dan akibat serta tidak terlalu kompleks, karena biasanya penelitian ditujukan untuk meneliti variabel atau populasi tunggal.
1. Rancangan penelitian eksploratori Jenis rancangan penelitian eksploratif, adalah jenis rancangan penelitian yang bertujuan untuk menemukan sesuatu yang baru dari hasil eksplorasi yang mendalam pada obyek tertentu. Sesuatu yang baru itu dapat saja berupa pengelompokan suatu gejala, fakta, dan penyakit tertentu. Rancangan penelitian ini banyak memakan waktu dan biaya.

2. Rancangan penelitian survei Penetapan rancangan penelitian survey bertujuan:
a. Untuk mencari informasi faktual yang mendetail yang mencandra gejala yang ada.
b. Untuk mengidentifikasi masalah-masalah atau bentuk mendapatkan justifikasi keadaan dan praktek-praktek yang sedang berlangsung.
c. Untuk membuat komparasi dan evaluasi.
d. Untuk mengetahui apa yang dikerjakan oleh orang-orang lain dalam menangani masalah atau situasi yang sama, agar dapat belajar dari mereka untuk kepentingan pembuatan rencana dan pengambilan keputusan di masa depan.

B. Rancangan Penelitian Eksperimen
Semua rancangan percobaan atau eksperimen mempunyai karakteristik sentral yaitu didasarkan pada adanya manipulasi variabel bebas dan mengukur efek pada variabel terikat. Rancangan eksperimen klasik terdiri dan kelompok eksperimen dan kelompok kontrol. Kelompok eksperimen, variabel bebasnya dimanipulasi. Dalam kelompok kontrol variabel terikatnya yang diukur, maka tidak ada perubahan yang dibuat pada variabel bebasnya.
Secara umum ciri rancangan penelitian eksperimen yang baik adalah:
1. Subyek secara acak dipilih ke dalam kelompok-kelompok.
2. Peneliti merancang manipulasi yang akan diberikan pada variabel eksperimen dan dilakukan kontrol yang ketat.
3. Terdapat setidak-tidaknya dua kelompok yaitu kelompok eksperimen dan kontrol yang satu sama lain sebagai pembanding.
4. Selalu digunakan analisis varians untuk meminimalkan varians dan error dan memaksimumkan varians dari variable yang diteliti dan berkaitan dengan hipotesis yang ditetapkan.
Oleh karena peneliti harus mampu melakukan kontrol yang ketat terhadap variabel eksperimen, maka ada tiga prinsip dasar dalam pelaksanaan rancangan eksperimen yaitu:
1. Replikasi, pengulangan dari eksperimen dasar. Hal ini berguna untuk memberikan estimasi yang lebih tepat terhadap error eksperimen dan memperoleh estimasi yang lebih baik terhadap rata-rata pengaruh yang ditimbulkan dan perlakuan.
2. Randomisasi, bermanfaat untuk meningkatkan validitas dan mengurangi bias utamanya dalam hal pembagian kelompok dan perlakuan.
3. Kontrol internal, melakukan penimbangan. bloking. dan penge4ompokan dan unit-unit percobaan yang digunakan. Hal ini bermanfaat untuk membuat prosedur yang lebih akurat, efisien, dan sensitif.

Error eksperimen dalam sebuah penelitian eksperimen dapat terjadi karena beberapa hal,yaitu:
a. Kesalahan dari percobaan yang sedang dilakukan.
b. Kesalahan pengamatan.
c. Kesalahan pengukuran.
d. Variasi dan bahan yang digunakan dalam percobaan.
e. Pengaruh kombinasi dari faktor-faktor luar.
Semakin banyak replikasi memang membawa konsekuensi penelitian eksperimen itu mahal dan memakan waktu relatif lama. Oleh karena itu, pertimbangan untuk menentukan banyaknya replikasi sangat ditentukan oleh:
a. Luas dan banyaknya jenis unit percobaan.
b. Bentuk unit percobaan.
c. Variabilitas dan ketersediaan material percobaan.
d. Derajat ketelitian yang diinginkan. Derajat kebebasan diharapkan tidak boleh kurang dan 10-15.

1. Rancangan Eksperimental-Sungguhan (true—experimental research)
Tujuan penelitian eksperimental sungguhan adalah untuk menyelidiki kemungkinan saling hubungan sebab-akibat dengan cara mengenakan kepada satu atau lebih kelompok eksperimental satu atau lebih kondisi perlakuan dan memperbandingkan hasilnya dengan satu atau lebih kelompok kontrol yang tidak dikenai kondisi perlakuan.
Rancangan eksperimental sungguhan yang cukup dikenal adalah:
a. Control group posttest-only design Dalam model rancangan ml, kelompok eksperimen dan kelompok kontrol dibentuk dengan prosedur random, sehingga keduanya dapat dianggap setara. Selanjutnya kelompok eksperimen diberikan perlakuan. Setelah perlakuan telah diberikan dalam jangka waktu tertentu, maka setelah itu dilakukan pengukuran variabel terikat pada kedua kelompok tersebut, dan hasilnya dibandingkan perbedaannya.
Model rancangan ini cocok untuk kondisi yang tidak dimungkinkan diakukan pre test atau ketika dikhawatirkan akan adanya interaksi antara pre test dengan perlakuan yang diberikan. Rancangan ml mampu mengendalikan faktor histori, maturasi, dan pre tes, tetapi tidak mampu mengukur besarnya efek dan faktor-faktor tersebut.

