SIFAT, ARTI, DAN HUBUNGAN ILMU POLITIK DENGAN ILMU PENGETAHUAN LAINNYA
Bookmark and Share

Tuesday, February 24, 2009

Perkembangan dan Definisi Ilmu Politik


Apabila ilmu politik dipandang semata-mata sebagai salah satu cabang dari ilmu-ilmu sosial yang memiliki dasar, rangka, fokus, dan ruang lingkup yang jelas, maka dapat dikatakan bahwa ilmu politik masih muda usianya karena baru lahir pada akhir abad ke-19. pada tahap itu ilmu politik berkembang secara pesat berdampingan dengan cabang-cabang ilmu sosial lainnya, seperti sosiologi, antropologi, ekonomi, dan psikologi, dan dalam perkembangan ini mereka saling mempengaruhi.

Akan tetapi, apabila ilmu politik ditinjau dalam rangka yang lebih luas, yaitu sebagai pembahasan secara rasional dari berbagai aspek negara dan kehidupan politik, maka ilmu politik dapat dikatakan jauh lebih tua umurnya. Bahkan ia sering dinamakan ilmu sosial yang tertua di dunia. Pada taraf perkembangan itu ilmu politik banyak bersandar pada sejarah dan filsafat.


Di Indonesia kita mendapati beberapa karya tulis yang membahas masalah sejarah dan kenegaraan, seperti misalnya Negarakertagama yang ditulis pada masa Majapahit sekitar abad ke-13 dan ke-15 Masehi dan Babad Tanah Jawi. Sayangnya di negara-negara Asia tersebut kesusastraan yang mencakup politik mulai akhir abad ke-19 telah mengalami kemunduran karena terdesak oleh pemikiran Barat yang dibawa oleh negara-negara seperti Inggris, Jerman, Amerika Serikat, dan Belanda dalam rangka imperialisme.

Di negara-negara benua Eropa seperti Jerman, Austria, dan Prancis bahasan mengenai politik dalam abad ke-18 dan ke-19 banyak dipengaruhi oleh ilmu hukum dan karena itu fokus perhatiannya adalah negara semata-mata. Bahasan mengenai negara termasuk kurikulum Fakultas Hukum sebagai mata kuliah Ilmu Negara (Staatslehre). Di Inggris permasalahan politik dianggap termasuk filsafat, terutama moral philosophy, dan bahasannya dianggap tidak dapat terlepas dari sejarah. Akan tetapi dengan didirikannya Ecole Libredes Sciances Politiques di Paris (1870) dan London School of Economics and Political Science (1985) , ilmu politik untuk pertama kali di negara-negara tersebut dianggap sebagai disiplin tersendiri yang patut mendapat tempat dalam kurikulum perguruan tinggi. Namun demikian, pengaruh dari ilmu hukum, filsafat dan sejarah sampai perang dunia II masih tetap terasa.

Ilmu Politik Sebagai Ilmu Pengetahuan (Science)

Adakalanya dipersoalkan apakah ilmu politik merupakan suatu ilmu pengetahuan (science) atau tidak, dan disangsikan apakah ilmu politik memenuhi syarat sebagai ilmu pengetahuan. Soal ini menimbulkan pertanyaan: apakah yang dinamakan ilmu pengetahuan (science) itu? Karakteristik ilmu pengetahuan (science) ialah tantangan untuk menguji hipotesis melalui eksperimen yang dapat dilakukan dalam keadaan terkontrol (controlled circumstances) misalnya laboratorium. Berdasarkan eksperimen-eksperimen itu ilmu-ilmu eksakta dapat menemukan hukum-hukum yang dapat diuji kebenarannya.

Jika definisi ini dipakai sebagai patokan, maka ilmu politik serta ilmu-ilmu sosial lainnya belum memenuhi syarat, karena sampai sekarang belum ditemukan hukum-hukum ilmiah seperti itu. Mengapa demikian? Oleh karena yang diteliti adalah manusia dan manusia itu adalah makhluk yang kreatif, yang selalu didasarkan atas pertimbangan rasional dan logis, sehingga mempersukar usaha untuk mengadakan perhitungan serta proyeksi untuk masa depan. Dengan kata lain perilaku manusia tidak dapat diamati dalam keadaan terkontrol.

Definisi Ilmu Politik

Ilmu politik adalah ilmu yang mempelajari politik atau politics atau kepolitikan. Politik adalah usaha menggapai kehidupan yang baik. Di Indonesia kita teringat pepatah gemah ripah loh jinawi. Orang Yunani Kuno terutama Plato dan Aristoteles menamakannya sebagai en dam onia atau the good life.

Mengapa politik dalam arti ini begitu penting? Karena sejak dahulu kala masyarakat mengatur kehidupan kolektif dengan baik mengingat masyarakat sering menghadapi terbatasnya sumber daya alam, atau perlu dicari satu cara distribusi sumber daya agar semua warga merasa bahagia dan puas. Ini adalah politik.

Bagaimana caranya mencapai tujuan dengan berbagai cara, yang kadang-kadang bertentangan dengan satu sama lainnya. Akan tetapi semua pengamat setuju bahwa tujuan itu hanya dapat dicapai jika memiliki kekuasaan suatu wilayah tertentu (negara atau sistem politik). Kekuasaan itu perlu dijabarkan dalam keputusan mengenai kebijakan yang akan menentukan pembagian atau alokasi dari sumber daya yang ada.

Dengan demikian kita sampai pada kesimpulan bahwa politik dalam suatu negara (state) berkaitan dengan masalah kekuasaan (power) pengambilan keputusan (decision making), kebijakan publik (public policy), dan alokasi atau distribusi (allocation or distribution).

Politik adalah perebutan kekuasaan, kedudukan, dan harta (Politics at its worst is a selfish grab for power, glory and riches).

Di bawah ini ada dua sarjana yang menguraikan definisi politk yang berkaitan dengan masalah konflik dan konsensus.

1. Menurut Rod Hague et al.: “politik adalah kegiatna yang menyangkut cara bagaimana kelompok-kelompok mencapai keputusankeputusan yang bersifat kolektif dan mengikat melalui usaha untuk mendamaikan perbedaan-perbedaan di antara anggota-anggotanya.

2. Menurut Andrew Heywood: “Politik adalah kegiatan suatu bangsa yang bertujuan untuk membuat, mempertahankan , dan mengamandemenkan peraturan-peraturan umum yang mengatur kehidupannya, y ang berarti tidak dapat terlepas dari gejala konflik dan kerja sama.

Perbedaan-perbedaan dalam definisi yang kita jumpai disebabkan karena setiap sarjana meneropong hanya satu aspek atau unsur dari politik. Unsur ini diperlukannya sebagai konsep pokok yang akan dipakainya untuk meneropong unsur-unsur lain. Dari uraian di atas dapat kita simpulkan bahwa konsep-konsep itu adalah:
1. Negara (state)
2. Kekuasaan (power)
3. Pengambilan keputusan (decision making)
4. Kebijakan (policy, beleid)
5. Pembagian (distribution)

Bidang-bidang Ilmu Politik

Dalam contemporary Political Science, terbitan Unesco 1950, ilmu politik dibagi menjadi empat bidang.
1. Teori Politik
2. Lembaga-lembaga politik
3. Partai-partai, golongan-golongan (groups), dan pendapat umum
4. Hubungan internasional


Hubungan Ilmu Politik dengan Ilmu Pengetahuan Lain

- Sejarah
Seperti diterangkan di atas, sejak dahulu kala ilmu politik erat hubuganya dengan sejarah dan filsafat. Sejarah merupakan alat yang paling penting bagi ilmu politik, oleh karena menyumbang bahan, yaitu data dan fakta dari masa lampau, untuk diolah lebih lanjut.

- Filsafat
Ilmu pengetahuna lain yang erat sekali hubungannya dengan ilmu politik ialah filsafat. Filsafat ialah usaha untuk secara rasional dan sistematis mencari pemecahan atau jawaban atas persoalan-persoalan yang menyangkut alam semesta (universe) dan kehidupan manusia.

- Sosiologi
Di antara ilmu-ilmu sosial, sosiologi-lah yang paling pokok dan umum sifatnya. Sosiologi membantu sarjana ilmu politik dalam usahanya memahami latar belakang, susunan dan pola kehidupan sosial dari berbagai golongan dan kelompok dalam masyarakat.

- Antropologi
Apabila jasa sosiologi terhadap perkembangan ilmu politik adalah terutama dalam memberikan analisis terhadap kehidupan sosial secara umum dan menyeluruh, maka antrophology menyumbang pengertian dan teori tentang kedudukan serta peran berbagai satuan sosial-budaya yang lebih kecil dan sederhana.

- Ilmu Ekonomi
Pada masa silam ilmu politik dan ilmu ekonomi merupakan bidang ilmu tersendiri yang dikenal sebagai ekonomi politik (political economy), yaitu pemikiran dan analisis kebijakan yang hendak digunakan untuk memajukan kekuatan dan kesejahteraan negara Inggris dalam menghadapi saingannya seperti Portugis, Spanyol, Prancis, dan Jerman, pada abad ke-18 dan ke-19.

- Psikologi Sosial
Psikologi sosial adalah pengkhususan psikologi yang mempelajari hubungan timbal balik antara manusia dan masyarakat, khususnya faktor-faktor yang mendorong manusia untuk berperan dalam ikatan kelompok sosial, bidang psikologi umumnya memusatkan perhatian pada kehidupan perorangan.

- Geografi
Faktor-faktor yang berdasarkan geografi, seperti perbatasan strategis, desakan penduduk, daerah pengaruh mempengaruhi politik.

- Ilmu Hukum
Terutama negara-negara Benua Eropa, ilmu hukum sejak dulu kala erat hubungannya dengan ilmu politik, karena mengatur dan melaksanakan undang-undang merupakan salah satu kewajiban negara yang penting. Cabang-cabang ilmu hukum yang khususnya meneropong negara ialah hukum tata-negara (dan ilmu negara).

sumber: a2i3s-c0ol

Hubungan Filsafat Islam dengan Filsafat Yunani dan Ilmu-ilmu Islam
Bookmark and Share

Pengertian Filsafat Islam


Sebelum sampai kepada definisi Filsafat Islam, terlebih dahulu kami akan memberikan makna filsafat yang berkembang di kalangan cendikiawan muslim.

Menurut Mustofa Abdur Razik pemakaian kata filsafat di kalangan umat Islam adalah kata hikmah. Sehingga kata hakim ditempatkan pada kata failusuf atau hukum Al-Islam (hakim-hakim Islam) sama dengan falasifatul Islam (failasuf-failasuf Islam). Hal ini dikuatkan oleh Dr. Faud Al-Ahwani, bahwa kebanyakan pengaran-pengarang Arab menempatkan kalimat hikmah di tempat kalimat filsafat, dan menempatkan kalimat hakim di tempat kalimat failusuf atau sebaliknya. Namun demikian, mereka mengatakan bahwa sebenarnya kata hikmah itu berada di atas kata filsafat.

Al-Farabi berkata: Failusuf adalah orang yang menjadikan seluruh kesungguhan dari kehidupannya dan seluruh maksud dari umurnya mencari hikmah yaitu mema'rifati Allah yang mengandung pengertian mema'rifati kebaikan.

Ibnu Sina mengatakan, hikmah adalah mencari kesempurnaan diri manusia dengan dapat menggambarkan segala urusan dan membenarkan segala hakikat baik yang bersifat teori maupun praktik menurut kadar kemampuan manusia.

Kemudian Ahli tafsir Muhammad Abduh mengatakan bahwa hikmah adalah ilmu yang berhubungan dengan rahasia-rahasia, yang kokoh/rapi, dan bermanfaat dalam menggerakkan amal pekerjaan.

Sementara itu ada yang berpendapat bahwa asal makna hikmah adalah tali kendali untuk kuda dalam mengekang kenakalannya. Dari sini makna diambillah kata hikmah dalam arti pengetahuan atau kebijaksanaan karena hikmah ini menghalang-halangi dari orang yang mempunyai perbuatan rendah. Kemudian hikmah diartikan perkara yang tinggi yang dapat dicapai oleh manusia dengan melalui alat-alatnya yang tertentu yaitu akal dan metode-metode berpikirnya.

Apabila melihat ayat-ayat Al-Qur’an, maka ada beberapa arti yang dikandung dalam
  • kata hikmah itu, antara lain adalah:
    Untuk memperhatikan keadaan dengan seksama untuk memahami rahasia syariat dan maksud-maksudnya.

  • Kenabian

  • Dengan demikian hikmah yang diidentikkan dengan filsafat adalah ilmu yang membahas tentang hakikat sesuatu, baik yang bersifat teoritis (etika, estetika maupun metafisika) atau yang bersifat praktis yakni pengetahuan yang harus diwujudkan dengan amal baik.

    Sampailah kita pada pengertian Filsafat Islam yang merupakan gabungan dari filsafat dan Islam. Menurut Mustofa Abdur Razik, Filsafat Islam adalah filsafat yang tumbuh di negeri Islam dan di bawah naungan negara Islam, tanpa memandang agama dan bahasa-bahasa pemiliknya. Pengertian ini diperkuat oleh Prof. Tara Chand, bahwa orang-orang Nasrani dan Yahudi yang telah menulis kitab-kitab filsafat yang bersifat kritis atau terpengaruh oleh Islam sebaiknya dimasukkan ke dalam Filsafat Islam.

    Dr. Ibrahim Madzkur mengatakan: Filsafat Arab bukanlah berarti bahwa ia adalah produk suatu ras atau umat. Meskipun demikian saya mengutamakan menamakannya filsafat Islam, karena Islam bukan akidah saja, tetapi juga sebagai peradaban. Setiap peradaban mempunyai kehidupannya sendiri dalam aspek moral, material, intelektual dan emosional. Dengan demikian, Filsafat Islam mencakup seluruh studi filosofis yang ditulis di bumi Islam, apakah ia hasil karya orang-orang Islam atau orang-orang Nasrani ataupun orang-orang Yahudi (Fuad Al-Ahwani, Hal. 15).

    Drs. Sidi Gazalba memberikan gambaran sebagai berikut: Bahwa Tuhan memberikan akal kepada manusia itu menurunkan nakal (wahyu/sunnah) untuk dia. Dengan akal itu ia membentuk pengetahuan. Apabila pengetahuan manusia itu digerakkan oleh nakal, menjadilah ia filsafat Islam. Wahyu dan Sunnah (terutama mengenai yang ghaib) yang tidak mungkin dibuktikan kebenarannya dengan riset, filsafat Islamlah yang memberikan keterangan, ulasan dan tafsiran sehingga kebenarannya terbuktikan dengan pemikiran budi yang bersistem, radikal dan umum (Drs. Sidi Gazalba, hal. 31).

    Dengan uraian di atas maka dapatlah disimpulkan bahwa filsafat Islam adalah suatu ilmu yang dicelup ajaran Islam dalam membahas hakikat kebenaran segala sesuatu.

    Banyak di kalangan para ahli berbeda dalam menanamkan filsafat Islam. Apakah ia merupakan filsafat Islam atau filsafat Arab atau ada nama lain dari kedua istilah itu.

    Prof. Mu'in, menyatakan apabila filsafat itu disebut dengan Filsafat Arab, berarti mengeluarkan orang Iran, orang Afghanistan, orang Pakistan, dan orang India. Oleh karena itu memilih dengan Filsafat Islam. Demikian pula orientalis Perancis Courbin, seorang Islamolog dan kebudayaan Iran, membela dengan Filsafat Islam. Sebagaimana dikatakannya. Jika kita mengambil nama Filsafat Arab, pengertiannya sempit sekali bahkan keliru.

    Berbeda dengan As-Sahrawardi Ar-Razi, beliau lebih suka memilih pendapat yang menamakannya Filsafat di dunia Islam, adapun Mauric de Wild, Emik Brehier dan Lutfi As Sayid menyebutkan dengan Filsafat Arab. Pada umumnya pendapat yang menyebutkan Filsafat Arab beralasan bahwa filsafat itu ditulis dalam bahasa Arab, atau ia diterjemahkan ke dalam bahasa Arab dengan menambah unsur-unsur baru dalam bahasa Arab.

    Sebenarnya perbedaan istilah tersebut hanya perbedaan nama saja, sebab bagaimanapun juga hidup dan suburnya pemikiran filsafat tersebut adalah di bawah naungan Islam dan kebanyakan ditulis dalam bahasa Arab. Kalau yang dimaksud dengan Filsafat Arab ialah bahwa filsafat tersebut adalah hasil orang Arab semata-mata, maka tidak benar. Sebab kenyataan menunjukkan bahwa Islah telah mempersatukan berbagai-bagai umat, dan kesemuanya telah ikut serta dalam memberikan sumbangannya dalam filsafat tersebut. Sebaliknya kalau yang dimaksud dengan filsafat Islam adalah hasil pemikiran kaum muslimin semata-mata, juga berlawanan dengan sejarah, karena mereka pertama-tama berguru pada aliran Nestorius dan Yacobias dari golongan Masehi, Yahudi dan penganut agama Shabi’ah, dan kegiatan mereka dalam berilmu dan filsafat selalu berhubungan dengan orang-orang Masehi dan Yahudi yang ada pada masanya.

    Namun pemikiran-pemikiran filsafat pada kaum muslimin lebih tepat disebut filsafat Islam, mengingat bahwa Islam bukan saja sekedar agama, tetapi juga peradaban. Pemikiran filsafat ini sudah barang tentu berpengaruh oleh peradaban Islam tersebut, meskipun pemkiran itu banyak sumbernya dan berbeda-beda jenis orangnya. Corak pemikiran tersebut adalah Islam, baik tentang problem-problemnya, motif pembinaannya maupun tujuannya, karena Islam telah memadu dan menampung aneka peradaban serta pemikiran dalam satu kesatuan. Apabila hal ini ditunjang dengan pemakaian buku-buku yang berasal dari filosuf Islam seperti Ibnu Sina, Ibnu Rusyd, ataupun Al-Farabi.

    Objek Filsafat Islam


    Telah disebutkan bahwa objek filsafat adalah menelaah hakikat tentang Tuhan, tentang manusia dan tentang segala realitas yang nampak di hadapan manusia. Ada beberapa persoalan yang biasa dikedepankan dalam mencari objek filsafat meskipun akhirnya tidak akan lepas dari ketiga hal itu, yaitu:
  • Dari apakah benda-benda dapat berubah menjadi lainnya, seperti perubahan oksigen dan hidrogen menjadi air?

  • Apakah jaman itu yang menjadi ukuran gerakan dan ukuran wujud semua perkara?

  • Apakah bedanya makhluk hidup dengan makhluk yang tidak hidup?

  • Apakah ciri-ciri khas makhluk hidup itu?

  • Apa jiwa itu? Jika jiwa itu ada, apakah jiwa manusia itu abadi atau musnah?

  • Dan masih ada lagi pertanyaan-pertanyaan lain.