b. Pre test-post tes control group design
Rancangan ini lebih baik dan rancangan eksperimen tanpa pre tes, karena aka lebih akurat dalam memperoleh akibat dan suatu perlakuan dengan perbandingan keadaan dan variabel terikat pada kelompok eksperimen setelah dikenal perlakuan dan variabel kontrol yang tidak dikenai oleh perlakuan.
c. Solomon four group design
Rancangan solomon ini memang tidak banyak digunakan pada jumlah sampel penelitian yang kecil, namun pada penelitian pertanian dan sosial sering digunakan. Rancangan ini memiliki keunggulan untuk mengurangi pengaruh pre-test terhadap unit percobaan dan mengurangi error interaksi antara pre-test dengan perlakuan.
Rancangan ini terdiri dari 4 kelompok, yaitu 2 kelompok yang dilakukan pre test-post tes dan 2 kelompok yang dilakukan pre tes-posttes.
Secara konkret dapat dijelaskan sebagai berikut:
1. kelompok perlakuan dan kontrol dengan pre test.
2. kelompok perlakuan dan kontrol tanpa pre test.
Khusus faktorial, pada dasarnya bukan merupakan rancangan penelitian, tetapi memang sebuah penelitian eksperimen. Oleh karena itu eksperimen faktorial bisa didekati dengan berbagai rancangan, misalnya dengan randomized complete block. Keuntungan dan eksperimen faktorial adalah dimungkinkan untuk mengetahui pengaruh interaksi antar faktor. Oleh karena itu, semua prinsip dasar penelitian eksperimen harus tetap ada, agar error eksperimen dapat diukur..

2. Rancangan Eksperimental Semu (Quasi-Experimental Research)
Tujuan rancangan eksperimental-semu adalah untuk memperoleh informasi yang merupakan perkiraan bagi informasi yang dapat diperoleh dengan eksperimen yang sebenarnya dalam keadaan yang tidak memungkinkan untuk mengontrol dan/atau memanipulasikan semua variabel yang relevan. Si peneliti harus dengan jelas mengerti kompromi apa yang ada pada validitas internal dan validitas eksternal rancangannya dan berbuat sesuai dengan keterbatasan-keterbatasan tersebut.

Ciri-ciri rancangan eksperimen semu adalah:
a. Manipulasi eksperimen hanya pada variabel bebas.
b. Tidak ada pemilihan secara acak untuk kelompok dan atau
c. Tidak ada kelompok kontrol
Penulisan rancangan penelitian mengacu pada sistematika sebagai berikut :
Judul Penelitian
Judul penelitian dibuat singkat dan spesik, tetapi dengan mudah untuk dideskripkan mengenai penelitian yang diusulkan.
Ruang Lingkup
Menyesuaikan dengan lingkup penelitian
Latar Belakang Masalah
Memuat argumentasi atau pengungkapan faktor-faktor / gejala / konsep / dugaan yang menarik pentingnya penelitian dilakukan dengan didukung temuan atau fakta yang mengidentifikasi masalah ynag akan diteliti.
Perumusan Masalah
Rumuskan dengan jelas permasalahan yang ingin diteliti, uraikan pendekatan dan konsep untuk menjawab masalah yang akan diteliti, hipotesis yang akan diuji atau dugaan yang akan dibuktikan (jika ada). Dalam perumusan masalah dapat dijelaskan definisi, asumsi dan lingkup yang menjadi batasan penelitian. Uraian perumusan masalah tidak harus dalam bentuk pertanyaan.
Tujuan Penelitian
Pernyataan singkat mengenai tujuan penelitian. Tujuannya hendaknya spesifik, relevan dengan masalahnya dan terukur.
Manfaat Penelitian
Kontribusi hasil penelitian terhadap peningkatan kualitas pembelajaran yang dapat dirasakan/dicapai oleh mahasiswa atau siswa, dosen, maupun oleh lembaga yaitu jurusan/program studi.
Kajian Pustaka
Tinjauan Pustaka menguraikan teori, temuan dan hasil-hasil penelitian yang pernah dilakukan pada permasalahan yang sama atau relevan. Kajian pustaka penting untuk mengetahui bagaimana hubungan antara penelitian yang akan dilakukan dengan penelitian yang sudah ada dan dapat mengetahui perbedaan untuk menghindari duplikasi.
Fungsi Kajian Pustaka
(1) membantu pemilihan prosedur,
(2) memahami latar belakang teoretis
masalah penelitian,
(3) mengetahui manfaat penelitian
sebelumnya,
(4) menghindari duplikasi, dan
(5) memberikan pembenaran pemilihan
masalah penelitian.