  • Persoalan-persoalan tersebut membentuk ilmu fisika dan dari sini kita meningkat kepada ilmu yang lebih umum ialah ilmu metafisika, yang membahas tentang wujud pada umumnya, tentang sebab wujud, tentang sifat zat yang mengadakan. Dari sini kita bisa menjawab pertanyaan: Apakah alam semesta ini wujud dengan sendirinya ataukah ia mempunyai sebab yang tidak nampak?

    Kemudian kita dapat membuat obyek pembahasa lagi, yaitu pengetahuan/pengenalan itu sendiri, cara-cara dan syarat-syarat kebenaran atau salahnya, dan dari sini maka keluarlah ilmu logika (ilmu mantiq) yang tidak ada kemiripannya dengan ilmu-ilmu positif. Kemudian kita melihat kepada akhlak dan apa yang seharusnya diperbuat oleh perorangan, keluarga dan masyarakat, yang berbeda dengan ilmu. Sosiologi lebih menekankan kepada pengertian tentang gejala-gejala kemasyarakatan dan hubungannya, tanpa meneliti apa yang seharusnya terjadi.

    Dari uraian ini, maka filsafat sebagai ilmu yang mengungkap tentang wujud-wujud melalui sebab-sebab yang jauh, yakni pengetahuan yang yakin yang sampai kepada munculnya suatu sebab. Ilmu terhadap wujud-wujud itu adalah bersifat keseluruhan, bukan terperinci, karena pengetahuan secara terperinci menjadi lapangan ilmu-ilmu khusus. Oleh karena sifatnya keseluruhan, maka filsafat hanya membicarakan benda pada umumnya atau kehidupan pada umumnya.

    Dengan demikian filsafat mencakup seluruh benda dan semua yang hidup yakni pengetahuan terhadap sebab-sebab yang jauh yang tidak perlu lagi dicari sesudahnya. Filsafat berusaha untuk menafsirkan hidup itu sendiri yang menjadi sebab pokok bagi partikel-partikel itu beserta fungsi-fungsinya. Cakupan filsafat Islam tidak jauh berbeda dari objek filsafat ini. Hanya dalam proses pencarian itu Filsafat Islam telah diwarnai oleh nilai-nilai yang Islami. Kebebasan pola pikirannya pun digantungkan nilai etis yakni sebuah ketergantungan yang didasarkan pada kebenaran ajaran ialah Islam.

    Hubungan Filsafat Islam Dengan Filsafat Yunani


    Proses sejarah masa lalu, tidak dapat dielakkan begitu saja bahwa pemikiran filsafat Islam terpengaruh oleh filsafat Yunani. Para filosuf Islam banyak mengambil pemikiran Aristoteles dan mereka banyak tertarik terhadap pemikiran-pemikiran Platinus. Sehingga banyak teori-teori filosuf Yunani diambil oleh filsuf Islam.

    Demikian keadaan orang yang dapat kemudian. Kedatangan para filosuf Islam yang terpengaruh oleh orang-orang sebelumnya, dan berguru kepada filsuf Yunani. Bahkan kita yang hidup pada abad ke-20 ini, banyak yang berhutang budi kepada orang-orang Yunani dan Romawi. Akan tetap berguru tidak berarti mengekor dan mengutip, sehingga dapat dikatakan bahwa filsafat Islam itu hanya kutipan semata-mata dari Aristoteles, sebagaimana yang dikatakan oleh Renan, karena filsafat Islam telah mampu menampung dan mempertemukan berbagai aliran pikiran. Kalau filsafat Yunani merupakan salah satu sumbernya, maka tidak aneh kalau kebudayaan India dan Iran juga menjadi sumbernya. Pertukaran dan perpindahan suatu pikiran bukan selalu dikatakan utang budi. Suatu persoalan dan hasilnya dapat mempunyai bermacam-macam corak. Seorang dapat mengemukakan persoalan yang pernah dikemukakan oleh orang lain sambil mengemukakan teorinya sendiri. Spinoza, misalnya, meskipun banyak mengutip Descartes, ia mempunyai mahzab sendiri. Ibnu Sina, meskipun menjadi murid setia Aristoteles, ia mempunyai pemikiran yang berbeda-beda.

    Para filsuf Islam pada umumnya hidup dalam lingkungan dan suasana yang berbeda dari apa yang dialami oleh filsuf-filsuf lain. Sehingga pengaruh lingkungan terhadap jalan pikiran mereka tidak bisa dilupakan. Pada akhirnya, tidaklah dapat dipungkiri bahwa dunia Islam berhasil membentuk filsafat yang sesuai dengan prinsip-prinsip agama dan keadaan masyarakat Islam itu sendiri.

    Hubungan Filsafat Islam dengan Ilmu-ilmu Islam


    Keunggulan khusus bagi filsafat Islam dalam masalah pembagian cabang-cabangnya adalah mencakup ilmu kedokteran, biologi, kimia, musik ataupun falak yang semuanya menjadi cabang filsafat Islam. Sehingga hal ini menjadi nilai lebih bagi filsafat Islam. Dengan demikian filsafat Islam secara khusus memisahkan diri sebagai ilmu yang mandiri. Walaupun hasil juga ditemukan keidentikan dengan Pemandangan orang Yunani (Aristoteles) dalam masalah teori tentang pembagian filsafat oleh filosuf-filosuf Islam.

    Filsafat memasuki lapangan-lapangan ilmu ke-Islaman dan mempengaruhi pembatas-pembatasnya. Penyelidikan terhadap keilmuan meliputi kegiatan filsafat dalam dunia Islam. Dan yang menjadi perluasan ilmu dengan tidak membatasi diri dari hasil-hasil karya filosuf Islam saja, tetapi dengan memperluas pembahasannya. Hasil ini meliputi ilmu kalam, tasawuf, ushul fiqh dan tarikh tasyri’.

    Para ulama Islam memikirkan sesuatu dengan jalan filsafat ada yang lebih berani dan lebih bebas daripada pemikiran-pemikiran mereka yang biasa dikenal dengan nama filosuf-filosuf Islam. Di mana perlu diketahui bahwa pembahasan ilmu kalam dan tasawuf banyak terdapat pemikiran dan teori-teori yang tidak kalah teliti daripada filosuf-filosuf Islam.

    Pemikiran Islam mempunyai ciri khas tersendiri dibanding dengan filsafat Aristoteles, seperti halnya pemikiran Islam pada ilmu kalam dan tasawuf. Demikian pula pada pokok-pokok hukum Islam (tasyri’) dan Ushul Fiqh juga terdapat beberapa uraian yang logis dan sistematis dan mengandung segi-segi kefilsafatan. Syekh Mustafa Abdur Raziq adalah orang yang pertama mengusulkan ilmu Fiqh menjadi bagian dari filsafat. Berikut ini ada beberapa hubungan filsafat Islam dengan Ilmu Tasawuf, Ilmu Fiqh, dan Ilmu Pengetahuan:

    Filsafat Islam dengan Ilmu Kalam
    Problem yang ada terhadap filsafat Islam, apakah identik dengan Ilmu Kalam? Ataukah sebagai ilmu yang berdiri sendiri? Apakah ilmu kalam itu sebagai cabang dari filsafat?
    Ada beberapa pendapat ahli yang mencoba menjawab pertanyaan di atas antara lain:
  • Dr. Fuad Al-Ahwani di dalam bukunya Filsafat Islam tidak setuju kalau filsafat sama dengan ilmu kalam. Dengan alasan-alasan sebagai berikut:

  • Karena ilmu kalam dasarnya adalah keagamaan atau ilmu agama. Sedangkan filsafat merupakan pembuktian intelektual. Obyek pembahasannya bagi ilmu kalam berdasar pada Allah SWT. dan sifat-sifat-Nya serta hubungan-Nya dengan alam dan manusia yang berada di bahwa syariat-Nya. Objek filsafat adalah alam dan manusia serta pemikiran tentang prinsip wujud dan sebab-sebabnya. Seperti filosuf Aristoteles yang dapat membuktikan tentang sebab pertama yaitu Allah. Tetapi ada juga yang mengingkari adanya wujud Allah SWT. sebagaimana aliran materialisme.

    Ilmu kalam adalah suatu ilmu Islam asli yang menurut pendapat paling kuat, bahwa ia lahir dari diskusi-diskusi sekitar Al-Qur’an yaitu Kalam Allah, apakah ia Qadim atau makhluk. Perbedaan pendapat terjadi antra Kaum Mu’tazilah, pengikut Ahmad bin Hambal dan pengikut-pengikut Asy’ari. Adapun filsafat adalah istilah Yunani yang masuk ke dalam bahasa Arab sebagai penegasan Al-Farabi bahwa nama filsafat itu berasal dari Yunani dan masuk ke dalam bahasa Arab.

    Pada Abad 2 H, telah lahir filsafat Islam, dengan bukti adanya filosuf-filosuf Islam seperti Al-Kindi.

    Di samping itu, di kalangan ahli ilmu kalam sudah ada ahli yang terkenal seperti Al-Annazam, Al-Jubbai, Abul-Huzail Al-‘Allaf. Para ahli ilmu kalam ini tidak ada yang menamakan diri sebagai filosuf. Dan ada pertentangan tajam di antara kedua belah pihak. Sebagaimana Al-Ghazali sebagai pengikut aliran Asy’ariyah yang menulis kitab Tahafutul Falasifah. Namun dari kalangan ahli filsafat, Ibnu Rusyd menjawab terhadap tuduhan itu dengan menulis: Tahafutul Al-Tahafuit (Inkosistensinya kitab Tahafut).

  • Prof. Tara Chana

  • Dia mengemukakan bahwa istilah filsafat Islam adalah untuk arti dari ilmu kalam. Ia lebih lanjut menyatakan bahwa filsafat itu telah lahir dari kebutuhan Islam dan perdebatan keagamaan dan pada dasarnya mementingkan pengukuhan landasan aqidah atau mencarikan dasar filosofisnya, ataupun untuk membangun pemikiran-pemikiran theologi keagamaan.

  • Prof. Fuad Al-Ahwani

  • Ia mengakui, bahwa sekolah pada abad ke-6 H, filsafat telah bercampur dengan ilmu kalam, sampai yang terakhir ini telah menelan filsafat sedemikian rupa dan memasukkannya di dalam kitab-kitabnya. Sehingga kitab-kitab tauhid yang membahas ilmu kalam didahului dengan pendahuluan mengenai logika Aristoteles dengan mengikuti cara para filosuf.

    * * *
    sumber: a2i3s-c0ol

    Media Pembelajaran
    Bookmark and Share

    A. Pengertian Media Pembelajaran

    Media pembelajaran terdiri dari dua kata, yaitu kata “media” dan “pembelajaran”. Kata media secara harfiah berarti perantara atau pengantar; sedangkan kata pembelajaran diartikan sebagai suatu kondisi untuk membneru seseorang melakukan suatu kegiatan belajar”

    Media berasal dari bahasa latin merupakna bentuk jamak dari ”Medium” yang secara harfiah berarti ”Perantara” atau ”Pengantar” yaitu perantara atau pengantar sumber pesan dengan penerima pesan. Beberapa hali memberikan definisi tentang media pembelajaran.

    Schramm (1977) mengemukakan bahwa media pembelajaran adalah ”Teknologi pembawa pesan yang dapat dimanfaatkan untuk keperluan pembelajaran”.
    Sementara itu, Briggs (1977) berpendapat bahwa media pembelajaran adalah ”sarana fisik untuk menyampaikan isi/materi pembelajaran seperti : buku, film, video dan sebagainya.”

    Sedangkan National Education Association (1969) mengungkapkan bahwa media pembelajaran adalah “sarana komunikasi dalam bentuk cetak maupun pandang-dengar, termasuk teknologi perangkat keras.”

    Dari ketiga pendapat di atas disimpulkan bahwa media pembelajaran adalah ”segala sesuatu yang dapat menyalurkan pesan, dapat merangsang pikiran, perasaan, dan kemauan peserta didik sehingga dapat mendorong terciptanya proses belajar pada diri peserta didik.

    Brown (1973) mengungkapkan bahwa media pembelajaran yang digunakan dalam kegiatan pembelajaran dapat mempengaruhi terhadap efektivitas pembelajaran. Pada mulanya, media pembelajaran hanya berfungsi sebagai alat bantu guru untuk mengajar dan digunakan adalah alat bantu visual. Sekitar pertengahan abad ke-20 usaha pemanfaatan visual dilengkapi dengan digunakan alat audio, sehingga lahirlah alat bantu audio-visual. Sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi (IPTEK), khususnya dalam bidang pendidikan, saat ini penggunaan alat bantu atau media pembelajaran menjadi semakin luas dan interaktif, seperti adanya komputer dan internet.

    Media memiliki fungsi, di antaranya :
    - Media pembelajaran dapat mengatasi keterbatasan pengalaman yang dimiliki oleh para peserta didik. Pengalaman tiap peserta didik berbeda-beda, tergantung dari faktor-faktor yang menentukan kekayaan pengalaman anak, seperti ketersediaan buku, kesempatan melancong, dan sebagainya. Media pembelajaran dapat mengatasi perbedaan tersebut. Jika peserta didik tidak mungkin dibawa ke objek langsung yang dipelajari, maka objeknyalah yang dibawa ke peserta didik. Objek dimaksud bisa dalam bentuk gambar-gambar yang dapat disajikan secara audio visual dan audial.

    - Media pembelajaran dapat melampaui batasan ruang kelas. Banyak hal yang tidak mungkin dialami secara langsung di dalam kelas oleh para peserta didik tentang suatu objek yang disebabkan karena: (a) objek terlalu besar, (b) objek terlalu kecil, (c) objek yang bergerak terlalu lambat, (d) objek yang bergerak terlalu cepat, (e) objek yang terlalu kompleks, (f) objek yang bunyinya terlalu halus, (g) objek yang mengandung berbahaya dan resiko tinggi. Melalui penggunaan media yang tepat, maka semua objek itu dapat disajikan kepada peserta didik.
    - Media pembelajaran yang memungkinkan adanya interaksi langsung antara peserta didik dengan lingkungannya.
    - Media menghasilkan keseragaman pengamatan.
    - Media dapat menanamkan konsep dasar yang benar, kongkrit, dan realistis.
    - Media membangkitkan keinginan dan minat baru.
    - Media membangkitkan motivasi dan merangsang anak untuk belajar

    Media memberikan pengalaman yang integral/menyeluruh dari yang kongkrit sampai dengan abstrak.Ada beberapa kriteria untuk menilai keefektifan sebuah media. Hubbard mengusulkan sembilan kriteria untuk menilainya (Hubbard, 1993). Kriteria pertamanya adalah biaya. Biaya memang harus dinilai dengan hasil yang akan dicapai dengan penggunaan media itu. Kriteria lainnya adalah ketersediaan fasilitas pendukung seperti listrik, kecocokan dengan ukuran kelas, keringkasan, kemampuan untuk dirubah, waktu dan tenaga penyiapan, pengaruh yang ditimbulkan, kerumitan dan yang terakhir adalah kegunaan. Semakin banyak tujuan pembelajaran yang bisa dibantu dengan sebuah media semakin baiklah media itu.
    Kriteria di atas lebihdiperuntukkan bagi media konvensional.

    Thorn mengajukan enam kriteria untuk menilai multimedia interaktif (Thorn, 1995). Kriteria penilaian yang pertama adalah kemudaiah navigasi. Sebuah program harus dirancang sesederhana mungkin sehingga pembelajaran bahasa tidak perlu belajar komputer lebih dahulu. Kriteria yang kedua adalah kandungan kognisi, kriteria yang lainnya adalah pengetahuan dan presentasi informasi. Kedua kriteria ini adalah untuk menilai isi dari program itu sendiri, apakah program telah memenuhi kebutuhan pembelajaran si pembelajar atau belum. Kriteria keempat adalah integrasi media di mana media harus mengintegrasi aspek dan keterampilan bahasa yang harus dipelajari. Untuk menarik minat pembelajar program harus mempunyai tampilan yang artistik maka estetika juga merupakan sebuah kriteria. Kriteria penilaian yang terakhir adalah fungsi secara keseluruhan. Program yang dikembangkan harus memberikan pembelajaran yang diinginkan oleh pembelajar. Sehingga pada waktu seorang selesai menjalankan sebuah program dia akan merasa telah belajar sesuatu.


    B.Jenis-jenis Media Pembelajaran
    - Media visual: Grafik, diagram, chart, bagan, poster, kartun, komik
    - Media Audial: radio, tape recorder, laboratorium bahasa, dan sejenisnya
    - Projected still media: slide, over head projector (OHP), in focus dan sejenisnya
    - Projected motion media: film, televisi, video (VCD, DVD, VTR), komputer dan sejenisnya

    Sejalan dengna perkembangan IPTEK penggunaan media, baik yang bersifat visual, audial, projected still media maupun projected motion media bisa dilakukan secara bersama dan serempak melalui satu alat saja yang disebut multi media. Contoh: dewasa ini penggunaan komputer tidak hanya bersifat projected motion media, namun dapat meramu semua jenis media yang bersifat interaktif.


    C.Kriteria Pemilihan Media

    Kriteria yang paling utama dalam pemilihan media bahwa media harus disesuaikan dengan tujuan pembelajaran atau kompetensi yang ingin dicapai. Contoh : bila tujuan atau kompetensi peserta didik bersifat menghafalkan kata-kata tentunya media audio yang tepat untuk digunakan. Jika tujuan atua kompetnesi yang dicapai bersifat mehamai isi bacaan maka media cetak y ang lebih tepat digunakan. Kalau tujuan pebelajaran bersifat motorik (gerak dan ativitas), maka media film dan video bisa digunakan. Di samping itu, terdapat kriteria lainnya yang bersifat melengkapi (komplementer).

    D.Karakteristik Jenis Media Pembelajaran

    1.Media Visual Diam

    Media cetakan dan grafis di dalam proses belajar mengajar paling banyak dan paling sering digunakan. Media ini termasuk kategori media visual non proyeksi yang berfungsi untuk menyalurkan pesan dari pemberi ke penerima pesan (dari guru kepada siswa). Pesan yang dituangkan dalam bentuk tulisan, huruf-huruf, gambar-gambar dan simbol yang mengandung harti disebut ”Media Grafis”. Media grafis termasuk media visual diam, sebagaimana halnya dengan media lain media grafis mempunyai fungsi untuk menyalurkan pesan dari guru kepada siswa. Saluran yang dipakai menyangkut indera penglihatan yang dituangkan ke dalam simbol-simbol yang menarik dan jelas. Media ini tidak termasuk media yang relatif murah dalam pengadaannya bila ditimbang dari segi biaya. Macam-macam media grafis adalah: gambar/foto, diagram, bagan, grafik, poster, media cetak, buku.

    a.Gambar

    Media grafis paling umum digunakan dalam PBM, karena merupakan bahasa yang umum dan dapat mudah dimengerti oleh peserta didik. Kemudahan mencerna media grafis karena sifatnya visual konkrit menampilkan objek sesuai dengan bentuk dan wujud aslinya sehingga tidak verbalistik.

    Kelebihan media ini adalah:
    - sifatnya konkrit, lebih realistik dibandingkan dengan media verbal
    - dapat memperjelas suatu masalah dalam bidang apa saja, baik untuk usia muda maupun tua
    - harganya dan tidak memerlukan peralatan khusus dalam penyampaiannya.