Apa yang harus ditulis pada KP?
Paparkan secara komprehensip (menyeluruh), ringkas tetapi padat, prinsip-prinsip tindakan (metode pembelajaran) yang dipilih untuk memecahkan masalah. Jelaskan mengapa tindakan yang dipilih dapat memecahkan masalah
Paparkan pengalaman/hasil-hasil penelitian yang telah ada yang mendukung keberhasilan penggunaan tindakan dalam memecahkan masalah pembelajaran (jika ada)

Metode Penelitian
Menguraikan metode yang digunakan dalam penelitian secara sistematis dalam rangka menjawab tujuan penelitian.
Jadwal Penelitian
Membuat jadwal kegiatan penelitian mulai dari kegiatan persiapan, pelaksanaan dan penyusunan laporan digambarkan dengan tabel.
Personalia Penelitian
Mencantumkan Ketua Peneliti dan anggotanya dengan identitas keilmuannya secara jelas.
Ketua Peneliti :
Nama Lengkap & Gelar :
Golongan, Pangkat & NIP :
Jabatan Fungsional :
Jabatan Struktural :
Fakultas/Program Studi :
Perguruan Tinggi :
Bidang Keahlian :
Waktu untuk penelitian ini :
Anggota Peneliti :
(Dilengkapi identitas seperti Ketua, dan max 2 orang anggota)
Anggaran Biaya Penelitian
Membuat rincian biaya penelitian yang terdiri dari tahap persiapan, tahap operasional (bahan, peralatan, perjalanan), penyusunan laporan dan seminar hasil penelitian, penyebarluasan laporan hasil penelitian.
Daftar Pustaka
Daftar Pustaka ini memuat semua bahan – bahan yang digunakan selama penyusunan penelitian yang meliputi buku, laporan penelitian, jurnal ilmiah, artikel ilmiah. Penulisan daftar pustaka digunakan sistem nama dan tahun dengan urutan abjad nama pengarang, tahun, judul tulisan dan sumber (penerbit).
Lampiran – Lampiran
Laporan Penelitian
Pada akhir kegiatan penelitian, tim peneliti harus membuat laporan berupa Buku Laporan dan Artikel Ilmiah dengan ketentuan sebagai berikut :
• Buku laporan dan Artikel Ilmiah diketik dengan ukuran spasi 2 huruf Times New Roman 12
• Ukuran kertas A4
• Dijilid rapi dengan warna cover hijau muda
• Kanan ataas cover ditulis “Program Penelitian Pemula”
• Buku laporan dikirim rangkap 5 (lima) eksemplar beserta CD berisi Laporan dan artikel.
• Sistematika laporan penelitian adalah sebagai berikut :
• Bagian Awal
• Halaman Judul
• Halaman Lembar Identitas dan pengesahan (Lihat lampiran)
• Abstrak
• Prakata
• Daftar Isi
• Daftar Tabel
• Daftar Gambar (kalau ada)
• Daftar Lampiran
• Bagian Isi, meliputi

BAB I Pendahuluan
Bab ini berisi latar belakang masalah, uraian identifikasi masalah penelitian, membatasi masalah dan merumuskan masalah (tidak harus menggunakan kalimat tanya), tujuan dan manfaat penelitian.
BAB II Tinjauan Pustaka
Uraikan teori-teori dan hasil-hasil penelitian terdahulu yang digunakan sebagai basis melakukan penelitian.
BAB III Metode Penelitian
Berisi sama dengan yang ada dalam proposal penelitian (jika terjadi perubahan harus dijelaskan secara rinci dan tidak boleh menyimpang permasalahan).
BAB IV Hasil Dan Pembahasan
Berisikan semua temuan-temuan yang terdapat dalam penelitian yang diungkapkan secara jelas variabel-variabel yang diteliti, penggunaan tehnik analisis data, mendeskripsikan hasil analisis data, memberikan penafsiran terhadap kesimpulan analisis data dengan mempertimbangkan kemanfaatan kontribusi pada kemajuan / penyempurnaan IPTEKS, Pengembangan Kelembagaan dan Pembangunan Nasional. Diharapkan hasil yang dicapai memenuhi kesesuaian dengan tujuan, kedalam bahasan, originalitas dan mutu hasil penelitian.
BAB V Kesimpulan Dan Saran
Uraikan kesimpulan-kesimpulan hasil penelitian yang telah dilakukan dan berikan saran-saran berdasar kesimpulan tersebut.
Daftar Pustaka
Lampiran
Daftar Riwayat Hidup
Ijin Penelitian, Data Laboratorium, Data Hasil Survey dll.