    Kelemahannya.
    - gambar/foto hanya menekankan persepsi indera mata
    ukurannya sangat terbatas untuk kelompok besar

    b.Diagram

    Merupakan gambar yang sederhana yang menggunakan garis-garis dan simbol-simbol, secara garis besar dan menunjukkan hubungan antar komponennya atau proses yang ada pada diagram tersebut. Isinya pada umumnya berupa petunjuk-petunjuk. Diagram ini untuk menyederhanakan yang komplek-komplek sehingga dapat memperjelas penyajian pesan.

    Oleh karena diagram bersifat:
    - simbolis dan abstrak, kadang-kadang sulit dimengerti
    - untuk dapat membaca diagram diperlukan keahlian khusus dalam bidangnya tentang isi diagram tersebut
    - walaupun sulit dimengerti, karena sifatnya yang padat diagram dapat memperjelas arti.

    Ciri-ciri diagram yang baik
    :
    - benar, diagram rapih dan disertai dengan keterangan yang jelas
    - cukup besar dan ditempatkan secara strategis
    - penyusunannya disesuaikan dengan pola baca yang umum dari atas ke bawah atau dari kiri ke kanan

    c.Bagan
    Bagan merupakan media yang berisi tentang gambar-gambar keterangan-keterangan, daftar-daftar dan sebagainya. Bagan digunakan untuk memperagakan pokok-pokok isi bagan secara jelas dan sederhana antara lain: perkembangan, perbandingan, struktur, organisasi, jenis-jenis media bagan antara lain : Tree chart, flow chart.

    2.Media Display
    - Papan tulis/whiteboard
    - Papan flanel
    - Flip chart

    3.Gambar mati yang diproyeksikan
    - Over head projector + overheat transparance (COHP + OHP)
    - Slides/film bingkai
    - Film strip/film rangka
    - Epidiascope>
    - Komputer + multimedia projector

    Daftar Pustaka

    Ali, Mohammad, 2007. Teori & Praktek Pembelajaran Pendidikan Dasar.

    Brown, H. Douglas. 1994. Principles of Language Learning and Teaching, Prentice Hall Regents: New Jersey.

    Davis, Ben. 1991. Teaching with Media, a paper presented at Technology and Education Conference in Athens, Greece.

    Elliot, Stephen N. et al,. 1996. Educational Psychology. Brown and Benchmark: Dubuque, lowa.

    Hubbard, Peter et al. 1983. A Training Course for TEFL, Oxford University Press: Oxford.

    Hunter, Lawrence. 1996. CALL: its Scope and Limits, The Internet TESL Journal, Vol. II, No. 6, June 1996, http://www.aitech.ac.jp/~iteslj/

    Idris, Nuny S. 1999. Ragam Media Dalam Pembelajaran BIPA. A Paper presented at KIPBIPA III, Bandung.

    Mengenal Format-Format eBook
    Bookmark and Share

    Wednesday, February 18, 2009

    Sejauh ini, saya menemukan beberapa format eBook yang beredar di Indonesia, yaitu *.doc,
    *.exe, *.pdf, dan *.chm.
    Semuanya memiliki keunggulan dan kelemahan masing-masing.
    1. DOC (MS Word Document)

    Saya benar-benar heran, kenapa ada orang yang berani menjual eBook dengan format ini.
    Bukankah dokumen mentah seperti ini sangat mudah untuk dibajak dan dimodifikasi? Mungkin pembuatnya memiliki pertimbangan sendiri. Tapi saya tidak menyarankan Anda menyebarkan eBook Anda dalam format ini, daripada nantinya Anda sendiri yang rugi.
    Saya teringat materi di sekolah penulisan yang pernah saya ikuti. Para pembimbing dalam sekolah penulisan ini lebih menganjurkan penulis untuk menyerahkan naskah dalam format yang lebih 'matang' dan aman, yaitu pdf. Ini dilakukan untuk melindungi karya penulis dari tangan-tangan jahil, termasuk jika penerbitnya 'nakal' dan mengklaim tulisan itu sebagai hasil jerih payah orang lain.

    2. EXE (Application)
    Ini termasuk bentuk eBook yang praktis, karena tak memerlukan software tambahan (Adobe Reader,dll) untuk membukanya. Selain itu, keunggulan dari format eBook ini ialah kemampuan untuk menjalankan script web. Dengan demikian, kita bisa memasukkan javascript, form pendaftaran, dan lain-lain.
    EBook berformat exe memang merupakan aplikasi berbasis halaman web yang dikompilasi menjadi satu file. Untuk membuat eBook EXE, kita perlu membangun beberapa halaman web (html). Ini bisa dilakukan dengan software seperti MS Frontpage, MS Word, dan lain-lain.
    Selanjutnya halaman-halaman itu dikompilasi menggunakan eBook-Compiler, misalnya Natata eBook Compiler (download di sini)
    Mungkin satu-satunya kelemahan dari format ini ialah paling lemah terhadap serangan virus, mengingat saat ini terdapat sangat banyak virus yang menyerang aplikasi. Saya sendiri pernah mengalaminya. Karena serangan virus, belasan eBook saya lenyap tak berbekas. hiks ;(

    3.PDF (Portable Document Format)

    eBook dengan format ini memerlukan software semacam Adobe Reader untuk membacanya. PDF ini tampaknya masih bertahan sebagai format eBook yang paling populer dan paling banyak digunakan. Kebanyakan direktori eBook gratis menawarkan format ini. Proses pembuatannya diawali dengan mengetik seperti biasa di software pengolah kata (misalnya MS Word). Kemudian hasilnya disimpan menjadi pdf melalui konversi online (http://www.printinpdf.com/word-to-pdf) atau printer virtual yang menghasilkan file pdf (novapdf.com)
    Satu kelemahan yang saya temukan dari format ini ialah rentan terhadap pembajakan. Orang bisa melakukan reverse engineering dengan cara mengkonversi eBook PDF kembali menjadi word. Kemudian ia bisa mengganti informasi pengarang (mengklaim sebagai karyanya), lalu mengubahnya lagi menjadi PDF. Karena itu, pastikan Anda memproteksi eBook PDF Anda dengan password untuk mencegah pengeditan(modifikasi dokumen).

    4. CHM (MS Compiled HTML Help)
    CHM awalnya dikembangkan Microsoft sebagai format helpfile atau user manual untuk membantu pengguna software mereka. Selanjutnya banyak penulis memanfaatkan format ini dan menggunakannya sebagai eBook.
    Tapi kebanyakan pembaca merasa tidak nyaman karena format ini memiliki keterbatasan-keterbatasan.
    Selain itu, CHM juga sulit dikonversi kedalam format lain.
    Tahun 2002, Microsoft mengumumkan adanya celah-celah keamanan dalam format ini. Selanjutnya, CHM tidak lagi dikembangkan.

    sumber : kayaonlineblog

    Contoh skripsi PTK
    Bookmark and Share

    BAB I.
    PENDAHULUAN
    A. Latar Belakang
    Perkembangan teknologi informasi yang begitu cepat akan mempengaruhi tatanan sosial kemasyarakatan. Teknologi informasi saat ini dan yang akan datang merupakan tantangan bagi kehidupan berbangsa dan bernegara, terutama yang berkaitan dengan masalah pendidikan. Pendidikan adalah suatu kegiatan universal dalam kehidupan manusia untuk mengupayakan manusia yang berkualitas. Oleh karena itu usaha kongkrit dari berbagai pihak yang terlibat langsung dalam kegiatan tersebut.
    Salah satu masalah pendidikan yang kita alami sampai saat ini adalah masalah mutu pendidikan yang merupakan masalah nasional yang sedang dihadapi dan mendapat perhatian yang sungguh-sungguh dalam sistem pendidikan nasional di Indonesia.
    Kemajuan suatu bangsa hanya dapat dicapai melalui pendidikan yang baik dan terencana dengan tepat. Upaya peningkatan mutu pendidikan diharapkan dapat menaikkan harkat dan martabat manusia Indonesia untuk mencapai itu, pendidikan harus adaptif terhadap perubahan zaman.
    Sesuai dengan apa yang tercantum dalam Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI Nomor 20 tahun 2003 Bab I Pasal I dinyatakan bahwa:
    Pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasarkan pancasila dan Undang-undang Dasar Negeri Republik Indonesia 1945 yang berakar pada nilai-nilai agama, kebudayaan nasional Indonesia, dan tanggap terhadap tuntutan perubahan zaman. (Sisdiknas, 2003: 27)

    Berdasarkan acuan dari program pusat maka Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan mempunyai tekat dan misi yang besar dalam peningkatan mutu pendidikan di Sulawsi selatan khususnya. Dengan melihat masih rendahnya sumber daya manusia yang ada maka telah banyak upaya yang telah dilakukan oleh Pemerintah Daerah setempat seperti program pendidikan gratis pembenahan sarana dan prasarana pendidikan secara bertahap. Banyak perencanaan-perencanaan yang akan dilaksanakan oleh Pemerintah Daerah Sulawesi Selatan yang dimana tujuan khususnya peningkatan mutu pendidikan serta sumber daya manusia yang bisa bersaing.
    Sumberdaya manusia yang berkualitas yaitu sumberdaya manusia yang menguasai ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). Dalam menciptakan sumber daya manusia yang berkualitas, inilah lembaga pendidikan mempunyai peran yang sangat penting, usaha untuk meningkatkan mutu pendidikan adalah dengan melakukan perbaikan sarana pendidikan, pengembangan dan pengadaan media pembelajaran, penyuluhan peningkatan kesadaran masyarakat akan pentingnya arti pendidikan, perluasan kesempatan memperoleh pendidikan bagi anak-anak usia sekolah serta pelatihan bagi guru dan tenaga kependidikan lainnya.
    Usaha Peningkatkan mutu pendidikan senantiasa dicari, diteliti dan diupayakan melalui kajian berbagai komponen pendidikan, seperti perbaikan dan penyempurnaan kurikulum, bahan-bahan instruksional, penataran guru dan proses belajar mengajar. Demikian pula sarana dan fasilitas belajar lainnya, tidak seluruh usaha tersebut berhasil dengan benar. Oleh karena itu, dalam teori belajar mengajar dikatakan bahwa yang diperuntukkan bagi siswa yang hendaknya disesuaikan dengan perkembangan mereka .
    Pembangunan sarana dan prasarana pendidikan telah lebih ditekankan pada penyediaan fasilitas belajar mengajar (media pembelajaran), fasilitas ini harus dimiliki oleh setiap sekolah dalam jumlah yang cukup dan memenuhi syarat. Tetapi pada kenyataannya banyak sekolah-sekolah yang belum menyediakan atau dapat dapat memfungsikan fasilitas belajar mengajar (media) yang telah ada.
    Sejalan dengan hal di atas maka usaha peningkatan mutu pendidikan di Sekolah Menengah Pertama sangat dipengaruhi oleh kemampuan guru dalam proses belajar mengajar hendaknya tidak didominasi kegiatan, tetapi membantu menciptakan kondisi yang menyediakan kesempatan bagi siswa untuk mengembangkan potensi dan aktivitasnya melalui kegiatan belajar.
    Menurut Sudjana (1989), salah satu alternatif yang dapat ditempuh oleh guru adalah kegiatan penggunaan media pendidikan dalam proses belajar mengajar. penggunaan media pendidikan secara tepat dan bervariasi mempunyai nilai praktis. Dengan demikian, penggunaan media yang tepat dalam proses belajar mengajar merupakan salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan hasil belajar siswa.
    Media Pembelajaran Geografi terdiri dari beberapa jenis media yang biasa digunakan dalam proses belajar mengajar, seperti: Peta, atlas, globe, gambar foto, slide, video pendidikan, VTR, diagram atau grafik, dan media cetak. Pemakaian media dalam proses pembelajaran akan dapat membangkitkan keinginan dan minat yang baru, membangkitkan motivasi dan rangsangan kegiatan belajar, dan bahkan membawa pengaruh psikologis terhadap siswa. Selain itu media juga dapat berguna untuk membangkitkan gairah belajar, memungkinkan siswa untuk belajar mandiri sesuai dengan minat dan kemampuannya. Media dapat meningkatkan pengetahuan, serta memberikan fleksibilitas dalam penyampaian pesan. Selain itu media juga berfungsi sebagai alat komunikasi, sebagai sarana pemecahan masalah dan sebagai sarana pengembangan diri.
    Melalui penggunaan media pengajaran diharapkan dapat mempengaruhi kualitas hasil belajar siswa memilih dan menggunakan media harus sesuai dengan kriteria. Sehubungan dengan hal tersebut Sudjana (1989) berpendapat bahwa memiliki media untuk kepentingan pengajaran sebaiknya memperhatikan kriteria-kriteria sebagai berikut yaitu a) Ketetapannya dengan tujuan pengajaran, b) Dukungan terhadap isi bahan pelajaran, c) Kemudahan memperoleh media, d) Keterampilan guru dalam menggunakannya, e) Sesuai dengan taraf berpikir siswa
    Dari hasil observasi awal peneliti diperoleh, bahwa masih minimnya penggunaan media gambar dalam pembelajaran geografi. Kebanyak media gambar yang ditampilakan pada saat pengajaran hanya langsung di gambarkan pada papan tulis dengan menggunakan kapur tulis atau spidol permanent sehingga terkadang gambar yag dihasilkan tidak terlalu mengantarkan daya serap siswa untuk memahami suatu objek atau gambar yang ditampilkan. Kemudian banyak para pengajar hanya memberikan contoh media gambar yang terdapat pada buku paket tertentu, sehingga siswa sering merasa jenuh yang akibatnya motivasi belajar siswapun menurun. Hal ini juga sangat berpengaruh pada pengembangan kreatifitas siswa dalam mengamati suatu objek yang memiliki sudut pandang yang berbeda. Misalnya, siswa kelas tersebut jarang yang bisa membadakan antara gunung dengan pegunungan. Terlalu banyak hal-hal yang tidak bisa disebutkan dampak dari kurang maksimalnya penggunaan media gambar pada proses belajar mengajar khususnya mata pelajaran geografi. Hal ini sangtlah berpengaruh pada tingkat motivasi para siswa yang kemudian berpengaruh pada peningkatan hasil belajar siswa, hal ini dilihat dari hasil Free test yang dilakukan peneliti pada awal pertemuan. Dari seluruh jumlah siswa kelas VIIIc yang mengikuti tes, hanya terdapat 22 siswa atau 55% yang mencapai frekunsi ketuntasan hasil belajar dan 18 siswa atau 45% yang belum mencapai frekuensi ketuntasan hasil belajar Geografi.
    Dilandasi keyakinan akan pentingnya peran media dalam Upaya peningkatan hasil belajar geografi, maka penulis terdorong untuk melakukan penelitian mengenai “Upaya Peningkatan Hasil Belajar Geografi siswa kelas VIII di SMP Negeri 1 Anggerja Kabupaten Enrekang dengan Menggunakan Media Gambar”.
    B. Rumusan Masalah
    Sebagaiman uraian pada latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya maka penulis merumuskan masalah sebagai berikut :
    1. Bagaimana penggunaan media gambar dalam kegiatan pembelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja.
    2. Apakah pembelajaran dengan menggunakan media gambar dapat meningkatkan motivasi belajar siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
    3. Bagaimana hasil belajar siswa yang menggunakan media Gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
    C. Tujuan Penelitian
    Berdasarkan dari rumusan masalah tersebut diatas, maka tujuan yang ingin dicapai di dalam pelaksanaan penelitian adalah :
    1. Untuk mengetahui bagaimana penggunaan media gambar dalam proses pembelajaran geografi.
    2. Untuk mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media gambar pada mata pelajaran geografi terhadap siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja?
    3. Untuk mengetahui hasil belajar geografi dengan menggunakan media Gambar pada mata pelajaran geografi pada siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja kabupaten Enrekang?
    D. Manfaat Penelitian
    1. Untuk melatih penulis dalam mengungkapkan pemikiran secara ilmiah dan sistematis, juga menambah pengetuhan bagi peneliti khususnya setelah terjun ke lapangan dapat menggunakan media yang tepat.
    2. Untuk bahan bacaan kepustakaan dan referensi bagi peneliti selanjutnya untuk jenis peneliti yang relevan.
    3. Sebagai bahan informasi bagi guru Geografi untuk memikirkan alternatif yang dapat meningkatkan hasil belajar Geografi siswa , misalnya melalui penggunaan media pada pembelajaran Geografi.
    4. Untuk memberikan informasi kepada pembaca khususnya, pada peneliti yang lain yang mengkaji tentang penggunaan media pembelajaran Geografi terhadap peningkatan hasil belajar Geografi.