2. Tekhnik Pengambilan Sample
Sampel.
Sampel adalah bagian dari populasi yang menjadi objek penelitian (sample sendiri secara harfiah berarti contoh). Hasil pengukuran atau karakteristik dari sampel disebut "statistik" yaitu X untuk harga rata-rata hitung dan S atau SD untuk simpangan baku. Alasan perlunya pengambilan sampel adalah sebagai berikut :
1. Keterbatasan waktu, tenaga dan biaya.
2. Lebih cepat dan lebih mudah.
3. Memberi informasi yang lebih banyak dan dalam.
4. Dapat ditangani lebih teliti.
Pengambilan sampel kadang-kadang merupakan satu-satunya jalan yang harus dipilih, (tidak mungkin untuk mempelajari seluruh populasi) misalnya:
- Meneliti air sungai
- Mencicipi rasa makanan didapur
- Mencicipi duku yang hendak dibeli

PENGAMBILAN SAMPEL.
1. Tujuan.
Agar sampel yang diambil dari populasinya "representatif" (mewakili), sehingga dapat diperoleh informasi yang cukup untuk mengestimasi populasinya.
2. Defenisi
Dalam rangka pengambilan sampel, ada beberapa pengertian yang perlu diketahui, yaitu:
Populasi Sasaran (Target Populasi):
Yaitu populasi yang menjadi sasaran pengamatan atau populasi dari mana suatu keterangan,akan diperoleh (misalnya efek obat pada ibu hamil) maka target populasi adalah ibu hamil.
Kerangka Sampel (Sampling Frame):
Yaitu suatu daftar unit-unit yang ada pada populasi yang akan diambil sampelnya (daftar anggota populasinya).
Unit Sampel(Sampling Unit):
Yaitu unit terkecil pada populasi yang akan diambil sebagai sampel (KK atau RT).
Rancangan Sampel
Yaitu rancangan yang meliputi cara pengambilan sampel dan penentuan besar sampelnya.
Random.
Yaitu cara mengambil sampel, dimana setiap unit dalam populasi mempunyai kesempatan yang sama untuk dipilih menjadi anggota sampel.
TEKNIK PENGAMBILAN SAMPEL
Pemilihan teknik pengarnbilan sampel merupakan upaya penelitian untuk mendapat sampel yang representatif (mewakili), yang dapat menggambarkan populasinya. Teknik pengambilan sampel tersebut dibagi atas 2 kelompok besar, yaitu :
1. Probability Sampling (Random Sample)
2. Non Probability Sampling (Non Random Sample)

1. Probability Sampling
Pada pengambilan sampel secara random, setiap unit populasi, mempunyai kesempatan yang sama untuk diambil sebagai sampel. Faktor pemilihan atau penunjukan sampel yang mana akan diambil, yang semata-mata atas pertimbangan peneliti, disini dihindarkan. Bila tidak, akan terjadi bias. Dengan cara random, bias pemilihan dapat diperkecil, sekecil mungkin. Ini merupakan salah satu usaha untuk mendapatkan sampel yang representatif.
Keuntungan pengambilan sampel dengan probability sampling adalah sebagai
berikut:
- Derajat kepercayaan terhadap sampel dapat ditentukan.
- Beda penaksiran parameter populasi dengan statistik sampel, dapat diperkirakan.
- Besar sampel yang akan diambil dapat dihitung secara statistik.

Penyimpangan (Error)
Dari hasil pengukuran terhadap unit-unit dalam sampel diperoleh nilai-nilai statistik. Nilai statistik ini tidak akan persis sama dengan nilai parameternya. Perbedaan inilah yang disebut sebagai Penyimpangan (Sampling Error) Sedangkan pada non probability sampel, penyimpangan nilai sample terhadap populasinya tidak mungkin diukur. Pengukuran penyimpangan ini merupakan salah satu bentuk pengujian statistik. Penyimpangan yang terjadi pada perancangan kwesioner, kesalahan petugas pengumpul data dan pengola data disebut Non Sampling Error.
Cara Pengambilan Sampel
Ada 5 cara pengambilan sampel yang termasuk secara random, yaitu
sebagai berikut:

1. Sampel Random Sederhana (Simple Random Sampling).
Proses pengambilan sampel dilakukan dengan memberi kesempatan yang sama pada setiap anggota populasi untuk menjadi anggota sampel. Jadi disini proses memilih sejumlah sampel n dari populasi N yang dilakukan secara random. Ada 2 cara yang dikenal yaitu:
a. Bila jumlah populasi sedikit, bisa dilakukan dengan cara mengundi "Cointoss".
b. Tetapi bila populasinya besar, perlu digunakan label "Random Numbers" yang prosedurnya adalah sebagai berikut:
- Misalnya populasi berjumlah 300 (N=300).
- tentukan nomor setiap unit populasi (dari 1 s/d 300 = 3 digit/kolom).
- tentukan besar sampel yang akan diambil. (Misalnya 75 atau 25 %)
- tentukan skema penggunaan label random numbers. (misalnya dimulai dari 3 kolom pertama dan baris pertama) dengan menggunakan tabel random numbers, tentukan unit mana yang terpilih, sebesar sampel yang dibutuhkan, yaitu dengan mengurutkan angka-angka dalam 3 kolom pertama, dari atas ke bawah, setiap nomor ? 300, merupakan nomor sampel yang diambil (100, 175, 243, 101), bila ada nomor ? 300, tidak diambil sebagai sampel (N = 300). Jika pada lembar pertama jumlah sampel
belum mencukupi, lanjutkan kelembaran berikutnya, dan seterusnya. Jika ada nomor yang serupa dijumpai, di ambil hanya satu, karena setiap orang hanya mempunyai 1 nomor identifikasi.
Keuntungan :
- Prosedur estimasi m udah dan sederhana
Kerugian :
- Membutuhkan daftar seluruh anggota populasi.
- Sampel mungkin tersebar pada daerah yang luas, sehingga biaya transportasi besar.

2. Sampel Random Sistematik (Systematic Random Sampling)
Proses pengambilan sampel, setiap urutan ke —K" dari titik awal yang dipilih secara random, dimana:
N (Jumlah anggota populasi)
K =
n (jumlah anggota sam pel)
Misalnya, setiap pasien yang ke tiga yang berobat ke suatu Rumah Sakit, diambil sebagai sampel (pasien No. 3,6,9,15) dan seterusnya.
Cara ini dipergunakan :
- Bila ada sedikit Stratifikasi Pada populasi.
Keuntungan :
-Perencanan dan penggunaanya mudah.
-Sampel tersebar di daerah populasi.
Kerugian :
-Membutuhkan daftar populasi.

3. Sampel Random Berstrata (Stratified Random Sampling)
Populasi dibagi strata-strata, (sub populasi), kemudian pengambilan sampel dilakukan dalam setiap strata baik secara simple random sampling, maupun secara systematic random sampling. Misalnya kita meneliti keadaan gizi anak sekolah Taman Kanak-kanak di Kota Madya Medan (? 4-6 tahun). Karena kondisi Taman Kanak-kanak di Medan sangat berbeda (heterogen) maka buatlah kriteria yang tertentu yang dapat mengelompokkan sekolah Taman Kanak-kanak ke dalam 3 kelompok (A = baik, B = sedang, C = kurang). Misalnya untuk Taman Kanak-Kanak dengan kondisi A ada : 20 buah dari 100 Taman Kanak-Kanak yang ada di Kota Madya Medan, kondisi B = 50 buah C = 30 buah.Jika berdasarkan perhitungan besar sampel, kita ingin mengambil sebanyak 25 buah (25%), maka ambilah 25% dari masing-masing sub populasi tersebut diatas.
Contoh :
100 TK (populasi)
Sub populasi
20 kelompok A
50 Kelompok B
30 Kelompok C
25% 25%
5 TK
12-13 TK
7-8 TK
Cara pengambilan sampel 5 Kelompok A, 12-13 Kelompok B, dan 7 œ 8. Kelompok C adalah secara random karena sub populasi sudah homogen.
Keuntungan :
-Taksiran mengenai karakteristik populasi lebih tepat.
Kerugian :
- Daftar populasi setiap strata diperlukan
- Jika daerah geografisnya luas, biaya transportasi tinggi.

4. Sampel Random Berkelompok (Cluster Sampling)
Pengambilan sampel dilakukan terhadap sampling unit, dimana sampling unitnya terdiri dari satu kelompok (cluster). Tiap item (individu) di dalam kelompok yang terpilih akan diambil sebagai sampel. Cara ini dipakai : bila populasi dapat dibagi dalam kelompok-kelompok dan setiap karakteristik yang dipelajari ada dalam setiap kelompok. Misalnya ingin meneliti gambaran karakteristik (umur, suku, pendidikan dan pekerjaan) orang tua mahasiswa FK USU. Mahasiswa FK dibagi dalam 6 tingkat (I s/d VI). Pilih secara random salah satu tingkat (misal tingkat II). Maka orang tua sem ua mahasiswa yang berada pada tingkat II diambil sebagai sampel (Cluster).
Keuntungan :
- Tidak memerlukan daftar populasi.
- Biaya transportasi kurang
Kerugian :
- Prosudur estimasi sulit.