    BAB II
    TINJAUAN PUSTAKA, KERANGKA PIKIR DAN HIPOTESIS

    A. Tinjauan Pustaka
    1. Media Pendidikan
    a. Pengertian Media Pendidikan
    Menurut Arsyad (1997) kata media berasal dari bahasa latin medius yang secara harfiah, media berarti perantara atau pengantar dari pengirim ke penerima. Ada beberapa pengertian yang dikemukakan oleh beberapa ahli tentang media pendidikan diantaranya adalah:
    1) Media adalah bentuk yang dipakai orang menyebarkan ide sehingga ide itu atau gagasan itu sampai pada penerima .
    2) Media adalah Chaenel atau saluran karena pada hakekatnya media telah memperluas atau memperpanjang kemampuan manusia untuk merasakan, mendengar dan melihat dalam batas-batas jarak, ruang dan waktu tertentu . dengan bantuan media , batas-batas itu hampir menjadi tidak ada.
    3) Media adalah segala bentuk yang dipergunakan untuk proses penyaluran informasi (Association of Education and Communication Technology).
    4) Media adalah segala benda yang manipulasi, dilihat, didengar dan dibaca atau dibicarakan, beserta intrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut.
    5) Media segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan merangsang yang sesuai untuk belajar seperti media cetak dan elektronik .
    6) Pengertian media ada 2 bagian, yaitu dengan arti sempit dan arti luas.
    a) Arti sempit, bahwa media itu berwujud: Grafik, foto, alat mekanik dan alat elektronika yang digunakan untuk menangkap, memproses serta menyampaikan informasi.
    b) Menurut arti luas yaitu kegiatan yang dapat diciptakan suatu kondisi sehingga memungkinkan peserta didik untuk dapat memperoleh pengetahuan dan sikap baru.
    Selanjutnya Arsyad (1997), menambahkan beberapa pendapat para ahli tentang media, yaitu:
    1) Heldik, dkk mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi informasi antar sumber dan penerima.
    2) Giagne dan Briggs, media adalah kompunen atau sumber belajar atau wahana fisik yang mengandung materi instruksional dilingkungan siswa yang dapat merangsang siswa untuk belajar.
    3) Hamidjojo dalam Latuheru, memberi batas media sebagai semua bentuk perantara yang digunakan oleh manusia untuk menyampaikan atau menyebar ide, gagasan atau pendapat sehingga ide atau gagasan pendapat yang dikemukakan itu sampai kepada penerima yang dituju.
    4) Hamalik, media adalah alat Bantu yang digunakan untuk memperlancar komunikasi secara maksimal.
    5) Menurut Denim, media pendidikan adalah seperangkat alat Bantu atau pelengkap yang digunakan oleh guru atau pendidik dalam rangka berkomunikasi dengan siswa atau peserta didik.
    Dari beberapa pendapat yang telah dikemukakan di atas, dapat disimpulkan bahwa media pendidikan adalah alat atau perantara yang dikemukan oleh guru dalam menyampaikan materi pelajaran kepada siswa agar mudah dipahami dan ditangkap maknanya oleh siswa sehingga dapat meningkatkan baik motivasi maupun hasil belajar siswa pada khususnya.
    Satu konsep lain yang sangat berkaitan dengan media pembelajaran adalah istilah konsep belajar. Sumber belajar memiliki cakupan yang luas dari pada media belajar. Sumber belajar dapat berupa pesan, orang, bahan, alat, teknik dan latar atau lingkungan. Sumber belajar adalah segala sesuatu yang diluar peserta didik yang memungkinkan terjadinya sumber belajar.
    Edgan Dale berpendapat bahwa sumber belajar adalah pengalaman-pengalaman yang dialami oleh setiap orang yang dapat menimbulkan peristiwa belajar. Assosiation for Education Commucation and Technology (AECT) membatasi sumber belajar dengan bentuk saluran yang digunakan untuk menyampaikan pesan atau informasi sedangkan National Education Association (NEA). Menyatakan bahwa sumber belajar adalah bentuk-bentuk komunikasi baik cetak maupun visual serta segala perantara (Sudjarwo,1998).
    b. Jenis Media pendidikan
    Dalam melaksanakan pembelajaran telah dikenal sebagai alat peraga. Penggunaan berbagai jenis peraga ditentukan oleh tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dan adanya perbedaan yang disebabkan oleh tersedianya bahan untuk mengadakan alat peraga di beberapa sekolah (Lawalata, 1980).
    Menurut Raharjo (1994), karakteristik alat peraga yang sering digunakan di Indonesia adalah:
    1) Papan tulis, papan planel, dan papan bulletin.
    Papan tulis, papan planet dan papan bulletin merupakan peralatan tradisional yang sangat diperlukan adanya ditiap kelas. Cocok untuk semua atau jenjang sekolah.
    2) Media gambar
    Media grafis teegolong media visual (media pandang), menyalurkan pesan dari sumber kepada penerima mengandalkan indera penglihatan. Pesan dituangkan dalam bentuk symbol-simbol komunikasi visual, contohnya gambar, sketsa, diagram, bagan (charta) grafik, kartun, poster, dan peta.



    3) Media Audio
    Media audio terkait dengan pendengaran. Pesan yang dituangkan dalam bentuk audiotif. Media ini memiliki perangkat lunak antara lain radio dan recorder.
    4) Media Proyeksi
    Media proyeksi merupakan proyektor sebagai perangkat lunak. Yang termasuk dalam alat peraga proyeksi adalah slide, transparansi, dan film.
    5) Media tiga dimensi
    Media tiga dimensi adalah benda yang menggambarkan benda yang sesungguhnya dalam bentuk tertentu atau tiga dimensi. Yang termasuk dalam media ini adalah model/forgo, sardimen, faksidermi, market/miniature dan bahan lain dari alam.
    Nurbaeti Syutin (2004), mengelompokkan media pendidikan dalam tiga kelmpok yaitu:
    1) Alat yang merupakan benda yang sebenarnya yang memberikan pengalaman langsung dan nyata.
    2) Alat yang merupakan bahan pengganti yang seringkali dalam bentuk tiruan dari benda-benda yang sebenarnya. Ini merupakan pengalaman buatan secara tidak langsung.
    3) Bahasa baik lisan maupun tulisan memberikan pengalaman melalui bahasa.

    c. Media Pengajaran Geografi
    Menurut Sumaatmadja (2001) pengajaran Geografi hakikatnya adalah pengajaran tentang gejala-gejala Geografi yang tersebar di permukaan bumi. Untuk memberikan citra tentang penyebaran dan lokasi gejala-gejala tadi kepada anak didik, tidak dapat hanya diceramahkan, ditanyajawabkan didiskusikan melainkan harus ditunjuk dan diperagakan. Mengingat daya jangkau dan pandangan terbatas, penunjukan serta peragaan. Mengingat daya jangkau dan pandangan kita terbatas, penunjukkan serta peragaan itu dilakukan dengan pengajaran Geogafi. Adapun media pengajaran Geografi tersebut antara lain:
    1) Peta, peta merupakan konsep dan hakekat dasar pada Geografi dan pengajaran Geografi. Oleh karena itu, mengajarkan dan mempelajari Geografi tanpa peta, tidak akan membentuk citra dan konsep yang baik pada diri anak didik yang dapat meningkatkan kongnitif, afektif dan psikomotor mereka haruslah memanfaatkan peta. Prosesnya mulai pengenalan, pembacaan, pemilihan dan pembuatan, melalui proses ini mereka dibimbing untuk mengerti, menerapkan, menganalisis dan mengevaluasi penyebaran lokasi gejala dan relasi keruangannya satu sama lain.
    2) Atlas, atlas adalah kumpulan bermacam-macam peta yang membentuk simbol-simbol, tulisan dan bahasa dengan penafsiran yang sama, pada atlas ini disajikan berbagai peta berdasarkan kenegaraan, gejala alam, penyebaran, sumberdaya, penyebaran aspek kebudayaan dan lain sebagainya. Penggunaan dan pemanfaatan atlas pada pengajaran Geografi oleh anak didik perlu mendapatkan bimbingan.
    3) Globe, globe merupakan bentuk dan model yang sangat mini dari bola bumi. Globe ini selain fungsinya sama dengan peta dan atlas lebih jauh lagi dapat membina dan mengembangkan citra tentang konsep tentang waktu, iklim, musim dan gejala-gejala alam lainnya baik yang berkenaan dengan atmosfer, hidrosfer maupun litosfer. Dengan demikian pengunaan dan pemanfaatan sebagai media pengajaean Geografi dapat lebih meningkatkan kemapuan kongnitif, afektif, dan psikmotor anak didik tentang relasi keruangan gejala-gejala Geografi dipermukaan bumi.
    4) Gambar dan potret, yang berkenaan dengan gejala-gejala Geografi selain diadalkan oleh sekolah dan guru, dapat pula pengadaannya ditugaskan kepada anak-anak. Dengan demikian adapun fungsi gambar dan potret dalam pengajaran Geografi yaitu agar peningkatan citra dan konsep kepada anak didik dapat terpenuhi.
    5) Slide, film dan VTR merupakan media pengajaran modern yang dapat membantu membina citra dan konsep Geografi lebih meningkat pada diri anak didik. Sampai saat ini terutama bagi sekolah-sekolah daerah-daerah terpencil media ini masih merupakan barang mewah.
    6) Diagram dan grafik yang dapat dideskripsikan data kualitatif gejala-gejala Geografi, dapat membantu meningkatkan citra dan konsep Geografi yang bersifat matematis-kuantitatif kepada anak didik. Dari citra dan konsep tadi mereka akan memahami tentang relasi, interelasi dan interaksi keruangan gejala-gejala geografi yang dapat menimbulkan ketimpangan dan masalah.
    7) Media cetak yang berupa surat kabar, majalah dan terutama buku. Media menjadi sumber informasi yang memperkaya citra dan konsep Geografi kepada anak didik. Pemanfaatannya tentu saja menuntut prasarat tentang kemampuan dan minat baca serta kemampuan berbahasa. Oleh karena itu, secara bertahap prasyarat ini dipenuhi melalui tugas membaca dari guru Geografi.
    Hal demikian guru Geografi menyelenggarakan PBM secara komperhensip integral dengan menerapkan berbagai medel dan menggunakan berbagai media yang serasi dengan pokok bahasan dan mencapai tujuan intuksional.
    d. Media Gambar
    Medium (jamak, media) adalah sebuah saluran komunikasi. Kata media tersebut diambil dari kata bahasa latin yang berarti”antara”. Istilah ini mengacu pada sesuatu yang membawa informasi antara sebuah sumber penerima (Heinich, Molenda, Russel , 1996: 8). Secara khusus media gambar adalah penyajian visual dua dimensi yang memanfaatkan rancangan gambar sebagai sarana pertimbangan mengenai kehidupan sehari-hari, misalnya yang menyangkut manusia, peritiwa, benda, benda, tempat , dan sebagainya. Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) media gambar adalah media yang mengkombinasikan fakta dan gagasan secara jelas dan kuat melalui kombinasi pengungkapan kata-kata dan gambar-gambar. Secara khusus media gambar berfungsi untuk memberikan variasi dan fakta yang kemungkinan akan dilupakan atau diabaikan. Media gambar merupakan media sederhana, mudah dalam pembuatannya, dan murah harganya. Media gambar atau media grafis terdiri atas gambar, bagan, diagram, grafik, foster, kartu, dan komik.
    Menurut Nana Sudjana dan Ahmad Rivai (2001:68) yang perlu diperhatikan dalam penggunaan.media gambar dalam pembelajaran adalah :Gambar yang bagus, menarik, jelas dan nudah dimengerti.
    1) Apa yang digambar harus cukup penting dan cocok hal yang dipelajari
    2) Gambar harus benar dalam arti harus dapat menggambarkan situasi yang serupa jika dilihat pada keadaan yang sebenarnya.
    3) Gambar memiliki kesederhanaan dalam arti tidak rumit sehingga sulit untuk dipahami.
    4) Gambar harus sesuai dengan kecerdasan orang yang melihatnya,
    5) Ukuran gambar harus sesuai dengan kebutuhan.
    Jadi dalam pengajaran dengan menggunakan media gambar harus memiliki prinsip penggunaan media gambar
    1) Gambar harus relistis dan digunakan dengan hati-hati, karena gambar yang amat rinci dengan realisme yang sulit diproses dan dipelajari seringkali mengganggu perhatian..
    2) Gambar harus berfungsi untuk melukiskan perbedaan konsep-konsep
    3) Warna harus digunakan untuk mengarahkan perhatian dan membedakan komponen-komponen.
    Media gambar sebagai salah media pembelajaran mempunyai kelebiahan dan kelemahan sebagai berikut :
    Kelebihan :
    1) Sifatnya kongkrit. Artinya gambar lebih realistis menunjukkan pokok masalah dibandingkan dengan media verbal semata.
    2) Gambar dapat mengatasi batasan ruang dan waktu. Tidak semua benda, objek atau peristiwa dapat dibawa dalam kelas.
    3) Media gambar dapat mengatasi keterbatasan pengamatan kita
    4) Media gambar dapat menjelaskan suatu masalah, dalam bidang apa saja dan untuk tingkat usia berapa saja, sehingga dapat mencegah dan membetulkan kesalah pahaman.
    5) Media gambar murah harganya dan gampang didapat serta digunakan, tanpa perlu peralatan khusus.
    Kelemahan :
    1) Gambar hanya menekankan persepsi indra mata.
    2) Gambar benda yang terlalu kompleks kurang efektif untuk kegiatan mengajar belajar.
    3) Ukurannya sangat terbatas, tidak memadai untuk kelompok besar.

    e. Peranan Media Dalam Pengajaran Geografi
    Dalam pembelajaran Geografi tanpa menggunakan media pendidikan sering dilakukan di dalam proses belajar mengajar. Hal ini dikenal juga sebagai pembentuk pembelajaran tradisional dan yang paling umum adalah metode ceramah. Penggunaan metode ini dalam pembelajaran Geografi akan bersifat verbal karena guru menyampaikan informasi dalam bentuk lisan atau biasa disertai penulisan di papan tulis (Hamalik, 1994)
    Secara sederhana metode ceramah ini paling mudah dilaksanakan dan paling sering digunakan oleh guru. Menurut Haryangnti (2001), proses belajar mengajar dari sistem seperti ini adalah model pembelajaran dengan komonikasi satu arah (Teaching Direchted), dimana yang aktif 90% adalah model pengajaran seperti itu dianggap kurang mengesplorasi wawasan pengetahuan siswa, sikap dan perilaku siswa karena selama ini proses belajar mengajar apabila konsentarasi siswa kurang optimal, maka siswa akan mendapatkan kesulitan untuk menerima materi yang diajarkan saat itu., sehingga sulit juga bagi siswa untuk bagi siswa untuk menyimpan materi tersebut dalam ingatan atau memori atau kesan siswa. Kekurangan inilah yang besar pengaruhnya dan dapat menghambat kegiatan belajar sisswa, khususnya apabia siswa tidak termotivasi dengan baik dan materi yang diajarkan bersifat kompleks.
    Untuk menjelaskan konsep-konsep tertentu dalam Geografi kadang timbul kesan yang bersifat abstrak seperti halnya dalam konsep perhubungan dan pengangkutan. Sehinga siswa masih sulit memahami apabila hanya diajarkan dengan menggunakan metode ceramah. Dalam mempelajari sains, termasuk Geografi ada 4 cara untuk melihat kenyataan yaitu: 1) berfikir, 2) Merasakan, 3) Mengindera, dan 4) percaya. Untuk merasakan, mengindera dan percaya siswa membutuhkan lebih dari sekadar metode ceramah melainkan dengan menggunakan metode-metode pengajaran yang relevan dengan kondisi siswa, sekolah, dan lingkungan sekitarnya.
    2. Prestasi Belajar
    a. Pengertian Prestasi Belajar (Hasil Belajar)
    Berbicara mengenai prestasi belajar, maka terlebih dahulu akan dikemukakan arti prestasi dan arti belajar itu sendiri, sebelum membahas pengertian prestasi belajar. Menurut kamus umum bahasa Indonesia, kata prestasi berarti hasil yang dicapai (dilakukan, dikerjakan dan sebagainya), Poerwardarmanto (1976). Prestasi yang dimaksud dalam penelitian ini adalah hasil nyata yang dicapai seseorang (siswa) dari rangkaian usahanya (belajar) dengan kemampuan, kecakapan, keterampilan, yang dapat diukur nilainya (evaluasi) setelah melakukan pekerjaan tertentu. Untuk mendapatkan pengertian yang objektif tentang belajar, maka dibawah ini beberapa pendapat ahli psikologi, khususnya ahli psikologi pendidikan tentang balajar sebagai berikut:
    Tabrani Ruyan (2006) menyatakan bahwa: belajar adalah suatu proses perubahan individu melalui interaksi dengan lingkungan, sedangkan Oemar Hamalik dalam Darmawati (2006) memberikan defenisi belajar sebagai berikut: “ Belajar adalah suatu perbuatan atau perubahan dalam diri seseorang yang dinyatakan dalam bertingkah laku berkat pengalaman latihan” Kemudian Slameto (1995) menyatakan bahwa: “Belajar adalah suatu proses usaha yang dilakukan seseorang untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru secara keseluruhan, sebagai hasil pengalamannya sendiri dalam interaksi dengan lingkungannya.” Selanjutnya Rahadi (2003) mengemukakan hal yang senada bahwa “ Belajar merupakan usaha yang dilakukan seseorang melalui interaksi dengan lingkungannya untuk merubah prilakunya.”
    Dari beberapa pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa belajar adalah usaha yang dilakukan seseorang dalam proses perubahan tingkah laku yang merupakan hasil pengalaman sendiri, latihan dan kemampuan berinteraksi dengan lingkungan sendiri. Dari pernyataan yang telah dikemukakan diatas baik itu pengertian mengenai prestasi maupun pengertian mengenai belajar, maka prestasi dapat diartikan sebagai tingkat keberhasilan yang dicapai setelah melakukan kegiatan belajar, hal ini sama seperti yang diungkapkan oleh Mappa (1972), mengemukakan bahwa Prestasi belajar adalah hasil belajar yang dicapai siswa dalam bidang studi tertentu dengan menggunakan tes standar sebagai alat pengukur keberhasilan belajar seseorang.Hal demikian penguasan pengetahuan dan keterampilan merupakan wujud dari prestasi belajar. Tinggi rendahnya prestasi belajar tergantung pada tingkat penguasaan materi pelajaran kurang maka prestasi belajar yang dicapai kurang atau rendah, demikian pula sebaliknya, bila tingkat penguasaan terhadap materi pelajaran tinggi, maka prestasi belajar pun tinggi.
    b. Faktor-faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa
    Usaha untuk prestasi belajar tidak lepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya, faktor yang mempengaruhi prestasi belajar siswa banyak jenisnya, tetapi dapat digolongkan menjadi dua yaitu: faktor intern dan faktor ekstern. Faktor intern adalah faktor yang ada dalam diri siswa yang sedang belajar sedangkan faktor ekstern adalah faktor yang ada diluar diri siswa. Prestasi belajar yang dicapai siswa pada hakekatnya merupakan hasil interaksi berbagai faktor tersebut. Oleh karena itu, pengenalan guru, orang tua, terhadap faktor-faktor yang dapat mempengaruhi hasil belajar siswa penting sekali demikian halnya dengan siswa itu sendiri.
    Menurut Slameto (1995: 56) faktor-faktor yang mempengaruhi belajar adalah
    1) Faktor intern yang terdiri dari:
    a) Faktor jasmaniah seperti kesehatan, cacat tubuh
    Proses belajar siswa akan terganggu jika kesehatan jasmani siswa terganggu, selain itu juga ia akan cepat lelah, kurang bersemangat, mudah pusing, ngantuk, jika badannya lemah, kurang darah ataupun ada gangguan fungsi alat inderanya serta tubuhnya. Agar siswa dapat belajar dengan baik haruslah mengusahakan kesehatan jasmaninya tetap terjamin dengan cara selalu mengindahkan ketentuan tentang bekerja, tidur, makan, olahraga, dan lain-lain.
    b) Faktor Psikologi
    Faktor psikologis yang mempengaruhi proses belajar siswa antara lain:
    (1) integensi
    (2) Perhatian
    (3) Minat
    (4) Bakat
    (5) Motivasi
    (6) Kamatangan
    (7) Kesiapan
    c) Faktor kelalahan
    Faktor keleahan dapat dibedakan menjadi dua macam yaitu: kelahan jasmani dan kelelahan rohani. Kelelahan jasmani terlihat dengan lemah lunglainya tubuh dan timbulnya kecenderungan untuk membaringkan tubuh. Sedangkan kelelahan rohani dapat dilihat dengan adanya kelesuan dan kebosanan sehingga minat dan dorongan untuk sesuatu hilang.
    2) Faktor ekstern yang terdiri dari:
    a) Faktor keluarga meliputi:
    (1) Cara orang tua mendidik
    (2) Relasi antar anggota keluarga
    (3) Suasana rumah
    (4) Keadaan ekonomis keluarga
    (5) Pengertian orang tua
    (6) Latar belakang kebudayaan
    b) Faktor sekolah meliputi:
    (1) Guru sebagai pengajar
    (2) Metode mengajar
    (3) Alat pengajaran
    (4) Disiplin sekolah
    (5) Relasi guru dengan siswa
    (6) Waktu sekolah
    (7) Standar pelajaran di atas ukuran
    Dari sekian banyaknya faktor yang mempengaruhi prestasi belajar, alat pengajaran merupakan salah satu bagian dari faktor yang juga sangat mempengaruhi prestasi belajar, olehnya itu penggunaan alat pengajaran yang sesuai dengan materi pelajaran, perlu untuk diperhatikan diantaranya penggunaan media pengajaran media sangat bermanfaat dalam memberikan motivasi dan penjelasan yang lebih kongkrit dalam proses belajar mengajar bagi siswa sehingga sedikit banyaknya menunjang peningkatan prestasi atau hasil balajar siswa.


    3. Motivasi Belajar
    a. Pengertian Motivasi
    Yang dimaksud dengan ”motif” adalah segala daya yang mendorong sesorang untuk melakukan sesuatu. Istilah motivasi acapkali dikaitkan dengan kegiatan pembelajaran. Pada umumnya orang mengaitkan dengan psikologi pendidikan. Dalam psikologi pendidikan dikenal beberapa teori, konsep, dan model yang berbeda – beda tersebut didasarkan pada cara berpikir, sudut pandang, serta latar belakang. Dari para ahli yang secara individu berbeda-beda. Ada beberapa pendapat mengenai motivasi. David Mc.Cellend, Abraham Maslow, Wand dan Brow, mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu proses psokologi yang mencerminkan interaksi antara sikap, kebutuhan, persepsi, dan keputusan yang terjadi pada diri sesorang. Selanjutnya Berelson dan Stainer mengemukakan bahwa motifasi adalah suatu usaha sadar untuk mempengaruhi prilaku sesorang, agar mengarah pada tercapainya suatu tujuan. Berelson dan Stainer mengartikan bahwa motif pada hakikatnya merupakan terminologi umum yang memberikan makna, daya dorong, keinginan, kebutuhan serta kemauan.
    Menurut asal katanya, motivasi berasal dari bahasa latin movere yang berati menggerakkan. Wolodkowski (1985) menjelaskan motivasi sebagai suatu kondisi yang menyebabkan atau menimbulkan prilaku tertentu, dan memberikan arah dan ketahanan pada tingkah laku tersebut. Sedangkan menurut Mc Donald, motifasi adalah perubahan energi dalam diri seseorang yang ditandai dengan munculnya perasaan dan didahului dengan adanya tanggapan terhadap adanya tujuan. Martin Handoko (2002:9) mengartikan motivasi itu sebagai suatu tenaga atau faktor yang terdapat dalam diri manusia, yang menimbulkan, mengarahkan, dan mengorganisasikan tingkah lakunya. Motivasi merupakan salah satu komponen yang sangat penting dalam pembelajaran dan merupakan sesuatu yang sangat sulit diukur. Menurut Slavin (1997:345), kemauan untuk belajar merupakan hasil dari beberapa faktor, yaitu kepribadian, kebiasaan, serta karateristik belajar siswa.
    b. Fungsi Motivasi dalam Pembelajaran
    Dalam proses pembelajaran, motivasi itu sangat penting. Martin Handoko (2002:9) merumuskan”montion is on essential condition of learning”. Demikian pula, hasil belajar siswa banyak ditentukan oleh motivasi yang dimilkinya. Semakin besar motivasi yang ada dalam diri siswa, makin besar pula hasil belajar yang akan dicapai. Demikia pula, semakin tepat motivasi yang diberikan guru, semakin baik pula hasil dari proses pembelajaran. Motivasi menentikan itensitas usaha siswa untuk melakukan sesuatu termasuk belajar. Faktor yang sangat berpengaruh pada motivasi belajar siswa yaitu intelegensi, kebutuhan belajar, minat, dan sifat pribadi. Keempat faktor tersebut saling mendukung dan perlu ditumbuhkembangkan dalam diri siswa, sehingga diharapkan tercipta semangat belajar yang tinggi, lalu pada tahap berikutnya siswa mampu melakukan aktivitas demi tercapainya tujuan pemenuhuan kebutuhannya.
    4. Penentuan Model Pembelajaran
    Masalah penentuan model pembelajaran dalam kegiatan belajar mengajar bertitik tolak dari :
    a. Materi pelajaran
    Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pembelajaran salah satunya disebabkan oleh penentuan model pembelajaran yang kurang tepat dengan bahan pembelajaran atau materi pelajaran.
    b. Efektifitas model pembelajaran
    Penggunaan model pembelajaran yang tidak sesuai dengan materi pembelajaran akan menjadi kendala dalam mencapai tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan. Oleh karena itu efektifitas model pembelajaran dapat terjadi bila ada kesesuaian antara model pembelajaran yang digunakan dengan semua komponen pembelajaran yang telah diprogramkan dalam rencana pelajaran sebagai persiapan tertulis.
    c. Pentingnya penentuan model pembelajaran
    Titik sentral yang harus dicapai oleh setiap kegiatan belajar mengajar adalah tercapainya tujuan pembelajaran. Guru sebagai salah satu sumber pembelajaran berkewajiban menyediakan lingkungan belajar yang kreatif sebagai kegiatan siswa di kelas. Salah satu kegiatan yang harus guru lakukan adalah menentukan model pembelajaran yang digunakan sesuai dengan materi yang diajarkan agar tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan baik.
    d. Faktor-faktor yang mempengaruhi penentuan model pembelajaran.
    Guru lebih mudah menentukan model pembelajaran yang cocok dengan situasi yang dihadapinya, jika memahami karakteristik dan sintaks dari masing-masing model pembelajaran. Penentuan model pembelajaran dipengaruhi oleh beberapa faktor : 1) peserta didik, 2) tujuan, 3) situasi, 4) fasilitas, 5) guru.
    5. Metode Mengajar Geografi.
    Metode mengajar dalam proses belajar memegang peranan yang sangat penting. Hal ini dikarenakan metode mengajar akan mempengaruhi situasi kelas secara khusus dan pelaksanaan proses belajar mengajar secara umum. Situasi kelas yang diharapkan adalah situasi yang dapat merangsang siswa untuk belajar, sehingga tujuan dari proses belajar-mengajar akan dicapai secara optimal.
    Menurut Danim (1995), mengajar dapat didefinisikan sebagai suatu proses pengorganisasian atau menata sejumlah sumber potensi secara baik dan benar sehingga terjadi proses belajar-mengajar. Implikasi definisi adalah bahwa peranan guru bukanlah mentransmisikan atau mendistribusikan pengetahuan kepada peserta didik semata-mata, akan tetapi sebagai direktur belajar. Metode mengajar akan mempengaruhi kegiatan belajar peserta didik. Selain itu, metode mengajar akan lebih efektif digunakan bila memperhitungkan kemampuan dan kesiapan mental siswa sehingga tujuan mengajarkan materi pelajaran itu akan tercapai secara optimal. Kemampuan, keterampilan, dan sikap yang dipilih guru harus relevan dengan tujuan belajar dan disesuaikan dengan sturktur kognitif yang dimiliki peserta didik. Hal ini dimaksud agar terjadi interaksi antara guru dan siswa. Pemilihan metode mengajar dipengaruhi oleh tujuan pembelajaran, materi pelajaran, sarana yang tersedia dan dapat digunakan, peserta dan media pembelajaran yang digunakan.
    Ada beberapa metode pengajaran yang umum digunakan, yaitu :
    a. Metode Ceramah
    b. Metode Tanya jawab
    c. Metode Diskusi
    Masing-masing metode mengajar yang umum dipergunakan tersebut memiliki kelebihan, kekurangan dan persyaratan serta media termasuk alat Bantu yang berbeda. Terkait dengan tulisan/skripsi ini, kami mencoba memilih beberapa metode mengajar karena relevan dengan mata pelajaran geografi di SMP.
    a. Metode Ceramah.
    Pada proses belajar mengajar bidang pendidikan dan bidang apapun, metode caramah menjadi metode dasar yang sukar untuk ditinggalkan. Kita telah menyadari bahwa metode ceramah secara langsung tidak melibatkan siswa secara aktif. Oleh karena itu kita menggunakan metode ceramah bervariasi atau multimetode. Metode ini disebut ceramah apabila materi yang diberikan tidak merupakan materi pelajaran yang harus dikuasai oleh pendengarnya. Pada keadaan ini pemaparan materi lebih bersifat pemasyarakatan atau penerapan kepada kelompok yang lebih terbuka, artinya pendengar berasal dari berbagai kalangan yang tidak harus sergam atau terbatas. Matode ini disebut kuliah apabila materi yang disampaikan adalah pelajaran yang harus dikuasai oleh peserta didik.
    Pada penerapan metode ceramah, pengajar memberikan penjelasan mengenai materi yang diajarkan, tanpa membaca atau dengan membaca catatan atau buku. Siswa mendengarkan dan memperhatikan. Ciri utama metode ini adalah :
    1). Lebih bersifat satu arah, yaitu arus penjelasan dari pengajar kepada peserta didik.
    2). Hampir seluruh waktu pembelajaran dikuasai oleh widyaswara, karena itu pengajar dapat mengatur dan menyelesaikan seluruh rencana pemberian materi pelajaran.
    3). Siswa, kurang memiliki kesempatan atau bertanya.
    4). Materi pelajaran yang dapat diserap oleh siswa lebih tergantung kepada kemampuan peserta dan perhatian yang dicurahkan kepada ceramah pengajar.
    5). Siswa kurang berperan serta dalam proses pembelajaran.
    Ceramah digunakan untuk memberikan penjelasan yang sifatnya sepintas atau untuk memperkenalkan pengetahuan yang belum banyak diketahui oleh siswa. Ceramah sering digunakan untuk menyampaikan materi yang demikian banyak dalam waktu yang terbatas kepada peserta yang terbatas atau banyak. Ceramah dapat disertai Tanya jawab, tergantung kepada waktu yang tersedia dan kesediaan pemberi ceramah. Untuk dapat menyampaikan materi pelajaran secara lebih menarik, ceramah dilakukan dengan memamfaatkan media pembelajara, antara lain OHP dengan OHPnya, Gambar atau foto, serta film pendek ataupun papan tulis dan flipchart. Penyampaian pelajaran dengan metode ini, hendaknya memenuhi persyaratan sebagai berikut :
    1). Widyaiswara/fasilitator mengucapkan setiap kata secara jelas dan benar, sehingga mudah ditangkap peserta diklat.
    2). Kalimat dalam bentuk sederhana, langsung dan lugas, tidak berbelit-belit.
    3). Tidak menggunakan kata atau kalimat yang memiliki arti atau pengertian ganda.
    4). Widyaiswara/fasilitator berbicara cukup keras, sehingga terdengar jelas oleh setiap peserta diklat.
    5). Nada suara tidak datar, akan tetapi naik-turun berirama dengan adanya penekanan kata-kata yang dinggap penting dan sesuai dengan tata bahasa yang benar.
    6). Sebaiknya tidak hanya duduk atau berdiri pada suatu tempat, akan tetapi berpindah dengan rileks, agar tidak menimbulkan kejemuan pada pserta didik.
    7). Kata-kata atau singkatan yang cukup asing bagi peserta didik, perlu dijelaskan artinya.

    b. Metode Tanya Jawab.
    Widyaiswara memberikan pertanyaan-pertayaan kepada peserta didik, mengenai materi pelajaran. Peserta didik menjawab sesuai dengan pertanyaan dan kehendak. Jawaban dapat singkat atau merupakan penjelasan. Dengan kata lain metode Tanya jawab adalah suatu cara mengajar atau penyajian materi melalui pengajuan pertanyaan-pertanyaan yang mengarahkan peserta didik memahami materi tersebut. Maetode Tanya jawab cocok utnuk bahan kajian yang umumnya siswa sudah mengetahui sehingga guru tinggal menggali pengetahuan dari siswa. Menurut Djamarah & Zain (2002), kelebihan-kelebihan metode Tanya jawab adalah :
    1). Pertanyaan dapat menarik dan memusatkan perhatian peserta didik.
    2). Merangsang peserta didik untuk melatih dan mengembangkan daya pikir, daya ingatan.
    3). Mengembangkan keberanian dan dan keterampilan siswa dalam menjawab dan mengemukakan pendapat.
    4). Partisipasi siswa akan menjadi aktif.
    Adapun kelemahan-kelemahan metode tanya jawab adalah :
    1). Siswa merasa takut apabila pengajar kurang mendorong peserta didik untuk berani dengan menciptakan situasi yang tidak tegang.
    2). Tidak mudah membuat pertanyaan yang sesuai dengan tingkat berpikir dan mudah dipahami peserta didik.
    3). Waktu sering banyak terbuang, terutama bila peserta didik tidak dapat menjawab pertanyaan sampai dua atau tiga kali.
    4). Dalam jumlah siswa yang banyak, tidak mungkin cukup waktu untuk memberikan pertanyaan kepada setiap siswa.
    c. Metode Diskusi
    Metode pengajaran geografi yang membangkitkan motivasi dan kreativitas berpikir serta keterlibatan dalam proses adalah metode diskusi. Melalui metode diskusi, keterampilan berpikir dalam menanggapi sesuatu persoalan tadi, dapat dibina dan dikembangkan. Sifat dan sikap demokratis, menghargai pendapat orang lain, tenggang rasa, kemandirian, dan sebagainya, dapat dibina dan dikembangkan melalui metode diskusi ini. Sifat dan bobot diskusi harus disesuaikan dengan kemampuan, perkembangan mental pada batas-batas yang serasi dengan tingkat umur siswa. Keikutsertaan dan ketelibatan siswa dalam proses belajar mengajar geografi pada diskusi ini lebih terjamin. Hanya dalam hal ini dituntut lebih akurat ila dibpengelolaan dan pengorganisasian kelas menciptakan susana yang serasi. Guru geografi harus lebih berhati-hati menerapkan metode diskusi bila dibandingkan dengan metode yang lainnya.
    6. Kompetensi Dasar Kondisi Fisik Wilayah Indonesia
    a. Posisi Geografis Indonesia
    Indoneisa merupakan sebuah negara kepulauan terluas di dunia. Sebagai suatu Negara kepulaun, Indonesia terletak suau kawasan strategis. Posisi Indonesia berdasarka batas negaranya terletak pada batas-batas berikut :
    1) Sebelah utara berbatasan dengan Negara Malaysia, Singapura, Filipina, Selat Malaka, Selat singapura, Laut Cina Selatan, laut Sulawesi, dan Samudra Pasifik.
    2) Sebelah selatan berbaasan dengan nagara Australia, Timur Lorosa’e, Samudra Hindia, Laut Timur, dan laut Arafuru.
    3) Sebelah barat berbatasan dengan Samudra Hindia
    4) Sebelah timur berbatasan dengan Negara Papua Nugunu dan Samudra Pasifik.
    Posisi geogafis Indonesia terbagi atas letak astronomi, letak, geografis, letak geologis, letak maritime, letak ekonomis, dan letak kultur histories. Selain itu, letak geografis Indonesia juga berpengaruh pada perubahan musim di Indonesia.
    1) Letak Geografis
    Letak suatu Negara adalah letak suatu Negara dilihat dari kenyataannya pada permukaan bumi. Berdasarkan letak geografisnya, Kepulauan Indonesia berada di antara Benua Australia dan Benua Asia, serta di antara Samudra Pasifik dan Samudra Hindia.
    Pengaruh dari letak geografis Indonesia baik langsung maupun tidak langsung diantaranya sebagai berikut ini.
    a) Indonesia berada pada posisi silang lalu lintas perdagangan dan pelayaran dunia.
    b) Indonesia mengalami iklim muson yang dipengaruhi daratan Benua Asia dan Benua Australia.
    c) Indonesia mendapat pengaruh berbagai kebudayaan dan peradaban dari negara luar.
    2) Letak Astronomi
    Letak astronomi suatu Negara adalah letak suatu Negara berdasarkan garis lintang dan garis bujurnya. Garis lintang adalah garis khayal pada peta atu globe yang menghubungkan titik bumi barat dengan titik bumi timur dan sejajar dengan garis ekiator. Garis bujur adalah garis khayal pada peta adatu globe yang menghubungkan kedua kutub bumi.
    Letak astronomis Negara Indonesia adalah antara 60 LU – 110 LS dan 950 BT – 1410 BT. Wilayah paling utara dan paling barat terletak pada 60 LS dan 950 BT adalah di pulau Weh di ujung utara pulau Sumatra. Wilayah paling selatan pada 110 LS terletak pada pulau Rote di Nusa Tenggara Timur dan wilayah paling timur pada 1410 BT terletak pada kota Merauke du pilau Papua. Bardasarkan letak astronomis tersebut, Indonesia dilalui oleh garis ekuator, yaitu garis khayal pada peta atau globe yang membagi bumi menjadi dua bagian sama besar utara dan selatan. Garis ekuator terletak pada garis lintang 0o dan disebut juga garis khatulistiwa atau garis lini
    3) Letak Geologis
    Letak geologis adalah letak suatu Negara dilihat dari keadaan batu-batuan yang terdapat dalam tubuh bumi.batuan yang tedapat di Indonesia sangat erat hubungannya dengan system pegunungan yang ada di Indonesia. Indonesia bagian barat dilalui oleh deretan pegunungan Muda Mediterania yang sampai di Indonesia merupakan bagian dari pegunungan Himalaya dengan sifat batuannya basa. Daerah Indonesia bagian tengah dan timur dilalui oleh deretan pegunungan Sirkum Pasifik dengan sifat batuannya asam.
    Pengaruh letak geologis terhadap letak geografis diantaranya sebagai berikut :
    a) Indonesia memiliki banyak gunung berapi yang menyuburkan tanah di sekitarnya.
    b) Sering terjadi gempa bumi terutama Tektonik mdan Gempa bumi Vulkanik.
    c) Terdapat tempat-tempat yang kaya akan barang tambang, seperti minyak bumi, batu bara, timah, nikel, emas, dan lain-lainya.