5. Sampel Bertingkat (Multi Stage Sampling)
Proses pengambilan sampel dilakukan bertingkat, baik bertingkat dua maupun lebih. Misalnya:
provinsi
kabupaten
Kecamatan desa Lingkungan
KK.
Misalnya kita ingin meneliti Berat badan dan Tinggi badan murid SMA. Sesuai kondisi dan perhitungan, maka jumlah sampel yang akan diambil ± 2000.
Contoh :
(Indonesia)
27 Propinsi
Propinsi SUMUT
Kabupaten Deli Serdang
Kecamatan Hamparan Perak
Ada 3 SMA (± 2000)

Cara ini dipergunakan bila:
- Populasinya cukup homogen
- Jumlah populasi sangat besar
- Populasi menempati daerah yang sangat luas Biaya penelitian kecil
Keuntungan:
- Biaya transportasi kurang
Kerugian:
- Prosedur estimasi sulit
- Prosedur pengambilan sampel memerlukan perencanaan yang lebih cermat

2. Non Probability Sample (Selected Sample)
Pemilihan sampel dengan cara ini tidak menghiraukan prinsip-prinsip probability. Pemilihan sampel tidak secara random. Hasil yang diharapkan hanya merupakan gambaran kasar tentana suatu keadaan.
Cara ini dipergunakan :
Bila biaya sangat sedikit , hasilnya diminta segera, tidak memerlukan ketepatan yang tingqi, karena hanya sekedar gambaran umun saja.
Cara-cara yang dikenal adalah sebagai berikut :
2.1. Sampel Dengan Maksud (Purposive Samping).
Pengambilan sampel dilakukan hanya atas dasar pertimbangan penelitinya saja
yang menganggap unsur-unsur yang dikehendaki telah ada dalam anggota sampel yang diambil.
2.2. Sampel Tanpa Sengaja (Accidental Sampling).
Sampel diambil atas dasar seandainya saja, tanpa direncanakan lebih dahulu. Juga jumlah sampel yang dikehenadaki tidak berdasrkan pertimbangan yang dapat dipertanggung jawabkan, asal memenuhi keperluan saja. Kesimpulan yang diperoleh bersifat kasar dan sementara saja.
2.3. Sampel Berjatah (Quota Sampling).
Pengambilan sampel hanya berdasarkan pertimbangan peneliti saja, hanya disini besar dan kriteria sampel telah ditentukan lebih dahulu. Misalnya Sampel yang akan di ambil berjumlah 100 orang dengan perincian 50 laki dan 50 perempuan yang berumur 15-40 tahun. Cara ini dipergunakan kalau peneliti mengenal betuldaerah dan situasi daerah dimana penelitian akan dilakukan

3. Gambaran tentang pengambilan sampel.
Di dalam suatu penelitian adalah sebagai berikut;
1. Perlu dirumuskan masalah-masalah yang dihadapi, kemudian perincilah masalah-masalah tersebut dalam bentuk-bentuk informasi yang harus disajikan.
2. Setelah memahami ruang lingkup masalah yang dihadapi, tetapkanlah populasi yang hendak diteliti itu.
3. Perlu diketahui apakah informasi yang dibutuhkan sudah pernah tersedia, misalnya sebagai hasil penelitian orang lain.
4. Tentukan jenis penelitian apa yang paling baik, sesuai dengan biaya yang tersedia sehingga dapat menyajikan informasi yang dibutuhkan.
5. Susun rencana lengkap terhadap pelaksanaan penelitian tersebut, termasuk menyusun defenisi, klasifikasi, kwesioner, petugas dan sebagainya.
6. Rencanakan beberapa "Alternative Sampling Design" yang dapat memberi gambaran tentang beban ongkos dan tingkat kecermatannya.
7. Susun buku pedoman (manual) untuk pekerja lapangan selengkap mungkin.
8. Susun rencana, tabulasi dan tetapkan bentuk serta jenis dari tabel yang final.
9. Laksanakan pretest untuk menguji effektivitas kwesioner, manual, petugas lapangan dan aspek-aspek oprasional lainnya.
10. Atas dasar pretest tersebut, perbaiki kwesioner, dan manual.
11. Tetapkan secara terperinci prosedur samping yang final.
12. Baru dilaksanakan penelitian yang sesungguhnya dan teruskan dengan pengolahan serta tabulasi data seperti yang direncanakan.
13. Susun analisa atau hasil-hasil tersebut.
14. Buat laporan penelitian.

Kesimpulan Tentang Sample
1. Jika kita ingin melakukan peneli1ian pada sesuatu populasi yang besar, kita tidak perlu meneliti setiap unit dari populasi akan tetapi cukup hanya mengambil sebagian saja (sampel).
2. Untuk mendapatkan suatu sampel yang "representatif“ perlu diperhatikan cara-cara yang disebut dalam "Probability Sample".
3. Jika kita hanya ingin mengetahui sekedar gambaran umum dari suatu keadaan, sedang biaya dan waktu sangat sedikit, dapat kita pergunakan "Non Probability Sample"
4. Untuk menghindari terjadinya Non Sampling Error perlu diadakan perencanaan yang baik, dalam pembuatan kwesioner, manual, penetapan defenisi dan konsep serta pengumpulan dan pengolahan data.