    b. Kondisi Fisik Indoneisa
    1) Angin Muson Indonesia
    Perbedaan tekanan udara antara dua tempat yang berbeda menyababkan adanya pergerakan udara dari daerah bertekanan tinggi (dingin) kedaerah bertekanan rendah (panas). Pergerakan udara karena perbedaan tekanan disebut angin. Angin muson atau dikenal juga angin musimmerupakan angin yang berhembus setiap setengah tahun dan berganti arah. Angin ini menyebabkan terjadinya pergantian musim di Indonesia antara musim hujan dan musim kemarau. Berikut ini pola pergerakan angin muson di Indonesia.
    a) Pada bulan Mei sampai Oktober, benua Australia mengalami tekanan udara tinggi sedangkan di benua Asia mengalami tekanan udara rendah sehingga angin terhembus dari benua Australia ke benua Asia. Pada saat tersebut, Indonesia mengalami musim kemarau. Peristiwa ini dikenal sebagai angin musim timur.
    b) Pada bulan November sampai April, Benua Asia mengalami tekanan udara tinggi sedangkan benua Australia mengalami tekanan rendah sehingga angin berhembus dari benua Asia ke benua Australia. Pada saat tersebut, Indonesia mengalami musim hujan karena angin dari daratan Asia banyak membawa uap air. Peristiwa pergerakan angin seperti ini dikenal sebagai angin muson barat.
    c) Pada bulan Maret sampai April dan September sampai Oktober terjadi musim pancaroba, yaitu musim peralihan dari musim hujan ke musim kemarau pada bulan Maret sampai April dan dari musim kemarau kemusim hujan pada bulan September samapai Oktober. Fenomena ini terjadi akibat adanya embusan angin yang tidak menentu dan arah angin yang senantiasa berubah di Indonesia.
    2) Perubahan musim di Indonesia
    Iklim mencakup kajian tentang fenomena fisik atmosfer sebagai hasil interksi antara proses fisik dan kimia yang terjadi di atmosfer dengan permukaan bumi. Iklim selalu berubah menurut ruang waktu dengan pola atau siklus tertentu, baik harian, musiman, tahunan, maupun siklus beberapa tahun. Selain perubahan secara alami, iklim dapat juga berubah karena pengaruh manusia yang merubah komposisi atmosfer sehingga memperbesar keragaman iklim. Keragaman iklim dibedakan atas beberapa hal sebagai berikut:
    a) Keragaman menurut tempat, yang ditentukan oleh letak (jauh dekatnya suatu tempat dari peredaran matahari), ketinggian tempat, sebaran daratan dan lautan, serta arah angin utama.
    b) Keragaman menurut waktu, yang ditentukan oleh perputaran bumi pada sumbunya (rotasi bumi).
    3) Jenis Tanah di Indonesia
    Tanah merupakan unsure permukaan bumi yang sangat penting untuk kehidupan. Tanah adalah lapisan atas bumi yang terbentuk dari berbagai campuran, yaitu dari pelapukan batuan induk (anorganik) dan jasad tumbuhan serta binatang yang sudah mati (organic). Oleh Karena pengaruh tempratur udara, angin, hujan, dan batuan, jasad makhluk hidup tadi menjadi lapuk, mineral-mineralnya terlepas, dan kemudian membentuk bahan yang disebut tanah. Jenis tanah antara daerah yang satu dengan daerah yang lain memiliki perbedaan. Perbedaan jenis tanah disebabkan oleh pebedaan batuan induk, curah hujan, intensitas penyinaran matahari, relief, dan tumbuhan penutup tanah.
    c. Keanekaragaman Hayati Indonesia
    Jutaan tahun lalu, pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan merupakan bagian dari daratan Asia. Sementara itu, pulau Halmahera dan Papua merupakan bagian dari daratan Australia. Pulau Sulawesi dan beberapa pulau di sekitarnya seperti Kepulauan Maluku terpisah dari kedia daratan tersebut. Mencairnya es di kutub bumu jutaan tahun lalu mengakibatkan laut menjadi pasang sehingga memisahkan pulau Sumatra, Jawa, dan Kalimantan dari daratan Benua Australia. Perubahan tersebut berpengaruh terhadap keanekaragaman flora dan fauna yang ada di Indonesia.

    7. Kompetensi Dasar Dinamika Kependudukan Di Indonesia
    Jumlah penduduk pada suatu wilayah atau negara selalu berubah-ubah. Perubahan jumlah penduduk tersebut dinamakan dinamika kependudukan. Jumlah penduduk suatu negara dari tahun ke tahun pada umumnya selalu bertambah. Jarang kita jumpai ada negara yang memiliki jumlah penduduk yang tetap, apalagi berkurang.
    Dinamika kependudukan atau perubahan jumlah penduduk ditentukan oleh 3 (tiga) faktor yaitu kelahiran (natalitas), kematian (mortalitas), dan perpindahan penduduk (migrasi). Kelahiran bersifatmenambah, kematian bersifat mengurangi, sedangkan migrasi dapat bersifat manambah karena migrasi masuk dan dapat pula bersifat mengurangi karena migrasi keluar. Ketiga faktor ini termasuk dalam faktor demografi. Demografi adalah ilmu yang mempelajari tentang susunan, jumlah, dan perkembangan penduduk. Pertumbuhan penduduk di Indonesia terutama ditentukan oleh faktor angka kelahiran dan angka kematian, karena angka migrasi masuk dan keluar yang ada di Indonesia masih terlalu kecil.
    Selain unsur dinamika penduduk yang bersifar demografi, ada pula unsur dinamika penduduk nondemografi, yaitu tingkat kesalahan dan tingkat pendidikan penduduk. Tingkat kesehatan penduduk mempengaruhi tingkat kematian. Semakin tinggi tingkat kematian kesehatan penduduk semakin rendah tingkat kematian penduduk. Sedangkan bila semakin tinggi tingkat pendidikan penduduk, maka akan semakin tinggi tingkat kesehatan penduduk.
    a. Sumber Data Kependudukan
    Jumlah penduduk di suatu tempat atau negara dapat diketahui melalui sensus penduduk, regetrasi penduduk, dan survei penduduk. Sesus Penduduk adalah keseluruhan proses pengumpulan , penghimpunan, dan menyusun serta menerbitkan data-data demografi, ekonomi, dan sosial yang menyangkut semua orang pada waktu tertentu di suatu negara atau wilayah tertentu. Dari data sensus dapat diketahui berapa jumlah dan ciri-ciri penduduk pada suatu negara atau suatu wilayah tertentu. Berdasarkan pelaksanaanya sensue penduduk terbagi berbagai-bagi yaitu sensus De Jure, dan sensus de Fakto.
    Regestrasi Penduduk adalah kumpulan keterangan mengenai terjadinya perestiwa kelahiran, kematian, dan perpindahan penduduk yang terjadi di tempat penduduk tersebut. Survei Penduduk memiliki pengertian yang hampir sama dengan sensus, perbedaannya terletak pada jumlah penduduk yang dicacah. Pada sensus, semua penduduk dilakukan pencacahan sedangkan pada survei, penduduk yang dicacah tidak seluruhnya namun dicacah beberapa saja untuk dijadikan sampel. Adapun berdasarkan sifatnya, sensus bersifat umum sedangkan survei bersifat khusus.


    b. Kelahiran
    Angka kelahiran dapat terus bertambah karena dipengaruhi beberapa faktor sebagai berikut,
    1) Kawin masih muda, yaitu masih adanya pandangan bahwa wanita harus menikah pada usia muda sebab bila terlambat menikah, keluarga akan mendapat malu.
    2) Adanya anggapan bahwa anak merupakan tumpuan orang tua di hari tua.
    3) Diberlakukannya Undang-undang perkawinan, yaitu UU No. 1 tahun 1974 yang menetapkan usia kawin bagi peria 19 tahun dan wanita 16 tahun.
    c. Kematian (Mortalitas)
    Tinggi rendahnya kematian suatu negara dipengaruhi oleh faktor penunjang kematian sebagai berikut.
    1) Masih rendahnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan.
    2) Fasilitas kesehatan belum memadai, seperti terbatasnya jumlah rumah sakit, peralatan kesehatan, dan jumlah tenaga medis.
    3) Tingkat gizi penduduk yang masih rendah.
    4) Terjadinya bencana alam, seperti tanah longsor, banjir, gunung meletus, gempa bumi, dan lainnya
    Seiring dengan perkembangan zaman dan teknologi, kematian dapat dicegah dan angka kematian dapat dikurangi. Beberapa faktor penghambat kematian di antaranyaberikut ini.
    1) Meningkatnya kesadaran penduduk akan pentingnya kesehatan
    2) Fasilitas kesehatan yang memadai dan didukung oleh peralatan canggih.
    3) Meningkatnya tingkat gizi penduduk
    4) Meningkatnya keimanan, bahwa membunuh atau bunuh diri dilarang dalam agama
    8. Kompetensi Dasar Lingkungan Hidup dan Pelestariannya
    Lingkungan hidup merupakan tempat bagi semua makhluk hidup. Di sana makhluk hidup beraktivitas sehari-hari. Manusia, hewan, dan tumbuhan merupakan makhluk hidup yang saling membutuhkan memnjadi satu kesatuan. Tanpa tumbuhan yang mmenghasilkan oksigen dan sum,ber makanan, manusia dan hewan tidak dapat hidup. Tumbuhan pun membutuhkan tanah dan udara untuk media dan berkembangnya. Tumbuhan pun membutuhkan tanah dan udara untuk media tumbuh dan berkembangnya. Kesemua hal-hal tersebut merupakan unsure-unsur lingkungan hidup.
    a. Lingkungan hidup dan Permasalahannya
    Indonesia telah memiliki undang-undang yang mengatur tentang lingkungan hidup, yaitu Undang-Undang RI Nomor 28 tahun 1997 tentang Pengelolaan Lingkungan hidup. Undang – undang ini terdiri dari sebelas bab dan 52 pasal. Berikut beberapa pasal yang penting dan berhubungan dengan lingkungan hidup dan pengertiannya.
    Manusia dalam bumi tidak sendirian melainkan bersama makhluk hidup lain, yaitu hewan dan tumbuhan terdapat hubungan saling membutuhkan satu sama lain yang sangat erat. Makhluk hidup selain manusia (hewan dan tumbuhan) bukanlah sekedar kawan hidup netral dan pasif terdapat manusia, melainkan hidup manusia terkait erat pada mereka.

    B. Kerangka Pikir

    Gambar 1. Skema Kerangka Pikir




























    C. Hipotesis

    Terdapat peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media gambar.




    BAB III
    METODOLOGI PENELITIAN

    A. Variabel dan Desain Penelitian
    1) Jenis Penelitian
    Dalam penelitian terdapat beberapa jenis penelitian antara lain :
    a) Penelitian survai
    b) Classroom Action Research
    c) Grounded research
    d) Kombinasi pendekatan kualitatif dan kuantitatif
    e) Analisa data sekunder
    Dari berbagai jenis penelitian yang disebutkan di atas maka salah satu jenis penelitian yang digunakan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah penelitian tindakan kelas (classroom action research). Penelitian ilmiah yang secara langsung dapat memberikan sumbangan bagi peningkatan kualitas praktik kependidikan adalah penelitan tindakan. Perpaduan antara istilah penelitian dan tindakan menggambarkan ciri esensial dari pendekatan ini, yaitu mencoba menerapkan ide-ide atau pemikiran kedalam praktik sebagai sarana pengembangan dan peningkatan pengetahuan tentang sesuatu. Misal penelitian tindakan kelas merupakan perbaikan praktik.
    Manfaat Penelitian tindakan kelas yaitu untuk mengembangkan pemikiran dan peningkatan pengetahuan serta praktik kependidikan dan pembelajaran. hasilnya digunakan untuk mengembangkan sekolah dan kelas, serta artikulasi secara tepat dan justifikasi terhadap rasionalisasi pendidikan yang dilakukan. Stenhouse secara cermat menekankan bahwa penelitian tindakan seharusnya tidak hanya melakukan praktik namun juga sebuah teori pendidikan dan pembelajaran yang dapat diakses ke guru-guru lain. Sehingga penelitian tindakan merupakan suatu cara untuk menggabungkan teori dan praktik menjadi satu kesatuan.
    Penelitian Tindakan Kelas (PTK) berfungsi sebagai alat untuk meningkatkan kualitas pelaksanaan pembelajaran kelas. Di ruangan kelas, PTK dapat berfungsi sebagai :
    a) Alat untuk mengatasi masalah-masalah yang didiagnosis dalam situasi pembelajaran di kelas.
    b) Alat pelatihan dalam-jabatan, membekali guru dengan keterampilan dan metode baru dan mendorong timbulnya kesadaran-diri, khususnya melalui pengajaran sejawat.
    c) Alat untuk memasukkan ke dalam sistem yang ada (secara alami) pendekatan tambahan atau inovatif
    d) Alat untuk meningkatkan komunikasi yang biasanya buruk antara guru dan peneliti
    e) Alat untuk menyediakan alternatif bagi pendekatan yang subjektif, impresionistik terhadap pemecahan masalah kelas.
    Ada dua butir penting yang perlu disebut di sini. Pertama, hasil penelitian tindakan dipakai sendiri oleh penelitinya, dan tentu saja oleh orang lain yang menginginkannya. Kedua, penelitiannya terjadi di dalam situasi nyata yang pemecahan masalahnya segera diperlukan, dan hasil-hasilnya langsung diterapkan/dipraktikkan dalam situasi terkait. Ketiga, peneliti tindakan melakukan sendiri pengelolaan, penelitian, dan sekaligus pengembangan.
    Secara singkat penelitian kelas dapat didefenisikan sebagai suatu bentuk kajian yang bersifat relektif oleh pelaku tindakan, yang dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakan-tindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman terhadap tindakan-tindakan yang dilakukannya itu, serta memperbaiki kondisi di mana praktek-praktek pembelajaran tersebut dilakukan. Untuk mewujudkan tujuan-tujuan tersebut, penelitian tindakan kelas (classroom action research) dilaksanakan berupa proses pengkajian berdaur yang terdiri dari 4 tahap yaitu :Merencanakan, Melakukan Tindakan, Mengamati, Refleksi. Hasil refleksi terhadap tindakan yang dilakukan akan digunakan kembali untuk merevisi rencana jika ternyata tindakan yang dilakukan belum maksimal untuk memacahkan masalah yang merisaukan. Setelah siklus ini berlangsung beberapa kali, barangkali perbaikan yang diinginkan sudah berakhir, namun biasanya muncul akan muncul kembali masalah baru atau kerisauan baru. Masalah ini akan kembali dipecahkan dengan mengikuti dayr PTK. Jika



    model penelitian ini dilaksanakan berarti guru atau peneliti sedang mengembangkan kemampuan profesionalnya secara sistematis. Singgarimbun, Masri (1989). Penelitian ini tergolong penelitian tindakan kelas (classroom action research) yang bersifat deskriptif dan bertujuan untuk meningkatkan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang dengan menggunakan media pembelajaran geografi.
    2) Variabel Penelitian
    Alfandi (2001:44) mengemukakan bahwa :”variabel adalah suatu sifat atau jumlah yang mempunyai nilai kategoriat atau mempunyai nilai yang dapat dinyatakan dengan bilangan.” Oleh karena itu, untuk mengarahkan kajian dalam penelitian ini, maka variabel penelitian ini perlu diketahui. Penelitian ini terdiri atas dua variabel, yaitu motivasi belajar siswa dan hasil belajar geografi siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja Kabupaten Enrekang.
    B. Defenisi Operasional Variabel
    Untuk menghindari beda penafsiran tentang variabel dalam penelitian, maka dirumuskan defenisi operasional
    1) Motivasi belajar siswa, artinya di dalam proses pembelajaran peneliti ingin mengetahui motivasi belajar siswa dengan menggunakan media pembelajaran gambar yang relevan dengan materi pokok bahasan.
    2) Hasil belajar geografi siswa adalah nilai yang diperoleh melalui tes akhir di setiap siklus. Tingkat penguasaan materi oleh siswa tercermin dari skor yang dicapai setiap siswa dari jawaban tes hasil belajar geografi
    C. Tempat dan waktu penelitian
    Penelitian ini dilaksanakan di SMP Negeri 1 Anggeraja yang terletak di jalan poros Tana Toraja – Makassar, Kelurahan Tanete Kecamatan Anggeraja Kabupaten Enrekang. Pelaksanaan penelitian ini mulai dari bulan Mei dan berahir pada bulan juli 2008.
    D. Bentuk dan Desain Penelitian
    Penelitian ini adalah penelitian kelas dengan bentuk penelitian tindakan. pada pembelajaran pertama, sama dengan yang diterapkan pada pembelajaran kedua dan ketiga, hanya refleksi terhadap setiap pembelajaran berbeda tergantung dari fakta dan interpretasi data yang ada atau situasi dan kondisi yang dijumpai. Hal ini dilakukan agar diperoleh hasil yang maksimal mengenai cara penggunaan media pembelajaran media gambar.

    Selanjutnya desain penelitian secara umum digambarkan seperti bagan di bawah ini :











    E. Prosedur Kerja
    Penelitian ini dilaksanakan dengan beberapa prosedur yaitu :
    (1) Perencanaan (2) pelaksanaan tindakan (3) observasi (4) evaluasi.
    1. Gambaran Siklus I
    Siklus pertama berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua dilakukan penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus I.



    a) Tahap perencanaan
    1) Menelaah materi mata pelajaran geografi Kelas VIII SMP semester genap berdasarkan Kurikulum Tingkat Satuan Pembelajaran (KTSP) agar dapat diketahui materi apa yang akan diajarkan.
    2) Menentukan materi yang akan diajarkan dalam tahap I
    3) Melakukan diskusi dengan guru mata pelajaran geografi pada sekolah lokasi penelitian dengan tujuan mengalokasikan waktu yang akan digunakan.
    4) Mempersiapkan perangkat pembelajaran yakni Rencana pelaksanaan Pembelajaran (RPP). Yang akan digunakan selama proses belajar-mengajar berlangsung dalam penelitian ini.
    5) Sebelum memulai proses pembelajaran peneliti melakukan pertemuan untuk mengetahui keadaan siswa ketika proses pembelajaran geografi berlangsung.
    6) Membuat format observasi untuk merekam bagaimana kondisi belajar mengajar dikelas ketika pelaksanaan tindakan berlangsung.
    7) Merancang dan membuat soal, baik soal latihan kelas, soal tugas pekerjaan rumah, LKS (lembar kegiatan siswa) dan kuis yang akan diberikan.
    8) Mempersiapkan alat, bahan dan media pembelajaran.
    b) Tahap pelaksanaan tindakan
    Pada saat pelaksanaan tindakan untuk siklus ini, yang pertama dilakukan peneliti adalah menjelaskan kepada siswa tujuan yang ingin dicapai untuk materi pada pelajaran hari itu. Kemudian guru membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil, dan setiap kelompok tersebut mencatat, memahami dan menyelesaikan soal-soal yang berkenaan dengan materi tersebut. Selanjtnya setiap kelompok mempersentasekan hasil diskusi kelompoknya dan ditanggapi oleh kelompok lain. Selama proses tersebut berlangsung, guru mencatat semua kejadian yang dianggap penting baik mengenai kegiatan siswa selama diskusi maupun tanggapan yang diberikan oleh siswa yang lain.
    c) Tahap observasi
    Pada tahap ini dilakukan kegiatan-kegiatan sebagai berikut:
    1) Proses observasi pada saat siswa mengikuti proses pembelajaran dengan menggunakan lembar observasi yang telah dibuat.
    2) Mengevaluasi siswa dengan materi-materi yang telah diajarkan
    3) Menganalisis data hasil observasi dan tes evaluasi siswa untuk mengetahui skor akhir yang diperoleh.
    d) Tahap refleksi
    Hasil yang dicapai pada tahap observasi dikumpulkan dan dianalisis. refleksi yang dimaksud adalah pengkajian terhadap keberhasilan atau kegagalan siswa, dan kemudian menjadi bahan pertimbangan untuk merumuskan rencana perbaikan pada tahap selanjutnya.


    2. Gambaran Siklus II
    Pada prinsipnya kegiatan dalam siklus II ini adalah pengulangan langkah kerja siklus sebelumnya yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus I. Siklus kedua berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus II.
    3. Gambaran Siklus III
    Seperti pada siklus sebelumnya kegiatan dalam siklus III ini adalah pengulangan langkah kerja siklus pertama dan kedua yang telah mengalami perbaikan dan pengembangan yang disesuaikan dengan hasil refleksi dari siklus II. Siklus ketiga berlangsung selama 3 kali pertemuan (3 jam pelajaran), dengan rincian : pertemuan pertama dan kedua penyajian materi, dan pada pertemuan ketiga dilakukan tes akhir siklus III.
    F. Teknik Pengumpulan Data
    Adapun teknik pengumpulan data yang dilakukan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :
    1) Untuk data mengenai motivasi siswa dalam mengikuti proses belajar akan diambil dengan menggunakan pedoman observasi .
    2) Data tentang hasil belajar geografi yang diperoleh dengan menggunakan tes hasil belajar pada setiap akhir tahap.
    G. Analisa Data
    Data hasil prestasi belajar geografi dianalisis dengan menggunakan teknik analisis statistik deskriptif dan analisis statistik inferensial. Kriteria yang digunakan untuk menentukan kategori hasil belajar siswa adalah berdasarkan teknik kategorisasi skala lima. Menurut Depdikbud (1993 :7) bahwa : skor standar umum yang digunakan adalah skala lima yaitu pembagian tingkat penguasaan yang terbagi atas lima kategori, yaitu :
    90 – 100 dikategorikan sangat tinggi
    80 – 89 dikategorikan tinggi
    65 – 79 dikategorikan sedang
    55 – 64 dikategorikan rendah
    55 – 64 dikategorikan rendah
    0 – 54 dikategorikan sangat rendah
    Statistik deskriptif digunakan untuk mendeskripsikan penerapan media pengajaran geografi dan skor hasil belajar siswa. Analisis data tersebut ditampilkan dalam bentuk nilai maksimum, minimum, nilai rata-rata standar deviasi serta frekuensi dan persentase hasil belajar.
    H. Indikator Keberhasilan
    Indikator dari penilaian ini adalah apabila terjadi peningkatan skor rata-rata hasil belajar geografi dari tahap pertama ke tahap kedua. Perlakuan dianggap berhasil apabila mencapai nilai ketuntasan individu mencapai 65 dan ketuntasan secara klasikal harus mencapai 85% dari jumlah siswa.




    BAB IV
    HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

    A. Gambaran Umum Lokasi
    1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian
    SMP Negeri 1 Anggeraja terletak dikelurahan Lakawan yang merupakan ibukota kecamatan Anggeraja. Kecamatan Anggeraja merupakan salah satu kecamatan yang ada dalam wilayah Kabupaten Enrekang. Wilayah Kecamatan Anggeraja memiliki luas 11.260 hektar yang terdiri dari sebelas desa/kelurahan. Adapun batas wilayah Kecamatan Anggeraja sebagai berikut : Sebelah Utara berbatasan dengan kecamatan Alla, Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Enrekang, Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Enrekang, Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Anggeraja Timur
    Letak SMP Negeri 1 Anggeraja dianggap cukup strategis, dimana letaknya berada di ibukota kecamatan dengan luas tanah adalah 7328 m2 dengan luas bangunan sekolah adalah 2044 m2. Keadaan gedung SMP Negeri 1 Anggeraja merupakan bangunan yang permanen dengan keadaan lingkungan yang baik, selain itu bangunan yang mengelilingi sekolah ini atau batas-batas lingkungan sekitar sekolah adalah :
    a) Sebelah timur berbatasan dengan SMP Negeri 4 Anggeraja.
    b) Sebelah utara berbatasan dengan Kantor Kecamatan Anggeraja.
    c) Sebelah selatan berbatasan dengan areal pemukiman dan persawahan.
    d) Sebelah barat berbatasan dengan areal perkebunan dan persawahan.
    2. Fasilitas
    Dalam hal kepemilikan fasilitas, SMP Negeri 1 Anggeraja memiliki fasilitas yang dapat dikategorikan cukup memadai untuk berlangsung proses belajar mengajar di sekolah, berikut ini fasilitas gedung dan bangunan sekolah yang terdapat dalam lingkungan SMP Negeri 1 Anggeraja. Sarana dan prasarana pendidikan dalam suatu sekolah memegang peranan penting dalam menunjang keberhasilan dalam proses belajar mengajar sekalipun siswa dan guru berlimpah ruah tetapi sarana dan prasarana tidak ada, tujuan pendidikan tidak akan tercapai dengan sempurna.
    Sarana dan prasarana yang dimiliki SMP Negeri 1 Anggeraja ajaran 2007/2008 adalah :









    Tabel 1. Keadaan Fasilitas SMP Negeri 1 Anggeraja Tahun Ajaran 2007/2008
    No Fasilitas Ruangan Jumlah Fasilitas Belajar Jumlah
    1 Ruang Kelas untuk belajar 11 Unit Alat peraga IPA 15 Buah
    2 Ruang Kepala Sekolah 1 Unit Alat praktek kesenian 15 Buah
    3 Ruang Wakil Kepala Sekolah 1 Unit Alat praktek penjaskes 10 Buah
    4 Ruang Tata Usaha 1 Unit Audio player/ radio 2 Buah
    5 Ruang BK 1 Unit Video player/ televisi 2 Buah
    6 Ruang Guru 1 Unit Komputer 15 Buah
    7 Ruang Perpustakaan 1 Unit Display/ mading 1 Buah
    8 Ruang Laboratorium IPA 1 Unit Perpustakaan 1 Buah
    9 Ruang Laboratorium Komputer 1 Unit LCD 2 Buah
    10 Mushallah 1 Unit OHP
    11 Unit Kegiatan Siswa 1 Unit
    12 Lapangan olah raga 1 Unit
    13 Kantin 3 Unit
    14 Dapur 1 Unit
    15 Ruang Pertemuan/ Serba Guna 1 Unit
    16 Gudang / WC 2 Unit
    Sumber Data : Kantor Tata Usaha SMP Negeri 1 Anggeraja Tahun Ajaran 2007/2008


    3. Siswa
    Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja sebagian besar adalah mereka yang telah diterima berdasarkan seleksi Nem tertinggi. Jumlah dari seluruh siswa Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja tahun ajaran 2007/2008 adalah 426 orang dapat kita lihat pada tabel berikut :
    Tabel 2. Jumlah Siswa SMP Negeri 1 Anggeraja
    Kelas Jumlah Siswa Total Jumlah Ruangan
    Laki-Laki Perempuan
    I 76 84 160 4
    II 73 83 156 4
    III 51 63 114 3
    Jumlah 200 230 430 11
    Sumber : Buku Registrasi SMP Negeri 1 Anggeraja

    Dari tabel 4 di atas menjelaskan bahwa, jumlah siswa kelas 1 setiap ruangan terdiri dari 39 – 37 siswa. Kelas 2 jumlah siswa terdiri dari 37 – 40 siswa setiap ruangan, dan kelas 3 jumlah siswa terdiri dari 36 - 39 siswa setiap ruangan.
    4. Personil
    Staf SMP Negeri 1 Anggeraja terdiri dari kepala sekolah, wakil kepala sekolah, guru-guru, dan staf tata usaha, pegawai tetap dan satpam, jumlah keselurahan adalah 43 orang dengan perincian sebagai berikut (untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada table dibwah ini

    Tabel 3. Jumlah Tenaga Pembina SMP Negeri 1 Anggeraja
    Jabatan Jumlah Tenaga Pembina
    Kepala Sekolah 1
    Wakil Kepala Sekolah 1
    Guru Tetap 26
    Guru Tidak Tetap 4
    Staf Tata Usaha 4
    Pegawai Tidak Tetap 3
    Satpam 2
    Jumlah 43
    Sumber : Buku Registrasi SMP Negeri 1 Anggeraja

    B. PENYAJIAN HASIL
    1. Pelaksanaan tindakan dalam proses belajar geografi dengan menggunakan media gambar
    a) Siklus I
    Pada pertemuan pertama diawali dengan penjelasan atau sosialisasi kepada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang menjadi subjek penelitian tentang pemanfaatan media gambar pada pelajaran geografi. Pada pertemuan pertama ini guru menggunakan metode mengajar Ceramah bervariasi dan kelompok diskusi. Sebelum memulai materi siswa disuruh untuk mengamati dan memperhatikan media yang akan disajikan. Dengan menggunakan media gambar peta, contoh-contoh gambar permukaan bumi dan globe Siswa diberikan materi tentang struktur Posisi Geografis Indonesia. Setelah diberikan materi, siswa kemudian diintruksikan untuk membentuk kelompok diskusi untuk membahas kembali materi yang telah dipaparkan tadi. Setelah selesai, siswa kemudian diberikan tugas dan mereka diberikan kesempatan untuk menyebutkan letak geografis Indonesia dan menyebutkan letak astronomis Indonesia dan kemudian kelompok lain menanggapi. Pada pertemuan pertama ini diskusi berjalan lancar dan tidak terlalu banyak tanggapan karena sebagian besar siswa bisa menyelesaikan tugasnya dengan benar. Setelah pelajaran hampir usai kemudia guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk menyebutkan letak geografis Sulawesi Selatan dan letak astronomis Sulawesi Selatan menurut pendapatnya masing-masing.
    Pada pertemuan kedua metode pengajaran yang digunakan metode ceramah dan tanya jawab dengan diawali dengan menyuruh siswa untuk memperhatikan media peta pembagian iklim di dunia dan globe. Setelah siswa memperhatikan media yang ditampilkan di depan kelas kemudian guru menjelaskan materi tentang pembagian iklim di dunia dan pembagian musim di Indonesia serta pengaruhnya terhadap kondisi fisik di Indonesia. Setelah menjelaskan materi tersebut guru mengadakan metode tanya jawab terhadap siswa. Guru membuat beberapa pertanyaan tentang materi yang telah dibawakan tadi dengan hubungannya media gambar yang telah ditampilkan kemudian siswa dipersilahkan untuk menjawab tanpa harus ditunjuk. Setelah itu, siswa kemudian dipersilahkan lagi untuk membuat pertanyaan yang kemudian siswa lainnya yang dipersilahkan untuk menjawab pertanyaan dari temannya. Karena masih banyaknya jawaban dari siswa yang kurang tepat dari pertanyaan yang telah diberikan, guru membahas kembali dari pertanyaan-pertanyaan yang kurang dimengerti oleh para siswa. Setelah penjelasan selesai, guru memberikan tugas kepada siswa untuk merangkum materi yang telah dibawakan tadi, kemudian dipersilahkan membacakan hasil rangkumannya di depan kelas. Setelah pelajaran hampir selesai, guru memberikan intruksi kepada siswa bahwa akan diadakan ujian tes pada pertemuan berikutnya menyangkut materi yang telah dibawakan sebelumnya.
    pada pertemuan ketiga ini dilakukan tes hasil belajar siklus I yang diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc yang berjumlah 40 orang. Tapi sebelumnya, siswa diberi kesempatan untuk mempelajari kembali materinya kurang lebih 10 menit dan bertanya jika ada materi yang belum dimengerti selama ini. Karena banyaknya siswa yang kurang memperhatikan pada saat penjelasan dan lebih banyak melakukan kegiatan lainnya pada saat penjelasan materi sehingga maka banyak siswa yang memperoleh hasil tes masih sangat rendah. Hal ini juga dikarenakan kurang cukupnya waktu pengajaran untuk menjelaskan secara terperinci mengenai materi yang dibawakan sehingga siswa lebih cenderung bingung memahami materi palajaran dan keterkaitannya dengan media gambar yang ditampilkan.
    b) Siklus II
    Setelah melihat hasil evaluasi siswa yang masih sangat rendah pada siklus I maka, guru melakukan perbaikan pada siklus kedua. Pada pembelajaran siklus II hampir sama dengan pada pembelajaran pada Siklus I perbedaannya hanya pada metode pembelajaran yang digunakan. Pada siklus II metode pembelajaran yang digunakan hampir sama dengan pada siklus I yaitu metode ceramah bervariasi, metode diskusi, tanya jawab, kemudian di tambah metode exlamper non exlamper.
    Pada pertemuan pertama metode yang digunakan guru metode ceramah bervariasi dan tanya jawab. Sebelum memulai pembelajaran guru menampilkan media gambar grafik pertumbuhan penduduk Indonesia kemudian mejelaskannya hubungannya dengan pertumbuhan penduduk di Indonesi. Setelah mejelaskan materi masalah kependudukan guru memepersilahkan kepada siswa untuk bertanya kembali mengenai materi yang kurang dimengerti oleh siswa dibentuk ke dalam kelompok diskusi yang berbeda. Setelah pelajaran hampir usai kemudia guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk mengamati lingkuangan rumahnya dan menjelaskan secara tulisan mengenai kehidupan penduduk yang dalam lingkungannya dirumah sendiri menurut pendapatnya masing-masing.
    Pada pertemuan kedua metode pengajaran yang digunakan Pada pertemuan kedua yaitu diskusi picture and picture. Sebelum memulai pelajaran guru membagi kelompok diskusi yang baru sehingga mereka akan merasakan suasana baru. Setelah membagi kelompok diskusi, guru kemudian memberikan pengantar atau penjelasan sedikit mengenai dinamika kependudukan serta faktor-faktor yang mendukung dan penghambatnya. Setelah itu, guru memasang gambar yang urutan yang secara tidak teratur, kemudian setiap kelompok dipersilahkan untuk tampil kedepan kelas untuk mengurutkan gambar yang telah dipasang sesuai dengan urutannya setelah itu menjelaskan mengapa mengurutkan gambar tersebut sehingga sesuai dengan urutannya. Kegiatan tersebut terus berlangsung sampai waktu pelajaran mau habis. Setelah pelajaran hampir selesai, guru memberikan intruksi kepada siswa bahwa akan diadakan ujian tes pada pertemuan berikutnya menyangkut materi yang telah dibawakan sebelumnya.
    Kegiatan pembelajaran siklus II berjalan dengan baik dan lancar walaupun nampak dari sebagian besar siswa merasa jenuh karena banyaknya materi perhitungan pada materi kependudukan. Walaupun perhatian siswa sedikit lebih meningkat mereka masih sangat susah untuk mengerti atau memhami materi tentang kependudukan khususnya pada materi perhitungannya serta masih kurangnya mental siswa untuk berani tampil ke depan kelas untuk mengungkapkan pendapatnya dikarenakan belum bisa mengaktualisasikan dari hasil pengamatannya ke media gambar yang akan diurutkan serta kebanyakan siswa belum berani untuk tampil salah, sehingga pada saat melakukan evaluasi hasil belajar, nilai siswa pun kurang memuaskan.
    c) Siklus III
    Melihat dari hasil evaluasi siswa pada siklus II yang kurang memuaskan, maka perlu melakukan perbaikan pada siklus III. Pada pembelajaran siklus III juga sama dengan pembelajaran siklus I dan II. Perbedaannya hanya pada metode pembelajaran yang digunakan. Pada siklus III juga menggunakan metode pembelajaran cceramah bervariasi, kelompok diskusi dan ditambah metode Exlamper Non exlamper, pada siklus III ini siswa dibentuk ke dalam kelompok yang berbeda. Agar mereka merasakan suasana baru.
    Pada pertemuan pertama guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk memperhatikan media gambar yang telah dipasang di depan kelas kemudian guru menjelaskan secara singkat mengenai materi unsur-unsur lingkungan serta keterkaitanya dengan ekosistem yang ada di sekitarnya. Setelah menjelasakan materi pembelajaran, guru memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengajukan pertanyan kepada siswa untuk bertanya mengenai materi yang masing kurang dipahami. Setelah pembelajaran hampir usai, guru memberikan tugas rumah kepada siswa untuk memperhatikan lingkungan disekitar tempat tinggalnya dan menjelaskan sesuai dengan kenampakan yang diamati.
    Kemudian pada pertemuan kedua, guru menampilkan media gambar yang telah digunakan pada pertemuan sebelumnya. Sebelum pembelajaran dimulai, guru mempersilahkan kepada setiap siswa untuk masing-masing menunjukan contoh gambaran lingkungan disekitar tempat tinggalnya dengan menggunakan media gambar yang telah ditampilkan di depan kelas dan menjelaskan alasannya sehingga memilih gambar tersebut. Setelah semua telah selesai mendapatkan giliran, guru kemudian menjelaskan kembali maksud dari kegiatan tersebut dan meluruskan apabila ada pendapat siswa yang kurang tepat. Kegiatan pembelajaran siklus III berjalan dengan sangat baik dan perhatian siswa lebih meningkat sehingga pada saat menganalisis hasil evaluasi pada siklus ketiga terjadi peningkatan yang sangat tinggi. Hal ini disebabkan karena siswa merasa sangat mudah untuk memahami materi pembelajaran yang diberikan karena mereka diberikan media gambar yang sangat mudah dimengerti dan sering mereka jumpai pada lingkungan disekitar tempat tinggal mereka.
    2. Hasil Analisis Kualitatif
    Pada bagian ini membahas tentang perubahan-perubahan yang terjadi pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja selama diterapkannya media gambar sebagai media pembelajaran. Pembahasan yang dimaksud merupakan data kualitatif yang diperoleh dari lembar observasi siswa yang dicatat oleh peneliti pada setiap pertemuan selama proses pembelajaran berlangsung dari tiap-tiap siklus. Adapun perubahan-perubahan tersebut adalah :
    a) Tingkat kehadiran siswa tidak mengalami perubahan yang berarti pada setiap siklus. Adapun siswa yang tidak hadir dikarenakan sakit atau izin.
    b) Perhatian siswa dalam mengikuti proses pembelajaran juga mengalami peningkatan dari siklus I, siklus II dan siklus III. Hal ini terlihat pada beberapa hal berikut :
    1) Jumlah siswa yang mengajukan pertanyaan dan tanggapan kepada guru dari siklus I ke siklus II dan siklus III mengalami peningkatan.
    2) Jumlah siswa yang mengerjakan tugas rumah juga meningkat. Hal ini dapat dilihat dari data hasil observasi pada setiap siklus. Pada siklus I terdapat hanya 32 siswa yang dapat menyelesaikan tugas dirumah dan 8 orang yang tidak dapat menyelesaikan tugasnya di rumah. Pada siklus II jumlah siswa yang dapat mengerjakan tugasnya di rumah ada 39 siswa dan yang tidak mengerjakan tugasnya dirumah hanya 1 orang, itupun dikarenakan tidak hadirnya siswa pada saat pemberian soal-soal yang akan dikerjakan di rumah.
    3) Jumlah siswa yang memperhatikan pembahasan materi juga mengalami peningkatan. Ini dapat dilihat dari sikap siswa pada saat menerima materi pelajaran. Siswa sangat gembira dan senang apabila mereka di perlihatkan contoh-contoh media gambar yang bersangkutan dengan materi yang dibawakan. Ini terjadi pada setiap siklus.
    4) Siswa yang aktif memberikan contoh masalah dalam kehidupan sehari-hari terkait dengan materi yang dipelajari juga mengalami peningkatan.
    5) Jumlah Siswa yang memperhatikan media yang digunakan
    6) Siswa yang mengajukan diri untuk mengerjakan soal di papan tulis juga mengalami peningkatan.
    7) Meningkatnya daya kreatifitas siswa dalam menyajikan media media yang lain yang berhubungan dengan materi pelajaran.
    c) Kerjasama dan komunikasi siswa dalam kelompok semakin terjalin yang ditandai dengan adanya beberapa siswa yang bertanya dan meminta penjelasan kepada teman kelompoknya berkaitan dengan materi yang diberikan.
    d) Perubahan sikap siswa