3. Skala Data
Skala merupakan hasil pengukuran yang terdiri atas beberapa jenis skala yang bervariasi. Pengukuran adalah pemberian angka terhadap objek atau fenomena menurut aturan tertentu. Tiga buah kata kunci yang diperlukan dalam memberikan definisi terhadap konsep pengukuran. Kata-kata kunci tersebut adalah angka, penetapan, dan aturan. Pengukuran yang baik, harus mempunyai sifat isomorphism dengan realita. Prinsip isomorphism, artinya terdapat kesamaan yang dekat antara realitas sosial yang diteliti dengan ”nilai” yang diperoleh dari pengukuran. Oleh karena itu, suatu instrumen pengukur dipandang baik apabila hasilnya dapat merefleksikan secara tepat realitas dari fenomena yang hendak diukur.
Ada empat skala pengukuran data, yaitu: nominal, ordinal, interval, dan rasio. Keempat skala pengukuran tersebut memiliki tingkat penggunaan yang berbeda dalam riset statistik. Skala nominal hanya bisa membedakan sesuatu yang bersifat kualitatif (misalnya: jenis kelamin, agama, warna kulit). Skala ordinal selain membedakan juga menunjukkan tingkatan (misalnya: pendidikan, tingkat kepuasan). Skala interval berupa angka kuantitatif namun tidak memiliki nilai nol mutlak (misalnya: tahun, suhu dalam Celcius). Sedangkan skala rasio berupa angka kuantitatif yang memiliki nilai nol mutlak.
DATA
1. Primer dan Sekunder
- Primary Data, adalah data mentah yang dikumpulkan langsung dari sumbernya oleh peneliti baru kemudian diolahnya.
- Secondary Data, adalah data olahan yang diambil peneliti dari pihak kedua (pihak yang mengumpulkan langsung dari sumber dan mengolahnya).
Catatan: Jika menggunakan data dari pihak ketiga, maka datanya disebut data tersier, dan seterusnya.
2. Utama dan Pendukung
- Prominent/Eminent Data, adalah data pokok dalam suatu penelitian. Jika data ini tidak ada, maka jawaban terhadap pertanyaan penelitian tidak akan didapat.
- Supporting Data, adalah data yang meskipun tidak ada pada suatu penelitian namun jawaban atas pertanyaan penelitian masih dapat dibuat, meskipun mungkin dapat dianggap kurang memadai.
3. Kualitatif dan Kuantitatif
- Qualitative Data, adalah data yang bukan berupa angka seperti atribut/kategorik.
Catatan: Data kategorik (dengan skala nominal maupun ordinal) dapat dianalisis dengan menggunakan rumus-rumus matematika/statistika setelah diberi kode (coding) berupa angka.
- Quantitative Data, adalah data yang berupa angka/numerik (dengan skala ordinal, interval, ataupun rasio)
4. Nominal, Ordinal, Interval, Rasio
Jika dilihat dari skala pengukurannya (Measurement Scale), maka data dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
a. Categorical Data
- Data kategorik adalah data kualitatif sehingga untuk dapat dianalisis dengan menggunakan rumus matematika/statistika perlu diberi kode (coding) berupa angka. Analisis matematika/statistika yang digunakan adalah berdasarkan hasil membilang (counting) pada setiap kategori/pasangan kategori.
Data kategorik disebut juga data nonmetric atau data yang bukan merupakan hasil pengukuran.

Klasifikasinya adalah:
1) Kategorik Nominal, yaitu data kategorik yang tak dapat dinyatakan bahwa kategori yang satu lebih baik dari kategori lainnya atau dengan kata lain kategori yang tidak memiliki urutan tertentu.
Contoh: Pria – wanita, ungu – biru, dan lain-lain.
Karena tidak memiliki urutan tertentu, maka dapat saja kategori ”pria” diberi kode ”0” dan ”wanita diberi kode ”1” maupun sebaliknya.
2) Kategorik Ordinal, yaitu data kategorik yang mempunyai urutan tertentu namun ”jarak” antar kategori sulit untuk dinyatakan sama.
Contoh: Alat dalam kondisi ”baik”, ”sedang”, ”rusak”.
Karena memiliki urutan, maka jika ”rusak” diberi kode ”1”, maka urutan berikutnya adalah ”sedang’ yang diberi kode ”2”, dan kategori ”baik” diberi kode ”3” atau sebaliknya. Urutan pengkodean di atas tidak dapat ditukar-tukar secara acak, karena akan menjadi tidak sesuai dengan urutan kategorinya.
Data kategorik nominal maupun ordinal dapat diubah menjadi data numerik:
1) rasio, dengan cara membagi jumlah frekuensi suatu kategori dengan kategori yang lain, atau dengan total frekuensi seluruh kategori.
2) ordinal, dengan cara melakukan ranking sesuai dengan jumlah frekuensi dari kategori-kategori yang ada.
b. Numerical Data
Data numerik adalah data metric atau data yang merupakan hasil pengukuran. Jika data hasil pengukuran eksakta menghasilkan data metrik murni (pure metric data), maka pada pengukuran sosial – humaniora, data yang dihasilkan bukan data metrik murni.
Pada pengukuran sosial-humaniora, suatu variabel dikonstruk sedemikian rupa dalam beberapa indikator yang kemudian menjadi dasar pembuatan item pengukuran. Pada setiap item disediakan beberapa pilihan jawaban yang pada dasarnya berbentuk kategorik ordinal. Untuk jawaban yang dipilih pada setiap indikator diubah ke bentuk angka yang disebut scoring. Meskipun kelihatannya sama, namun istilah coding dan scoring berbeda, yaitu:

Coding
Scoring
Diterapkan pada variabel manifest, dimana setiap variabel hanya mengandung 1 item Diterapkan pada variabel laten yang dikonstruk dari beberapa variabel manifest (indikator), dimana setiap variabel mengandung beberapa item
Hasil coding per item dapat dianalisis langsung, karena setiap item mewakili 1 variabel Hasil scoring per item tak boleh dianalisis langsung, tapi harus dijumlahkan dengan score item-item lain yang mewakili variabel yang sama.

Data yang dihasilkan merupakan data kategorik baik nominal maupun ordinal Data yang dihasilkan adalah data interval atau data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval

Catatan: Data yang didapat sebagai penjumlahan skor-skor seluruh item pada suatu konstruk variabel laten dimasukkan dalam klasifikasi data interval. Namun ada yang merasa ragu dengan konsep scoring dan coding di atas, ”Apakah data ordinal yang dijumlahkan dapat menghasilkan data interval?”.
Karena itu dalam konteks seperti ini, jumlah skor-skor dari suatu konstruk dinyatakan diperlakukan sebagai data interval (threat as interval), meski sebenarnya dianggap bukan data interval.
1) Numerik Ordinal
Data numerik ordinal adalah data yang berupa angka yang menunjukkan urutan.
Contoh:
a) urutan antrian
b) urutan tempat duduk
c) urutan nomor rumah
d) urutan kemunculan
bentuk khusus data numerik ordinal ini adalah data ranking (rank – order), yaitu data yang dihasilkan dari pengurutan data interval atau rasio baik secara meningkat (ascending) maupun menurun (descending).
Seperti data kategorik ordinal, operasi matematika tak dapat dilakukan pada data ini.
Contoh: Tidak dapat dikatakan bahwa; ranking 3 – ranking 2 = ranking 1
Juga tidak dapat dikatakan bahwa; 2 x kali ranking 1 = ranking 2.
2) Numerik Interval
Data numerik interval selain mengandung unsur urutan juga memiliki unsur kesamaan jarak antar urutan. Karena itulah operasi bilangan dapat dilakukan.

Contoh: 40° C – 30° C = 10°C
40° C adalah 2x lebih panas dari 20° C.
Namun data numerik interval tidak memiliki 0 yang absolut.
Contoh: 0° C = 32° F
Siswa yang mendapat nilai 0 pada tes Statistika tidak dapat diartikan bahwa yang bersangkutan tidak memiliki pengetahuan sama sekali tentang Statistika.
Kesamaan jarak ukuran ini yang sulit dijamin pada suatu pengukuran sosial – humaniora. Karena itulah hasil pengukuran sosial – humaniora dianggap bukan data interval, tetapi data ordinal yang diperlakukan sebagai data interval.
Data numerik interval ini dapat diubah menjadi data:
a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya
b) kategorik ordinal, dengan cara mengkategorikannya.

3) Numerik Rasio
Data numerik rasio adalah data yang selain mengandung unsur urutan, memiliki jarak ukuran yang sama, serta memiliki nilai 0 absolut.
Contoh: Jika tidak ada sesuatu yang diletakkan di atas timbangan emas, maka angka digital yang tertera tetap angka 0,00.
Seperti data numerik interval, data numerik rasio ini dapat diubah menjadi data:
a) numerik ordinal, dengan cara me-ranking-nya
b) kategorik ordinal, dengan cara mengkategorikannya.
Catatan: Pada program Statistical Package and Service Solutions (SPSS) digunakan hal-hal sebagai berikut:
- Seluruh data yang di-entry untuk dianalisis diperlakukan sebagai data numerik
- Konsep pendataan disamakan dengan pengukuran yang diklasifikasikan atas skala (scale), ordinal, dan nominal.

Perbandingan dengan konsep sebelumnya dapat dilihat pada tabel berikut:

Konsep Sebelumnya Konsep di SPSS
Pendataan Kategorik Nomial Pengukuran Nominal
Ordinal Ordinal
Numerik Ordinal
Interval Skala
Rasio



Artikel Terkait:

0 comments:

Poskan Komentar

Komentar anda sangat bermanfaat untuk perkembangan blog ini. Jangan lupa berikan komentar, dan jangan sisipkan spam. Terima Kasih!!!