    Tabel 4. Perubahan Sikap Siswa Siklus I, II & III
    No Komponen yang diamati
    (dari 40 orang siswa) SIKLUS KE
    I
    (% rata-rata) II
    (% rata-rata) III
    (% rata-rata)
    1 Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 95,8% 98,3% 98,3%
    2 Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 37,5% 52,5% 87,5%
    3 Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 62,5% 47,5% 12,5%
    4 Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 12,5% 17,5% 30%
    5 Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25% 6,25% 3,75%
    6 Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran. 6,25% 7,5% 15%
    7 Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 28,75% 42,5% 87,5%


    Dari tabel di atas terlihat adanya perubahan sikap siswa dari setiap siklus kecuali pada tingkat kehadiran siswa. Tingkat kehadiran tidak terjadi perubahan yang berarti dikarenakan adanya siswa yang tidak hadir karena mereka sakit dan ada siswa yang minta izin. Pada siklus I Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 95,8%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 37,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 62,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 12,5%, Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 6,25%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 28,75%.
    Pada siklus II Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 98,3%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 52,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 47,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 17,5%, Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 6,25%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 7,5%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 42,5%. Sedangkan pada siklus III Siswa yang hadir pada saat pembelajaran 98,3%, Siswa yang memperhatikan pembahasan materi 87,5%, Siswa yang melakukan kegiatan lain pada saat pembahasan materi 12,5%, Siswa yang menjawab pada saat diajukan pertanyaan tentang materi pelajaran 30%, Siswa yang meminta untuk dijelaskan kembali suatu konsep yang telah dibahas 3,75%, Siswa yang mengajukan pertanyaan pada saat pembelajaran 15%, Siswa yang bekerjasama dan berpartisipasi dalam kelompoknya 87,5%.
    e) Secara umum pelajaran geografi dengan menggunakan media pembelajaran media gambar pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja, sudah bisa meningkatkan perubahan sikap siswa dalam mengikuti pelajaran di dalam kelas.
    3. Hasil Analisis Kuantitatif
    a) Analisis Statistik Deskriptif
    1) hasil tes akhir siklus I (pertama)
    Pada tes akhir siklus ini, diperoleh gambaran tentang kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc yang menjadi subjek penelitian. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus I ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 5. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus I
    Statistik Nilai statistik
    Subjek
    Nilai ideal
    Nilai tertinggi
    Nilai terendah
    Rentang nilai
    Nilai rata-rata
    Median
    Standar deviasi 40
    100
    85
    30
    55
    52
    50
    11,11
    .
    Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman dari siswa setelah diterapkan pembelajaran Geografi dengan menggunakan media gambar. Pada siklus I ini nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 52 dari nilai ideal (nilai maksimum) yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 85, skor terendah adalah 30, dengan standar deviasi 11,11Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah ini.

    Tabel 6. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus I.
    No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
    1
    2
    3
    4
    5 85 - 100
    65 – 84
    55 – 64
    35 – 54
    0 – 34 Sangat baik
    Baik
    Cukup
    rendah
    Sangat rendah 1
    7
    10
    21
    1 2,5 %
    17,5 %
    25 %
    52,5 %
    2,5 %
    Jumlah 40 100 %


    Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 2,5 % yang penguasaan materinya masuk dalam kategori sangat rendah, 52,5 % masuk dalam kategori rendah, 25 %masuk dalam kategori cukup, 17,5 % masuk dalam kategori baik dan 2,5 % masuk dalam kategori sangat baik. Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual pada akhir siklus I dapat dilihat pada tabel berikut ini :
    Tabel 7. Frekuensi dan persentase Ketuntasan Belajar Individual siswa pada siklus I
    No Kriteria Frekuensi Persentase
    1 Tuntas 8 20%
    2 Tidak tuntas 32 80%
    Jumlah 40 100 %

    Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 orang siswa kelas VIII SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 8 atau 20% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0. Sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual sebanyak 32 orang atau sekitar 80%.
    2) hasil tes akhir siklus II.
    Siklus II ini merupakan lanjutan dari siklus I, sehingga dari hasil tes pada siklus II kita bisa melihat begaimana perkembangan kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc terhadap mata pelajaran Geografi setelah tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran dengan menggunakan media pada materi Dinamika Penduduk . Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus II ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 8. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus II
    Statistik Nilai statistik
    Subjek
    Nilai ideal
    Nilai tertinggi
    Nilai terendah
    Rentang nilai
    Nilai rata-rata
    Median
    Standar deviasi 40
    100
    85
    35
    50
    59,25
    57,5
    10,81
    Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman siswa setelah penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Pada siklus II ini, terjadi perubahan perolehan hasil tes siswa. Dimana nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah dari nilai ideal (nilai maksimum) yang mungkin dicapai oleh siswa adalah 85, skor terendah adalah 35, dengan standar deviasi 10,81.
    Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah ini.
    Tabel 9. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus II.
    No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
    1
    2
    3
    4
    5 85 -100
    65 – 84
    55 – 64
    35 – 54
    0 - 34 Sangat baik
    Baik
    Cukup
    Kurang
    Sangat kurang 1
    14
    12
    13
    - 2,5%
    35%
    30%
    32,5%
    -
    Jumlah 40 100 %


    Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 32,5% yang penguasaan materinya masuk dalam kategori kurang, 30% masuk dalam kategori cukup, 35% kategori baik dan 2,5% masuk dalam kategori sangat baik
    Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual pada akhir siklus II dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 10. Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual
    Siswa pada siklus II.
    No Kriteria Frekuensi Persentase
    1 Tuntas 15 37,5%
    2 Tidak tuntas 25 62,5%
    Jumlah 40 100%

    Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 orang siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat 15 atau 37,5% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0. sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual sebanyak 25 orang atau sekitar 62,5%
    3) Hasil tes akhir siklus III.
    Siklus III ini merupakan lanjutan dari siklus II, sehingga dari hasil tes pada siklus III kita bisa melihat bagaimana perkembangan kemampuan pemahaman siswa kelas VIIIc terhadap mata pelajaran Geografi setelah tindakan kelas yaitu penerapan pembelajaran dengan menggunakan media gambar pada materi Latak Geografis dan Astronomis Indonesia. Tes akhir siklus ini diikuti oleh semua siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja yang berjumlah 40 orang. Adapun data skor hasil tes siswa pada tes siklus III ini dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 11. Statistik Hasil Tes Siswa Pada Siklus III
    Statistik Nilai statistic
    Subjek
    Nilai ideal
    Nilai tertinggi
    Nilai terendah
    Rentang nilai
    Nilai rata-rata
    Median
    Standar deviasi 40
    100
    90
    30
    60
    68,62
    75
    10,78

    Dari tabel di atas kita dapat memperoleh gambaran mengenai tingkat kemampuan dan pemahaman setelah diterapkan pembelajaran dengan menggunakan media gambar. Pada siklus III ini, terjadi perubahan perolehan hasil tes siswa. Dimana nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 68,625 dari nilai ideal (nilai maksimum) yang dicapai oleh siswa adalah 90, skor terendah adalah 30, dengan standar deviasi 10,78.
    Setelah nilai responden dikelompokkan ke dalam lima kategori yang ditetapkan oleh direktorat jendral pendidikan dasar dan menengah, maka diperoleh distribusi frekuensi dan persentase nilai pada tabel di bawah ini.



    Tabel 12. Distribusi Frekuensi dan Persentase Nilai Tes Siklus III.
    No Interval nilai Kategori Frekuensi Persentase
    1
    2
    3
    4
    5 85 -100
    65 – 84
    55 – 64
    35 – 54
    0 – 34 Sangat baik
    Baik
    Cukup
    Kurang
    Sangat kurang 3
    31
    3
    2
    1 7,5%
    77,5%
    7,5%
    5%
    2,5%
    Jumlah 40 100%

    Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 2,5% yang penguasaan materinya masuk dalam kategori sangat kurang, 5% masuk dalam kategori kurang, 7,5% masuk dalam kategori cukup, 77,5% kategori baik dan 7,5% masuk dalam kategori sangat baik.
    Selanjutnya untuk melihat jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual pada akhir siklus III dapat dilihat pada tabel berikut ini :

    Tabel 13. Frekuensi dan Persentase Ketuntasan Belajar Individual
    Siswa pada siklus III.
    No Kriteria Frekuensi Persentase
    1 Tuntas 34 85%
    2 Tidak tuntas 6 15%
    Jumlah 40 40






    Berdasarkan tabel di atas dapat dikemukakan bahwa dari 40 orang siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja terdapat sekitar 34 atau 85% siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditetapkan oleh dinas pendidikan nasional yaitu 65,0 sedangkan siswa yang belum mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual sebanyak 6 orang atau sekitar 15%
    Untuk melihat perubahan yang terjadi dari hasil belajar geografi siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja pada setiap siklus dapat dilihat pada table berikut ini :
    Tabel 14. Hasil Belajar Geografi Siswa Pada Setiap Siklus
    Siklus Nilai perolehan siswa kategori Siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual
    Maksimum Minimum Rata-rata
    I 85 30 57,5 Sedang 8
    II 85 35 60 Sedang 15
    III 90 30 60 Sedang 34

    Dari table di atas terlihat adanya perubahan hasil ujian geografi siswa dari setiap siklus. Pada tabel tersebut terlihat bahwa pada akhir siklus I nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 57,5 berada pada kategori sedang, pada akhir tes siklus II nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60 berada pada kategori sedang, sedangkan pada akhir tes siklus III nilai rata-rata yang diperoleh siswa adalah 60 berada pada kategori sedang. Dari tabel di atas juga terlihat bahwa siswa yang nilai ujiannya mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual juga bertambah jumlahnya, yaitu dari 8 orang pada siklus I menjadi 15 orang pada siklus II kemudian bertambah menjadi 34 orang pada siklus III.
    Hasil ini sekaligus memberikan gambaran bahwa penelitian ini telah mencapai hasil yang maksimal. Dimana jumlah siswa yang mencapai nilai standar ketuntasan belajar individual yang ditentukan oleh Dinas Pendidikan Nasional sebanyak 34 telah mencapai standar ketuntasan belajar klasikal yaitu 85% dari keseluruhan siswa.
    Terdapat siswa yang masih rendah nilainya disebabkan oleh faktor kurangnya semangat belajar siswa untuk mengulangi atau mempelajari kembali materi yang telah diberikan di kelas. Kecenderungan siswa untuk bermain-main lebih dominan dibanding belajar di rumah pada saat pulang sekolah, sehingga materi yang awalnya dianggap mudah dipahami saat proses belajar mengajar berlangsung menjadi sukar pada saat berhadapan dengan soal ujian. Dari uraian tersebut dapat dikemukakan bahwa keberhasilan siswa bukan hanya ditentukan oleh pihak guru di sekolah akan tetapi juga ditentukan oleh sikap dan perhatian orang tua siswa di rumah dalam memberikan semangat belajar bagi anak-anaknya. Secara umum pelajaran geografi dengan menggunakan Media pembelajaran media gambar pada siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja sudah bisa mengantar siswa untuk lebih mudah memahami materi pelajaran yang diberikan.

    b) Analisis Statistik Inferensial
    hasil analisis statistic inferensial tentang peningkatan hasil belajar siswa pada mata pelajaran geografi dengan menggunakan Media pembelajaran geografi media gambar di SMP Negeri 1 Anggeraja digunakan statistic parametric yaitu uji Anava (analisis Varians).

    Tabel 15. Tabel Analisis Varians
    Sumber varians
    d f j k k t f
    Rata-rata
    Antar kelompok
    Dalam kelompok 1
    2
    117 426616,88
    5641,25
    14266,87 426616,88
    2820,625
    121,93 23,133
    Total 120 49.420.900
    F hit = 23,133
    F tab = 3,076
    Karena F hit > F tab maka Ho ditolak dan H1 diterima.
    Jadi, ada peningkatan hasil belajar geografi siswa kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja dengan menggunakan media pembelajaran media gambar.


    BAB V
    KESIMPULAN DAN SARAN

    A. Kesimpulan
    Berdasarkan hasil observasi dan hasil analisis data dalam bab-bab terdahulu maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
    1. Dalam pelaksanaan tindakan penelitian dari setiap siklus mengalami berbagai macam kendala dan yang akhirnya dapat diminimalisir dengan melakukan perbaikan dari setiap siklus. Pada siklus I kendala yang paling besar adalah kurangnya waktu pengajaran untuk membahas secara jelas materi yang dibawakan sehingga madia gambar yang ditampilkan masih susah untuk dipahami oleh banyak siswa . Kemudian pada siklus II dilakukan perbaikan dengan menggunakan metode pengajaran picture and picture. Disini terjadi Pada siklus II ini, pengajaran dengan menggunakan media gambar belum juga optimal dikarenakan banyak siswa merasa jenuh dengan materi perhitungan pada pokok bahasan dinamika penduduk serta masih banyak siswa yang takut untuk tampil salah di depan kelas. Kemudia dilakukan lagi perbaikan pada siklus III dengan menambahkan metode Eksmple non eksample. Pada siklus ketiga terjadi peningkatan hasil belajar yang memuaskan karena siswa dengan mudah memahami materi pelajaran. Siswa sangat mudah memahami media gambar yang di tampilkan di depan kelas karena siswa diberikan kesempatan untuk mengamati lingkungan disekitarnya sebelum mengamati media gambar yang disediakan.
    2. Terjadi peningkatan motivasi belajar dari siswa. Hal ini dapat dilihat dari banyknya siswa yang yang aktif mengikuti proses belajar mengajar. Misalnya, kurangnya siswa yang melakukan kegiatan lainnya pada saat proses belajar sedang berlangsung, banyak siswa yang berani mengajukan pertanyaan, siswa telah berani memberikan tanggapan dari pertanyaan, banyaknya siswa yang berani untuk tampil di depan kelas, banyaknya siswa yang mengerjakan tugas di rumah, meningkatnya kreatifitas siswa dalam memberikan contoh-contoh objek kehidupan sehari-hari yang terdapat dalam materi.
    3. Terjadi peningkatan Hasil belajar siswa pada kelas VIIIc SMP Negeri 1 Anggeraja dengan menggunakan media pembelajaran media gambar. Hal ini dapat dilihat hasil evaluasi belajar siswa dari tiap siklus. Pada siklus I, jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah 20% dengan kriteria tuntas dan 80% dengan kriteria tidak tuntas, pada siklus II, jumlah hasil evaluasi yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah 37,5% dengan kriteria tuntas dan 62,5% dengan kriteria tidak tuntas. Pada siklus III, jumlah siswa yang mencapai standar ketuntasan belajar individual adalah 85% dengan kriteria tuntas dan 15% dengan kriteria tidak tuntas.
    B. Saran
    Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan serta kesimpulan yang telah diuraikan, maka dibawah ini akan dikemukakan beberapa saran yaitu sebagai berikut:
    1. Diharapkan kepada guru agar sekiranya sadar dan mengerti akan arti pentingnya media pembelajaran salah satunya media gambar dalam menstranformasikan materi pembelajaran kepada siswa.
    2. Diharapkan kepada guru mata pelajaran geografi lebih profesional dan kreatif dalam menyajikan materi agar prestasi belajar geografi siswa dimasa-masa yang akan datang lebih baik
    3. Diharapkan kepada pendidik khususnya guru dapat menyesuaikan media pembelajaran dan model pembelajaran yang digunakan dengan kondisi kelas agar dapat memotivasi dan menarik perhatian siswa dalam belajar.
    4. Bagi peneliti selanjutnya yang berminat pada penelitian tindakan kelas agar bisa lebih mengembangkan hasil penelitian ini pada pokok bahasan dan lokasi yang berbeda agar memperoleh wawasan yang lebih luas dalam meningkatkan hasil belajar siswa khususnya pada mata pelajaran geografi.


    DAFTAR PUSTAKA
    Alfandi, Widodo. 2001. Epistimologi Geografi. Universitas Gadjah Mada Press: Yogyakarta

    Arsyad Azhar. 1997. Media Pembelajaran. Jakarta: PT. Grafindo Persada

    Depdikbud. 1993. Evaluasi Dan Penilaian. Protek peningkatan mutu guru dirjen DIKNASMEN : Jakarta.

    Djamarah & Zain Aswan. 2002. Strategi Belajar Mengajar. Rineka Cipta. Jakarta.
    Edgan Dale. 1990. Assosiation for Education Commucation and Technology (AECT). UNS : Surabaya.

    Hamalik. 1994. Prosedur Belajar Mengajar. Bumi Aksara: Jakarta.
    Haryangnti . 2001. Proses Belajar mengajar efektif. Lomba Karya Tulis Ilmiah. DEPDIKNAS.
    Heinich, Molenda, Russel , 1996. Media Pengajaran Pendidikan. Lembaga Administrasi Negara Republik Indonesia. Jakarta.
    Lawalata, P.M. 1980. Pengaruh Persepsi dan Kebiasaan Pimpinan Terhadap Performans Administrasi Kepala Sekolah Dasar di Sulawesi Selatan. Disertasi IKIP Bandung.

    Nurbaeti Syutin. 2004. Prinsip Pengembangan Media Pembelajaran. Pustekkom Depdiknas.
    Poerwardarmanto. 1976. Kamus Bahasa Indonesia. PT Remaja Rosdakarya : Bandung

    Raharjo, dkk. 1994. Media Pengajaran (Pembuatan dan Penggunaan). Sinar Baru: Bandung.

    Singarimbun, Masri. 1989. Metode Penelitian Survei. Cet. III Jakarta: LP3ES

    Sisdiknas, 2003. Undang-undang Sistem Pendidikan Nasional RI . Jakarta
    Sudjana, Nana. 2001. Cara Belajar Siswa Aktif dalam Proses Belajar mengajar. Sinar Baru: Bandung.

    Sudjana. 1992. Statistik Terapan, Sinar Baru Algesindo: Bandung.

    Sudjarwo,1998. Media Pengajaran. Sinar Baru Algensindo. Bandung.

    Sumaatmajda, Nursid. 2001. Metodologi Pengajaran Geografi. Bumi Aksara: Jakarta.

    Tabrani Ruyan. 2006. Hakekat Belajar. Makalah. Malang

    Tika, Pabundu. 2005. Metode Penelitian Geografi. Bumi Aksara; Jakarta.

    R .Angkowo & A. Kosasih.. Optimalisasi Media Pembelajaran. PT Grasindo. Jakarta. 2007